09. Loyo

14.8K 1.1K 16
                                    

Rudi berjalan dengan bangga dengan Yumi dalam gandengannya, tak sulit baginya menarik lawan jenis dengan fisik dan latar belakang yang ia miliki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rudi berjalan dengan bangga dengan Yumi dalam gandengannya, tak sulit baginya menarik lawan jenis dengan fisik dan latar belakang yang ia miliki. Rina salah satunya, dia sudah menyukai pemuda itu sejak kelas satu. Namun baru di kelas dua ini Rudi memperhatikannya sejak mereka bertemu di Toko kue Rianti. Ketika itu Rudi mengambil pesanan Ibunya saat Rina sedang berjaga.

Sejak itu mereka dekat dan memutuskan menjalin cinta dua minggu kemudian, tak banyak yang tahu hubungan mereka di Sekolah. Yusuf bisa tahu karena pernah tidak sengaja mendapati keduanya berkencan di Mall.

Patah satu tumbuh seribu, seperti itulah Rudi yang setelah penolakan Rina, kini ada Yumi yang menggantikan posisinya. Pasangan baru itu seolah ingin satu Sekolah tahu kalau mereka sedang menjalin hubungan. Luna tentu kesal melihatmya, pemuda bejat itu harus mendapatkan balasan atas perbuatannya.

"Maaf Kak, saya terburu-buru'" seru Luna ketika dengan sengaja menyenggol tubuh Rudi. Ia menunduk seolah menyesal atas tindakan cerobohnya.

"Pergi sana! Kau kumaafkan karena memang penglihatanmu rusak!!" ujar Rudi kesal, manatap tajam mata Luna yang terbingkai kacamata.

"Lain kali hati-hati ya Lun!" Tambah Yumi mengingatkan.

"Iya kak, maaf" Luna segera berlalu, ia tersenyum samar, Rudi akan mendapatkan karmanya.

🍈

"Luna bilang aku keren" pamer Alan pada Erwin, keduanya sudah berada di kelas, duduk kosong tanpa melakukan apapun.

"Kau senang?"

"Tentu saja" jawab Alan cepat.

"Kenapa?" Erwin terlihat cuek, malah menatap ke arah papan tulis yang sedang dibersihkan salah satu temannya.

"Karena dia memujiku, bukankah wajar merasa senang jika di puji?" Balas Alan menerka kalau sebentar lagi Erwin akan sarkas padanya.

"Aku biasa saja tuh, banyak yang bilang aku tampan dan dermawan, tapi kalau orang yang aku sukai memujiku begitu, rasanya akan seperti di awan-awan"

Benar dugaan Alan, Erwin kembali meremehkannya. Pemuda itu hanya bisa menghela nafas, hari masih pagi, ia malas berdebat.

"Apa kau masih mengharapkan Shania? Sehingga takut mengakui perasaanmu pada Luna?" Tanya Erwin tiba-tiba. "Cinta pertama memang sulit dilupakan, tapi apa kau yakin  itu benar-benar cinta? Di usia kita sekarang, masih terlalu naif untuk mengartikannya. Bahkan aku meragukan perasaanmu pada Luna"

Melihat ekspresi serius Erwin, Alan merasa gamang. Baginya, cinta adalah Shania dan Luna adalah sosok yang membuatnya senang dan bersemangat.

"Kenapa kau serius sekali, kita ini baru 17 tahun" balas Alan terkekeh

"Apa angka itu melegalkan kita untuk berbuat seenaknya, carilah teman lain untuk bermain dan jangan mengusik anak yatim!"

🍈

Sweet Lime (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang