05. Hukuman

17.7K 1.3K 24
                                    

Luna dan Alan mengikuti dari belakang, jalan bersisian  dalam diam, tapi Luna sempat melayangkan senyum sapaan pada Alan yang membuat pemuda itu salah tingkah dan membuang pandangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna dan Alan mengikuti dari belakang, jalan bersisian  dalam diam, tapi Luna sempat melayangkan senyum sapaan pada Alan yang membuat pemuda itu salah tingkah dan membuang pandangannya.

'Dia setinggi daguku, akan mudah membelai rambutnya, baunya wangi seperti bayi. Menggemaskan'

'Dia tidak bau ketek seperti kata Rina, orangnya juga kelihatan bersih'

"Masuk!" Perintah Pak Kahar yang bernada bentakan, mengembalikan fokus Alan dan Luna dari dialog batin mereka. Keduanya masuk dan berdiri di depan meja di mana Pak Kahar duduk dengan berwibawa.

"Saya tidak akan bertanya, kenapa kalian terlambat, karena alasannya selalu klasik, sekarang tulis nama dan kelas kalian di buku pelanggaran itu" titahnya seraya memindai tubuh Luna lalu menyeringai samar.

'Gadis yang manis, tubuhnya indah, pas! Tidak gemuk atau kurus, kulitnya juga bersih, dia yang waktu itu menggagalkan aksiku. Hari ini dia harus menebusnya'

'Sudah Pak' cicit Luna dengan wajah tertunduk.

'Kasihan, dia pasti takut beasiswanya dicabut, nanti aku akan bicara sama Kakek'  Alan menatap Iba.

Pak Kahar meraih buku itu lalu membacanya sejenak. "Alan! kamu ke warung di belakang sekolah, belikan saya nasi kuning, setelah itu, pergi ke warung kopi yang ada di jalan sebelahnya, belikan saya satu cup kopi tanpa gula" Titah Pak Kahar dengan nada tegas yang dan ekspresi yang dibuat galak untuk mengintimidasi.

"Tidak mau, itu bukan tugas saya, suruh saja OB!" Tolak Alan cuek, ia membuang muka malas melihat wajah Pak Kahar, akan ia adukan orang itu pada Kakeknya.

"Kamu berani membantah saya!" Teriak Pak Kahar marah sambil memukul meja membuat Luna terlonjat kaget dengan wajah memucat.

"Jangan membantah, turuti saja, aku takut" bujuk gadis itu dengan suara pelan seraya menarik-narik ujung lengan baju Alan. Karena merasa kasihan, pemuda itu-pun mangalah, tanpa pamit ia keluar dengan wajah kesal.

"Dasar anak kurang ajar!" Rutuk Pak Kahar, ia lalu berdiri, berjalan ke arah pintu, menutup lalu menguncinya dari dalam. Bukannya kembali kursi, Pria itu justru duduk di sofa panjang.

"Kemarilah!" Perintahnya pada Luna. Gadis itu-pun mendekat perlahan lalu berdiri tepat di depannya. "Karena ini pelanggaran pertamamu, aku akan memberi hukuman ringan, pijat bahuku!" Ujarnya dengan tatapan mesum.

"Baik Pak" Luna lalu berjalan ke arah belakang sofa di mana Pak Kahar duduk, ia tersenyum, rencananya berhasil. Waktunya menguji kemampuan tangan kirinya.

🍈

Saat Alan kambali, suasana Sekolah sudah ramai, berberapa siswa terlihat berkumpul di beberapa titik, wajah Guru-guru terlihat panik dan ada ambulance yang terparkir di lapangan.

Hal buruk yang pemuda itu pikirkan sejak tadi, kini terlihat nyata sekarang. Sebenarnya ia cemas meninggalkan Luna sendirian, takut gadis itu akan jatuh pingsan karena sakitnya kambuh atau terkena serangan panik karena ketakutan.

Sweet Lime (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang