"Te..terima kasih, maaf sudah membuatmu terbangun" Diah perlahan pulih dan tak lagi mual, ia membasuh wajah dan mulutnya kemudian menghirup nafas dalam-dalam.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Aku merasa lebih baik, entah kenapa tadi aku tiba-tiba saja mual, sepertinya asam lambungku naik"
Diah merapikan rambutmya yang sedikit basah terkena air ke belakang telinganya. Sambil berpegangan pada Luna keduanya melangkah kembali ke kamar.
"Apakah ini pertama kalinya kau mengalami gejala seoerti itu?" Tanya Luna lagi.
"Iya, awalnya hanya pusing tapi akhir-akhir ini selera makanku juga berkurang, sepertinya aku kelelahan dan terlalu banyak pikiran"
"Kalau begitu kau istirahatlah, aku akan ke dapur membuatkanmu susu hangat"
Luna membantu Diah berbaring kemudian menyelimutinya. Dari perilaku gadis itu dan caranya menjawab, Ia bisa mengambil kesimpulan kalau gadis itu belum tahu apa yang terjadi pada dirinya.
"Diah, aku cuma mau kau tahu, apapun masalahmu nanti, kau selalu bisa mengandalkanku" ujar Luna sebelum keluar dari kamar.
🍈
"Siska bagaimana keadaan Ibumu?" Luna yang bertemu Siska di gerbang langsung menyapa.
"Hei Luna, Alhamdulillah sangat baik, dia bahkan sudah bangun dan masak tadi pagi, aku sangat senang, terima kasih ya"
"Syukurlah, apa kau masih niat mencari kerja?"
Dari gerbang keduanya melewati koridor depan ruang Tata Usaha dan Ruang guru. Belum banyak siswa yang datang, Sekolah masih tampak lengan.
"Masih, ibuku sudah terlalu tua untuk bekerja terlalu keras, aku tidak mau dia jatuh sakit lagi" wajah Siska kembali murung karena untuk masalahnya yang satu ini dia belum punya solusi.
"Semoga Rina punya kabar baik, berdoalah!"
Sesuai harapan Luna, Rina benar-benar datang dan membawa kabar baik, Rianti bersedia memperkerjakan Siska setengah hari setelah pulang Sekolah. Kebahagian gadis itu makin sempurna, akhirnya semua masalahnya selesai.
Namun tidak dengan gadis lain yang kini sedang menangis karena baru saja mendapati kenyataan pahit yang bisa menghancurkan masa depannya.
🍈
Dua bulan berlalu, jika siswa yang lain sibuk menyiapkan diri menghadapi ujian semester, tidak dengan Luna yang memusatkan perhatiannya pada Diah yang kini jauh berubah. Gadis yang awalnya periang itu kini lebih banyak diam meski tetap beraktifitas seperti biasa.
Sesekali Luna mengajaknya bicara untuk memancing gadis itu jujur padanya, tapi hasilnya nihil sementara waktu terus berjalan, yang ditutupi lambat laun akan kelihatan.
"Diah, maukah kau menemaniku besok?" Ajak Luna saat mereka berdua bersiap tidur.
"Kemana?"
"Pantai, kita pergi setelah shalat subuh, pinjem motornya Ibu, kamu mau ya" Bujuk Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...