Dari yang awalnya cuma kepikiran kini berubah menjadi kegusaran, Rina sudah tidak masuk selama tiga hari masih dengan alasan yang sama yaitu sakit flu. Menurut cerita Yusuf, Ibu Rina-lah yang memberi info kepada wali kelas.
Sambil memberikan alamat Rina yang Luna minta, Yusuf memberikan informasi yang membuat gadis itu cukup terkejut.
"Coba kau tanya pacarnya, mungkin dia lebih tahu kondisi Rina saat ini" begitulah ujar Yusuf.
Rina tak pernah cerita kalau dia memiliki pacar, tapi apa yang bisa di harapkan Luna, mereka juga baru dekat akhir-akhir ini. Meski gadis itu cerewet, ia tidak pernah membahas kehidupan pribadinya kecuali soal hobinya yang mengoleksi boneka.
🍈
Jarak dua meja dari tempatnya duduk di sudut, Luna bisa melihat Rudi, siswa kelas 3A mantan ketua tim basket yang menurut Yusuf adalah pacar Rina.
Pemuda itu cukup tampan, tapi masih di bawah Alan, tubuhnya tinggi dan bugar, penampilannya juga rapi dan terlihat supel, ia tidak sungkan menyapa siswa yang memang di kenalnya. Cuma anehnya, pemuda itu terlihat terlalu ceria untuk seseorang yang pacarnya sedang sakit dan lagi ada Yumi di sisinya
Luna-pun mengurungkan niatnya untuk mendekat dan bertanya tentang Rina. Lebih baik ia ke rumahnya langsung setelah pulang sekolah nanti.
"Liat apa?" Tegur Alan yang melihat arah pandang Luna. Pemuda itu tampak kesal. Ia baru saja datang dan melihat gadis itu sedang menatap pemuda lain.
"Pacar Rina" jawab gadis itu singkat.
Alan mengerutkan dahinya "Hah?"
"Rina sudah tiga hari tidak masuk sekolah, katanya sakit flu tapi nomernya tidak pernah aktif, pesanku juga tidak dibaca. Aku jadi cemas, tidakkah kau merasa dia terlalu ceria padahal pacarnya sedang tidak baik-baik saja?"
"Entahlah, aku belum pernah punya pacar, jadi tidak tahu bagaimana sikap seharusnya, kita makan saja aku sudah lapar"
Luna melupakan sejenak kegusarannya, ia harus melaksanakan kewajiban karena sudah menerima hak. Kotak bekal untuk Alan kali ini lebih besar dari kemarin meski hanya nasi, sayur sawi putih tumis dan ikan goreng saos tomat, mata Alan berbinar karena sudah membayangkan rasanya.
"Kau tahu alamat ini?" Tanya Luna saat Alan sudah selesai dengan ritual makannya, gadis itu menyodorkan secarik kertas note berwarna kuning yang tadi pagi diberikan Yusuf.
"Ini dua blok dari rumahmu? Kenapa? kau mau kesana?"
"Iya ini alamat rumah Rina"
"Mau kuantar?" Tawar Alan spontan.
"Kalau tidak merepotkan"
"Tentu saja tidak, kan searah dengan rumahku, kita ketemu di parkiran motor pulang nanti, habiskan susumu!" Perintahnya di ujung kalimat karena melihat Luna sama sekali belum menyentuh susu yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...