Dalam Seminggu Luna berhasil membuat KTP, Kartu Keluarga dan rekening Bank. Uang yang ia peroleh dari hasil taruhan langsung ia disetorkan.
Setelah tantangan makan semangkuk bokso pedas, ia ditantang lagi minum jus pare keesokan harinya. Luna tentu saja menang mambuat Andin dan Sinta kapok menantangnya lagi.
Masalah pelajaran, gadis itu hanya mengikuti alur, toh dia sudah mempelajari semuanya. Luna kini hanya fokus menikmati hidup, mengumpulkan uang dan menjadi berguna.
"Kau sudah tahu namanya Luna, dia juga salah satu siswi berprestasi dan tinggal di Panti, sekarang kau mau apa lagi?" Tanya Erwin jengah pada Alan yang lagi-lagi sedang memantau gadis itu. Terlihat Luna dan Rina sedang berjalan di koridor menuju lapangan untuk mengikuti pelajaran olahraga.
"Entahlah, aku sangat menyukai senyum dan lubang dipipimya itu" jawab Alan sambil menyaksilan langsung hal yang disukainya itu. "Rambutnya juga indah seperti mie instant yang baru keluar dari pabrik"
"Perumpamaan yang aneh" ejek Erwin. "Dia sebelumnya ansos, entah kenapa tiba-tiba berubah, sekarang hampir semua siswa mengenalnya karena aksinya di kantin"
"Aku juga tahu, karena itu aku makin penasaran" balas pemuda beralis lebat itu.
"Kalau begitu kau dekati saja dia, jangan hanya menguntitnya, kalau kamu naksir, berusahalah!"
"Siapa bilang aku naksir!?" Sangkal Alan sengit, "aku hanya suka senyum dan rambutnya, jangan sok tau!" Hardiknya.
"Terserah" Erwin malas menanggapi, dia ingat dulu waktu kelas satu Alan pernah tertarik pada teman sekelas mereka yang imut tapi gengsi mengakuinya hingga gadis itu pindah sekolah dan ia-pun patah hati.
Isu mengenai bau ketek sengaja Alan sebarkan lewat bantuan Erwin, agar tak ada gadis yang berminat mendekatinya. Alasannya, karena masih gagal move on dari Shania waktu itu.
🍈
Pelajaran olahraga sudah berjalan setengahnya, satu persatu siswa melakukan praktek permainan bola voli sesuai teori yang di ajarkan, Luna yang baru saja selesai praktek meminta ijin ke toilet dan mengajak Rina bersamanya.
"Lihat Lun tanganku sakit dan merah-merah" ringis Rina memperlihatkan tangan kanannya "makanya aku nggak pernah suka voli masih mending basket, iya kan?"
"Kau benar, bolanya kelihatan kecil tapi berat" balas Luna "ayo cepat, nanti dicari Pak Guru" gadis itu menarik pelan tangan Rina yang memerah untuk bergegas. Namun baru beberapa langkah, mereka berhenti.
"Suara apa itu?" Tanya Rina sambil berbisik "kau mendengarnya kan?"
"Iya, sepertinya dari ruang UKS, coba kita cek" ajak Luna. Kedua gadis itu-pun makin mempercepat langkah mereka.
Sampai di depan pintu yang mereka tuju, suara tangis itu makin terdengar Luna dan Rina-pun menggedor pintu dengan keras.
"Siapa di dalam? Apa kau baik-baik saja?" Teriak Luna, mencoba menarik gagang pintu. Grasak-grusuk terdengar dari dalam sekitar semenit sampai pintu terbuka dari dalam dan sosok seorang pria berusia 30-an muncul dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...