Masa liburan-pun akhirnya tiba. Kesibukan membuat Luna tak lagi memikirkan soal Alan yang menyebalkan. Dari pagi sampai siang ia akan di Panti membantu mengasuh dan mengajar adik-adiknya bersama Diah. Siangnya Luna akan ke Toko kue Rianti untuk belajar membuat kue dan bantu-bantu disana.
Semua berjalan lancar, Rianti menyambutnya dengan baik, mengajaknya ke dapur untuk menunjukkan proses pembuatan kue dan roti yang di jual di Tokonya. Tak banyak yang bisa dilakukan Luna di sana, ia malah merasa menjadi pengganggu karena semuanya sudah dikerjakan oleh ahlinya. Semua bekerja dengan cepat.
"Aku denganmu saja ya, aku merasa jadi beban dapur" pinta Luna pada Rina yang sedang berjaga di kasir.
"Di dalam memang nggak gampang, aku saja kapok, tapi Bunda tetap maksa, dari SMP aku belajar di dapur Toko, kata Bunda biar feelnya dapat soalnya itu gambaran masa depanku kelak"
"Aku salut sama kamu, aku sejam saja sudah pusing dengan resep, takaran, bahan, nama kue, model dan bentuknya, masih mending rumus mtk"
Rina terkekeh mendengar keluhan Luna, akhirnya sahabatnya itu punya juga kelemahan yang membuatnya menyerah. Karena ingin Luna tetap nyaman di tokonya, akhirnya Rina memintanya turut berjaga di kasir dan bertugas mengemas belanjaan costomer yang sudah di hitung.
Dengan menggunakan seragam Toko layaknya pegawai yang lain keduanya kompak melayani pembeli yang datang silih berganti.
🍈
"Besok pagi temanku akan datang membantu mangajar adik-adik, apa kau sudah menyusun materi yang akan kita ajarkan besok, boleh aku lihat? Mau aku share ke temanku itu biar dia bisa mempersiapkan diri"
Tak mendapat tanggapan, Luna yang sedang mengganti sepreinya berbalik dan melihat Diah malah asik dengan ponselnya.
"Diah! Apa kau mendengar yang kukatakan tadi?" Tegur Luna dengan menaikkan sedikit nada suaranya.
"Ya ke..kenapa Lun?" Jawab Diah terkejut dan langsung menaruh ponselnya di balik bantal.
"Besok temanku mau datang membantu adik-adik, apa kau sudah menyiapkan materi yang akan kita bawakan?" Ulang Luna lagi mengabaikan kejanggalan yang sempat ia rasakan pada Diah.
"Sudah kok, ini dia!" Gadis berbaju hijau itu maraih buku catatan dari meja samping ranjangnya lalu memberikannya ke Bunga.
"Terima kasih" Luna mengambil buku itu lalu mengeluarkan ponsel dari saku hoodienya, baru saja hendak mengambil gambar sebuat notifikasi dari m-banking menarik perhatiannya.
Sarah kembali mengirimkannya sejumlah uang. Luna tidak kaget lagi, ini adalah kali kedua ia menerimanya. Waktu pertama, ia langsung menelepon Sarah untuk menanyakan alasannya. Wanita itu hanya menjawab.
"Itu uang jajan untukmu, aku akan rutin mengirimkannya terima saja karena kami berutang nyawa padamu"
Kalau sudah begitu mana bisa Luna menolak. Kekayaan Sarah mungkin tidak akan habis sampai tujuh turunan, itulah Alasan mengapa Alex dulu sampai berniat melenyapkannya demi menguasi hartanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...