27. Teror

12.6K 1K 4
                                    

Karen yang sedang shopping seperti biasa, tanpa sengaja melihat Alan yang sedang berjalan di dalam resto yang sedang ramai pengunjung, awalnya wanita itu tersenyum seperti mendapatkan jakpot, tapi cuma sedetik kemudian berubah masam seperti habis ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karen yang sedang shopping seperti biasa, tanpa sengaja melihat Alan yang sedang berjalan di dalam resto yang sedang ramai pengunjung, awalnya wanita itu tersenyum seperti mendapatkan jakpot, tapi cuma sedetik kemudian berubah masam seperti habis habis minum air perasan jeruk nipis.

Disana Alan pujaan hatinya sejak setahun yang lalu, tersenyum lebar melayani seorang perempuan berpenampilan sederhana dengan seorang gadis kecil yang masih memakai seragam Sekolah.

Karen tidak pernah mendapatkan senyum seperti itu, jangankan makan bersama, ajakannya saja selalu di tolak. Sambil menghentakkan sepatu high heels-nya ia mendekat ke meja dimana tiga orang yang membuatnya naik darah tengah bercengkrama mesra.

"Oh jadi ini alasan kau selalu menolakku?" Itulah kalimat pertama yang keluar dari bibir merahnya, tapi meski sedang marah ia memastikan posenya harus tetap sempurna.

Hati Alan seketika gondok, harusnya ini adalah makan siang menyenangkan dengan calon keluarga kecilnya, namun kehadiran Karen merusak segalanya. Tidak ingin Luna dan Wulan salah paham, ia langsung memperkenalkan mereka.

"Nona Karen, Ayahmu mungkin sudah menerima undangannya, perkenalkan ini Luna, calon istriku dan Putrinya Wulan kami akan menikah tiga hari lagi, kuharap kau bisa hadir, dan sayang" panggilnya untuk Luna "dia adalah Nona Karen, anak dari rekan bisnisku"

Baru saja Luna ingin mengulurkan tangannya, bentakan yang membuat Wulan terkejut terlontar dari mulut Karen.

"Jadi kau lebih memilih menikahi janda daripada aku ha!?" teriaknya hingga menarik perhatian beberapa pengunjung.

"Tangan Luna yang sebelumnya terulur langsung ia arahkan ke telinga Putrinya, ia tidak mau Wulan mendengar perkataan yang tidak pantas. Dengan lirikan matanya, ia meminta Alan untuk mengurus Karen.

Alan yang paham langsung berdiri dan menarik Karen menjauh, tidak kasar, tapi cukup untuk membuat wanita itu berpindah tempat tidak lagi berada di dekat Wulan yang terlihat mulai tidak nyaman, ia bahkan tidak mau melanjutkan lagi makannya.

"Nona, saya harap anda bisa menempatkan diri, lihat sekitar anda semua orang sedang memperhatikan, sekali lagi saya tegaskan kita tidak ada hubungan apapun yang membuat anda berhak ikut campur pada keputusan saya, permisi!"

Alan berbicara dengan suara rendah karena tidak ingin mempermalukan wanita itu, setelahnya ia kembali berjalan menuju meja dan membawa Luna dan Wulan pergi dari sana.

"Janda laknak, akan kuberi kau pelajaran" mata Karen sudah semerah warna kuteksnya, ia merasa harga dirinya terinjak-injak karena Alan lebih memilih wanita beranak satu yang tampak miskin daripada dirinya yang masih single dan kaya raya. Tentu saja ia tidak akan tinggal diam dengan penghinaan itu.

🍈

"Maafkan aku, bagaiman dengan Wulan apa dia baik-baik saja, dia pasti merasa tidak nyaman" Alan yang khawatir sesekali melirik Wulan yang tengah tertidur di pangkuan Luna, ia menyesal karena gadis kecil itu harus melihat kejadian yang tidak menyenangkan. Mereka sekarang dalam perjalanan pulang ke rumah.

Sweet Lime (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang