Car free day sudah pasti ramai dengan orang berlalu lalang, biasanya jika sudah terlalu berdesakan, Luna akan menggendong Putrinya, tapi kali ini ada Alan, dialah yang mengambil alih tugas itu dan membawa Wulan di pundaknya. Anak itu terlihat sangat senang, tawa dan senyum tak pernah luntur dari wajah imutnya.
"Ternyata di gendong seperti ini seru, aku seperti raksasa, bisa lihat semua orang" celetuknya melihat ke sekeliling.
"Jangan banyak gerak sayang, kasihan Om Alan, nanti dia
capek""Tidak apa-apa aku kuat kok, berjalanlah lebih dekat kemari nanti ada yang menyenggolmu" Alan meraih salah satu tangan Luna dan menganggamnya lembut. Ketiganya kini tanpak seperti keluarga kecil bahagia yang sedang menghabiskan akhir pekan bersama.
Cukup lama kedua tangan mereka saling bertaut, wajah Alan sumringah memerah, sementara Luna tampak canggung, sebenarnya ia ingin menarik diri, tapi ucapan Rina semalam terlintas kembali. Lagi pula ada rasa nyaman dari genggaman tangan itu.
"Ada apa?" Tanya Alan ketika mendapati Luna sedang memandanginya.
"Ti.. tidak apa-apa aku hanya melihat Wulan, aku takut dia kepanasan" kilahnya mengalihkan tatapannya ke Wulan yang masih asyik duduk di pundak Alan. "Turunkan dia! kau pasti lelah, biar aku yang gendong" Luna melepaskan tangan Alan dan ingin meraih Putrinya, namun pria itu mendahuluinya.
"Aku saja" Alan menurunkan Wulan dan menggendongnya di depan, gadis kecil itu tidak protes, bahkan dengan nyaman ia melingkarkan tangannya sambil tersenyum pada Mamanya. Senyum yang tidak pernah Luna lihat sebelumnya.
Setelah berkeliling dan membeli beberapa macam jajanan yang tentu kesukaan Wulan, Luna memutuskan menyudahi jalan-jalan pagi mereka karena matahari mulai menyengat meski waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Kalau kau tidak keberatan aku ingin mengajak kalian ke suatu tempat" tawar Alan sebelum mereka memasuki area parkiran.
"Maaf mungkin lain kali, Wulan kelihatan sudah lelah"
"Tidak Ma, aku masih mau jalan-jalan kok, kita mau kemana lagi Om?" Penolakan Luna otomatis gugur karena ucapan Wulan yang memang masih terlihat antusias.
"Ok kalau begitu kita berangkat" dan kembali Alan meraih tangan yang membuatnya terasa lengkap.
🍈
"Wah, tamannya indah sekali" Wulan turun dari gendongan Alan dan langsung berlari ke taman yang ia puji barusan dan memang itukah kenyataannya.
Berbagai macam jenis bunga berwarna-warni tumbuh subur mengelilingi hamparan rumput hijau yang cukup luas, ada juga beberapa yang di tanam dalam pot-pot bunga berbagai ukuran. Belum lagi yang merambat menutupi dinding bagian dalam.
Dari bagian tengah taman hingga ke tembok sebelah kiri ada air terjun buatan yang dibawahnya terdapat kolam sedang yang berisi ikan mas berukuran besar dengan warna-warna yang mencolok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...