"Kenapa memarmu belum sembuh padahal sudah lewat satu minggu" tanya Alan ketika berkunjung ke rumah Shania untuk menjenguknya atas permintaan gadis itu.
"Aku juga tidak tahu, Mama sudah membawaku ke Dokter, katanya cuma memar biasa dan dikasi salep, tapi tidak ada perubahan, tidak mau hilang dan rasanya juga sakit seperti sedang ada batu besar yang menempel di jidatku"
"Sabar saja, mungkin memamg cuma butuh waktu" hibur Alan.
"ini semua karena Luna, dia pasti marah karena mengira gara-gara aku kau tidak mau memakan lagi bekalnya, aku mendengarnya sendiri waktu dia bicara dengan Rina" adu Shania kembali melancarkan fitnahannya.
"Apa kau yakin? Menurutku Luna bukan orang seperti itu" Alan tampak ragu kerutan di dahinya membuat kedua alis lebatnya terlihat bersatu.
"Jadi kau kebih percaya padanya dibandingkan aku yang sudah lama kau kenal!?" Hardik Shania cemberut lalu memalingkan wajahnya.
"Bukan begitu maksudku, tapi selama ini dia terlihat baik dan tidak pernah bermasalah dengan siapapun"
"Ini buktinya Alan, ini buktinya!" Tunjuk Shania pada jidatnya membuat pemuda itu meringis sekaligus kasihan melihat memar berwarna ungu gelap yang menutupi setegah dahi gadis itu.
"Baiklah, aku percaya, nanti aku akan bicara padanya" ucap Alan akhirnya yang menghasilkan seringai tipis di wajah gadis itu.
🍈
"Luna, untuk mengisi liburan nanti, maukah kau magang di Toko kue bundaku, kita bisa bersenang-senang dan belajar membuat kue disana" ajak Rina setelah mengatahui jadwal libur semester yang baru saja di umumkan.
"Tentu saja aku mau, pasti menyenangkan, aku juga ingin mengajakku ke Panti nanti, aku dan temanku Diah berencana membuka kelas PAUD kilat untuk adik-adik Balita kami. Jadi paginya kita mengajar, siangnya kita belajar, seru kan?"
"Ide yang bagus, aku setuju" timpal Rina "wah liburanku kali ini pasti bermakna, biasanya aku hanya rebahan atau bantu-bantu di Toko"
Saat keduanya masih asyik mengobrol, satu pesan masuk muncul di layar ponsel Luna yang tergeletak di atas meja.
'Bisa kita bicara, aku tunggu di kantin'
"Dari siapa?" Tanya Rina karena dia tahu isi kontak ponsel Luna sangat sedikit, bahkan hampir tidak pernah ponselnya berbunyi ketika mereka bersama.
"Alan, dia ajak aku ketemu di kantin, katanya ada yang mau dibicarakan"
"Sekarang?" Perlu aku temeni nggak?" Tawar Rima.
"Nggak usah, cuma sebentar kok, karena cuma dia yang punya topik, aku nggak, ya sudah aku ke kantin dulu ya" Luna bangkit dari duduknya lalu meninggalkan kelasnya yang sedang riuh karena jam kosong. Setelah ulangan, para Guru kadang jarang masuk dan hanya menitip soal dan catatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...