Suasana tak biasa menyambut Luna ketika tiba di Panti ada dua mobil box yang sedang bongkar muatan, tampak beberapa pekerja menurunkan isi dari mobil tersebut dan menurunkannya di halaman. Ibu Ria dan pengasuh lainnya terlihat sangat senang.
Setelah berganti pakaian. Luna kembali ke halaman depan, dua mobil box itu baru saja pergi. Ada begitu banyak barang yang datang, sembako, peralatan mandi, peralatan tidur dan alat tulis semua dalam jumlah yang banyak. Donatur kali ini sungguh loyal. Luna ikut senang, untuk beberapa waktu mereka tidak perlu merisaukan kebutuhan dasar.
"Luna kemari Nak" panggil Bu Ria. "Terima kasih, berkat bantuanmu, kini kita punya donatur tetap yang sangat loyal, lihat! ini semua dari beliau"
"Aku bu?" Tunjuk Luna pada dirinya.
"Iya, namanya Bu Sarah, katanya kau kemarin menolong Putrinya yang kecelakaan, tadi pagi dia ke sini untuk menanyakan apa saja yang kita butuhkan, dan kau lihat sendiri sekarang, semuanya sudah ada. Dia juga bersedia membayarkan tagihan listrik dan air kita, dia bahkan sudah mentransfer sejumlah uang. Ibu sangat bersyukur, terima kasih Nak" ungkap Bu Ria dengan mata berkaca-kaca.
Luna akhirnya mengerti, sebenarnya kemarin ia hanya asal meminta tanpa berharap banyak kerena ia juga ikhlas menolong. Hanya karena kebetulan di Panti sedang kekurangan, maka ia meminta wanita itu menjadi donatur. Syukurlah ia bertemu dengan orang yang baik yang tak mudah melupakan budi yang sudah diterimanya.
"Dia meminta nomer ponselmu, tapi Ibu bilang kau tidak punya, jadi dia juga mengirimkan ini tadi bersama barang-barang yang lain"
Bu Ria memberikan goodie bag kecil yang setelah Luna buka, isinya ternyata ponsel yang masih berada dalam dus dan kartu Sim. Meski tidak terlalu butuh, gadis itu memutuskan menerimanya demi menghargai pemberinya
Berkat kerjasama penghuni Panti kecuali bayi dan balita. Semua barang-barang itu bisa di masukkan dan dirapikan ke dalam gudang sebelum Magrib. Setelah makan malam dan shalat Isya, mereka semua berkumpul dan mengadakan pengajian untuk mendoakan Bu Sarah sekeluarga sebagai bentuk syukur dan terima kasih.
🍈
Pukul sembilan malam, Luna sudah berada di kamar bersama Diah dan delapan anak lainnya yang usianya tidak berbeda jauh dengan mereka, paling muda berumur 13 tahun.
"Syukurlah kau sudah punya ponsel sekarang, kita bisa tetap berkomunikasi kalau sudah keluar dari sini" ucap Diah pelan agar tidak membangunkan yang lain, dia juga sudah dalam posisi berbaring dengan tubuh menghadap Luna. Gadis itu memang sudah punya ponsel sejak beberapa bulan yang lalu hasil dari tabungannya sendiri sejak kecil.
"Aku rasanya tidak ingin pergi dari sini" ungkap Luna, aku ingin jadi pengasuh saja dan bantu membesarkan adik-adik atau jadi tukang masak juga nggak apa-apa?"
"Hei, apa kau benaran Luna? Tanya Diah heran "bukankah dulu kau yang paling ingin keluar dari Panti ini?"
"Itu kan dulu, sekarang keinginanku sudah berubah, kalaupun memang aku harus pergi, aku akan minta Ibu Ria mencarikanku tempat kost dekat sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...