"Terima kasih,silahkan datang kembali!"
Itulah seruan yang tidak bosan-bosan Siska ucapkan ratusan kali hampir setiap hari pada setiap pelanggan yang datang ke Kedai Jus Sweet lime tempatnya bekerja.
Lantai satu Ruko Luna kini sudah berubah menjadi tempat usaha berjualan Jus buah segar. Dia menatanya secara minimalis dan hanya menasang furmiture yang memang dibutuhkan seperti dua lemari es showcase untuk tempat buah, meja panjang untuk menyiapkan pesanan yang berisi tiga blender, alat peras, alat potong, gelas plastik bermacam ukuran dan alat-alat pendukung lainnya termasuk mesin kasir.
Disebelahnya terdapat lemari etalase yang berisi berbagai jenis kue-kue dan roti dari toko Rianti sebagai menu pendamping. Hanya ada beberapa kursi dan meja yang dipasang karena tempatnya memang tidak terlalu luas. Demi kenyamanan, terdapat Toilet di bawah tangga yang bebas di gunakan pelanggan.
Kedai yang dibuka tiga tahun lalu itu selalu ramai dengan pembeli entah itu yang konsumsi di tempat, take away atau di jemput Ojol. Awalnya Luna bisa menghandle sendiri sambil mengasuh Wulan, tapi karena pelanggan semakin banyak. Rina yang kini meneruskan usaha Bundanya mengirim Siska untuk membantu sekalian manjaga stand kue yang ia buka di Kedai itu.
"Lun aku pulang dulu ya, sampai ketemu besok" pamit Siska setelah membantu menutup kedai jam lima sore. Luna yang sedang berada di depan mesin kasir-pun berjalan menuju pintu.
"Terima kasih ya Sis, hati-hati!" Peringatnya lalu mengunci pintu Ruko dan kembali ke depan mesin kasir untuk menghitung pemasukannya hari ini.
"Uang Mama banyak" celetuk Wulan yang duduk di atas meja panjang. Luna yang menaikkannya kesana, karena anaknya itu rewel ingin melihat apa yang ia kerjakan.
Wulan sudah berusia lima tahun sekarang dan sudah masuk sekolah PAUD, dia tumbuh dengan sehat dan gemoy di bawah pengasuhan Luna, kulitnya putih dan rambutnya lurus sepunggung dengan poni rata di atas alis, dia lebih banyak mewarisi gen Ayahnya yang merupakan warga keturunan sementara Diah hanya mewariskan sepasang mata indah berkelopak.
"Uang ini nanti buat kita pakai makan dan jalan-jalan hari Minggu besok, Wulan senang kan?" Timpal Luna tersenyum lembut pada Putrinya.
"Senaaang!! Mau ice cream, coklat, gulali..mau..." Wulan terus menyebutkan semua cemilan yang ingin ia makan sambil menghitung dengan jari. Ketegasan Luna yang hanya membiarkan Putrinya makan makanan manis seminggu sekali membuat Wulan sering kalap jika waktunya tiba.
"Ayo sayang kita ke atas, Mama akan masak omelet kesukaanmu"
Wulan masuk ke dalam pelukan Mamanya yang langsung disambut ciuman gemas di pipi chabynya. Luna lalu menggendong Putrinya naik ke lantai dua setelah mematikan lampu di lantai satu.
Perempuan yang kini juga berusia 23 tahun itu juga banyak berubah, tak ada lagi rambut keriting dan kacamata, semua itu karena Wulan pernah protes mengapa mereka berdua tidak mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...