17. Menyembuhkan

13.7K 1.1K 10
                                    

Sejak pertemuan mereka di belakang Sekolah, Shania tidak pernah lagi berusaha memprovokasi Luna juga merongrong Alan, ia takut  membayangkan seluruh wajahnya menjadi biru seperti ancaman gadis itu yang pastinya bukan omong kosong karena dirinya su...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak pertemuan mereka di belakang Sekolah, Shania tidak pernah lagi berusaha memprovokasi Luna juga merongrong Alan, ia takut membayangkan seluruh wajahnya menjadi biru seperti ancaman gadis itu yang pastinya bukan omong kosong karena dirinya sudah melihat dan merasakan sendiri buktinya.

Saat bel istirahat siang berbunyi dan Guru sudah meninggalkan kelas, satu persatu siswa keluar hingga hanya tersisa beberapa orang termasuk Luna dan Rina yang memilih makan di kelas sambil nonton Youthbe.

Baru saja keduanya selesai makan, Siska, salah satu teman sekelas mereka yang berperawakan kurus datang mendekat, ia tampak sungkan, jemarinya tak henti memilin bagian ujung hijab putihnya.

"Rina, bisa kita bicara sebentar" pintanya sambil melirik Luna.

"Boleh, katakan saja, tidak apa-apakan kalau Luna juga ikut mendengar?" Balas Rina seolah mengerti maksud lirikan gadis itu.

"Iya, begini, anu..hmm.." Siska tampak ragu "aku dengar Ibumu punya Toko kue, apakah ia butuh pegawai, seperti pelayan atau tukang bersih bersih misalnya, aku sangat butuh pekerjaan" ungkap gadis itu akhirnya.

"Kenapa? Apa kau punya masalah?" Luna yang bertanya, ia menatap lembut Siska yang duduk di bangku di depannya.

Siska terdiam sebentar, sebanarnya ia enggan membicarakan masalah pribadinya, tapi ia harus karena keadaannya sudah terdesak. 'Ibuku jatuh sakit, selama ini beliau yang jadi tulang punggung keluarga dan bekerja serabutan, aku butuh biaya berobat dan makan"

Luna dan Rina saling menatap. Siska termasuk siswi yang pintar, ia juga salah satu penerima beasiswa. Mereka baru sekelas di tahun ini, jadi tidak banyak yang keduanya ketahui tentang gadis itu.

"Bolehkan kami berkunjung ke rumahmu sepulang sekolah nanti?" Usul Luna yang membuat Siska terkejut.

"U..untuk apa, rumahku jelek, aku takut kalian tidak nyaman nanti" jawab Siska malu.

"Jangan minder begitu, kami cuma mau menjenguk Ibumu, masalah pekerjaan akan kubicarakan dengan Bundaku nanti"

Mendengar janji Rina, Siska akhirnya setuju. Setelah mengucapkan terima kasih gadis itu kembali ke bangkunya. Rina sempat memberikan dua bungkus Roti dan sekotak susu yang sebenarnya adalah jatah cemilannya dan Luna.

🍈

Sebelum ke rumah Siska, Luna dan Rina menyempatkan diri mampir ke mini Market dekat sekolah untuk membeli buah tangan, Siska sudah menolak, tapi kedua gadis itu bersikeras.

Saat sedang asyik berbelanja, tidak sengaja mereka berpapasan dengan Alan yang sedang berdiri di depan showcase minuman dingin.

"Hai Alan" Siska yang menyapa karena mereka pernah sekelas.

"Oh Hai.." Alan terpaku sejenak, karena gadis yang selalu bercokol di benaknya kini muncul di hadapannya. Tidak mau di anggap aneh karena bengong, pemuda itupun lantas tersenyum pada ketiganya. "Kalian juga berbelanja? Apa ingin belajar bersama? Tanyanya mencoba bersikap wajar.

Sweet Lime (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang