20. Pindah

14.1K 1.1K 3
                                    

Luna masih terpekur di pusara Diah yang masih basah semantara pelayat yang lain sudah lebih dulu pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna masih terpekur di pusara Diah yang masih basah semantara pelayat yang lain sudah lebih dulu pulang. Wajahnya tampak lelah dan sembab karena air mata. Untuk pertama kalinya dalam dua kehidupan gadis itu menangis karena merasa kehilangan seseorang, selama ini yang ia tangisi hanyalah ketidak berungtungannya dalam hidup.

Diah pergi begitu cepat, saat ia sedang merangkai masa depan mereka. Luna sudah menyiapkan tempat tinggal untuk mereka kelak, Ruko yang diberikan Sarah sudah ia renovasi dan siap untuk di tinggali. Meski insiden itu terjadi, gadis itu tetap memiliki harapan, Diah akan bebas dan mereka bisa tinggal bersama. Namun takdir berkata lain.

Karena pendarahan, gadis itu pergi untuk selamanya meninggalkan bayi mungil yang Luna beri nama Diah Wulan. Bayi itu mulai sekarang akan menjadi alasan utama Luna untuk terus melanjutkan hidup.

"Diah kau bisa tenang disana, aku akan membesarkan bayi kita dengan baik hingga ia tidak akan merasa kekurangan seperti kita dulu"

Luna mengusap nisan kayu yang tertulis nama Diah, setelah membacakan doa, gadis itu bangkit dari simpuhnya tanpa membersihkan sisa tanah yang menodai bagian ujung gaun hitamnya.

"Aku akan sering mengunjungimu" ujarnya sebelum pergi.

🍈

"Nak pikirkan lagi! Merawat bayi tidak mudah, kau tinggal saja disini, Ibu tidak keberatan, biar Wulan di asuh oleh pengasuh Panti" saran Ibu Ria ketika Luna akan pamit pindah ke Ruko.

"Semua sudah aku pikirkan baik-baik bu, ini juga keinginan terakhir Diah, dia ingin anaknya punya keluarga, aku sudah memasukkan Wulan ke KK ku, dia Anakku sekarang jadi aku yang harus merawat dan membesarkannya" kekeh Luna sambil menatap Wulan yang tertidur lelap dalam gendongannya.

"Baiklah kalau itu keputusanku, tapi berjanjilah kau akan sering menghubungi Ibu!"

Ibu Ria bangkit dari kursi kerjanya dan mendekati Luna yang duduk di seberang meja lalu membelai lembut kepala gadis itu. Hatinya pedih memikirkan dua anak asuhnya yang bernasib malang. Yang satu meninggal setelah melahirkan yang satunya lagi harus jadi Ibu si usia dini.

"Bu, ini hanya untuk antisipasi, jika ada yang kemari dan menanyakan soal aku atau Wulan, tolong katakan Wulan telah meninggal dan aku merantau ke Sumatera"

🍈

Lantai satu Ruko milik Luna masih kosong, ia sengaja karena rencananya akan membuka usaha disana ketika keadaan sudah mulai stabil, sementara lantai dua sudah di isi perabotan, ada dua kamar dengan furniture lengkap dan kamar mandi dalam, ruang tamu, ruang makan dan dapur yang menyatu tampa sekat, tapi tetap tertata rapi.

"Aku sudah minta ijin pada bundaku, aku akan menginap disini sampai masuk kuliah nanti, aku tidak mungkin membiarkan kau dan Wulan sendirian di Ruko sebesar ini" ucap Rina yang sedang mengatur beberapa pakainnya di lemari.

"Terima kasih, kau memang sahabat terbaikku, aku akan sangat merindukanmu saat kau Kuliah nanti" Luna menyandarkan kepalanya ke punggung Rina dengan manja, kini hanya gadis itu satu-satunya sahabatnya.

Sweet Lime (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang