"Ma, Om Alan baik, aku suka, bisakah dia sering-sering datang" untuk pertama kalinya Wulan dekat dengan pria dewasa, gadis kecil itu merasa senang, figur yang selama ini di dambakannya muncul dalam diri teman Mamanya.
"Om Alan sibuk sayang, dia kan bekerja, kalau ada waktu mungkin bisa"
"Kalau begitu suruh dia jangan sibuk Ma, diakan teman Mama" pinta Wulan cemberut, tidak semua penjelasan Mamanya bisa dia pahami.
Luna yang sedang memasak sayur, berbalik melihat Putrinya yang sedang duduk di meja makan tampak tertunduk dan memainkan jarinya. Gestur seperti itu tandanya ia sedang merajuk.
Perempuan yang sudah membesarkan Wulan itu menghela nafas, ia bingung bagaimana cara membujuk Putrinya karena Alan bukan benda atau makanan yang bisa dijanjikan.
Baru tiga hari mereka bertemu secara rutin, Alan selalu muncul tiap Wulan pulang sekolah yang membuat gadis kecil itu merasa senang semantara di lain sisi dirinya merasa risih karena pria itu tidak pernah membahas soal Ruko, dia hanya datang, memesan jus, menunjukkan perhatiannya lalu ngobrol dengan Wulan.
🍈
"Kudengar dari Siska sudah dua hari kau ke Kedai Luna, apa ini bagian dari strategimu untuk mendapatkan Ruko dan hatinya?"
"Siska yang memberitahumu? Apa kalian sedang dekat?" Alan justu balik bertanya pada Erwin.
"Aku meminta nomernya waktu pertama kita kesana?"
"Apa kau memintanya jadi mata-matamu?" Tuduh Alan menatap curiga pada Erwin yang duduk di depannya.
"Bukan untuk urusan pekerjaan tapi pribadi, waktu kami sedang berbincang di telepon tak sengaja topik tentangmu muncul, dari situ aku tahu"
Erwin tersenyum sangat tipis tapi Alan bisa melihatnya. "Apa kau menyukai Siska?"
"Ck ,jangan mengalihkan topik, kau belum menjawab pertanyaanku tadi" sindir Erwin melempar satu keping ciki ball ke arah Alan, dia luar pekerjaan mereka akan bersikap layaknya sehabat.
"Aku sedang berusaha untuk keduanya semoga Tuhan tidak menganggapku serakah dan memudahkan segalanya" lirih Alan.
"Apa kau sedang menunggu seseorang?" Tanya Erwin ketika mendengar suara bell, waktu menunjukkan pukul delapan malam lewat lima menit. Kedua jomblo itu memilih menghabiskan malam minggu bersama di rumah Alan dengan bermain game.
"Tidak"
Penasaran dengan siapa yang datang pria berkaos biru dan celana cargo selutut itu bergegas ke pintu depan, namun moodnya hancur saat melihat sosok yang ingin dihindarinya.
"Wow kau kelihatan keren jika berpakaian santai seperti ini" seru wanita bergaun pink ketat tanpa lengan antusias, senyum cerah menghiasi wajahnya cantiknya yang terpoles make up lengkap.
Karen langsung masuk begitu saja tanpa dipersilahkan, wanita dengan rambut bergelombang itu duduk di sofa antik yang ada di ruang tamu sambil menyilangkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lime (End)
RomanceSetelah bangkit dari kematian, Luna tak lagi seperti sebelumnya. Tujuan hidupnya-pun berubah. Ia yang awalnya seperti bayangan kini muncul di permukaan. Kedua tangannya jauh lebih berguna dari sebelumnya, tergantung bagaimana suasana hati dan cara i...