Tahun ajaran baru dimulai, kelas kembali di acak tapi untunglah Luna dan Rina bisa sebangku lagi dan Shania juga sekelas dengan pujaan hatinya. Hidup terasa aman dan tentram.
Sayang itu hanya berlangsung sementara karena kembali tersebar rumor kalau hubungan Shania dan Alan retak karena Luna. Isu itu muncul sejak keduanya tak pernah lagi terlihat bersama bahkan di kelas-pun Alan terkesan cuek dan lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan.
Luna santai tapi Rina yang panas, apalagi ada julukan pelakor cupu dari para siswa yang pro Shania.
"Kau harus membela diri, katakan pada mereka itu tidak benar, reputasimu bisa rusak karena fitnah itu, kita harus cari Alan dan suruh dia juga bicara yang sebanarnya" ujar Rina emosi meremas kaleng soda yang baru saja habis diminumnya.
"Percuma Rin, nanti malah jadi blunder, aku juga nggak kenal mereka jadi buat apa sakit hati, nanti juga gosip itu hilang sendiri, lebih baik kita fokus ke hal yang lebih bermanfaat saja"
Luna mambuka membuka aplikasi Youthbe di ponselnya dan memutar satu video animasi lucu yang langsung menarik perhatian Rina.
"Wah ini episode baru kan?"
"Ya, baru saja di upload" jawab Luna tersenyum.
Seolah lupa dengan gosip yang beredar keduanya beralih sibuk menertawakan sketsa komedi yang mereka tonton. Sereceh itulah hidup Luna sekarang. Ia lebih menikmati hidup dan mengabaikan hal-hal yang menurutnya tidak penting
🍈
"Setelah liburan kau berubah? Apa ada masalah? Kau baik-baik saja kan?"
Erwin yang bisamya sinis dan sarkas, mendatangi Alan yang sedang duduk sendirian di kelas padahal teman yang lain sudah ke kantin dan lapagan untuk menghabiskan waktu istriahat.
Pemuda yang jadi telihat lebih tenang itu mendongak dari buku yang dibacanya, rambut hitamnya sedikit tersibak karena hembusan angin dari jendela. Ia tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Erwin.
"Kakekku menaruh harapan besar padaku karena aku adalah satu-satunya penerus yang ia miliki, aku tidak boleh lagi bermain-main, liburan kemarin aku menemaninya ke makam Nenek dan beliau terlihat sangat lelah dan rapuh, aku merasa sangat bersalah"
Alan menghela nafas, mengingat kembali kelakuannya selama ini yang cuek dan seenaknya tanpa ia sadar di pundaknya ada tanggung jawab besar.
"Apa karena itu juga kau menjauhi Shania?"
"Aku sudah menegaskan padanya tentang perasaanku, aku hanya mau kami tetap berteman, tidak lebih, tapi dia sepertinya tidak terima dan terus memaksakan dirinya, karena itu aku menjauh"
"Tapi kau yang lebih dulu memberi harapan padanya" timpal Erwin.
"Ya, itu adalah kecerobohanku dan aku sudah minta maaf padanya, sekanrang aku hanya ingin fokus memperbaiki diri dan membuat Kakekku bangga, selain itu aku tidak peduli"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...