HIM #9

1.8K 124 0
                                    

HAPPY READING 💎

Setelah tragedi Dino mengagetkan Arin beberapa menit lalu, kini keduanya sudah duduk bersama di ruang tengah dengan televisi menyala.

"Dino-Ssi, maaf ya. Aku benar-benar tidak bermaksud lancang tadi, " ucap Arin entah sudah yang keberapa kali.

"Kamu sudah minta maaf sangat banyak Arin-ah, padahal itu bukan sebuah kesalahan. Aku suka kamu memanggilku Dino-ya, sungguh! " ucap Dino lengkap dengan jari membentuk piece-nya.

"Tetap saja aku tidak enak," lirih Arin.

Tadi ia sungguh refleks memanggil Dino seolah-olah mereka sudah sangat akrab sejak lama.

"Tidak apa Arin. Bukankah aku juga memanggilmu dengan Arin-ah? "

"Tidak bisa disamakan, "

"Tentu saja bisa. Kita teman sekarang, oke? "

Arin tidak langsung menjawab, pikirannya sibuk dengan 'Serius sekarang gue temenan sama Dino Seventeen? Temenan? '

"Arin-ah ayolah, " desak Dino lagi.

"Oke Dino-Ssi"

"Dino-ya! Di-no-ya Arin! "

Arin terkekeh kecil melihat ekpresi Dino yang merajuk itu. Benar-benar seperti yang dilihatnya selama ini di ponsel, Dino mode maknae. Hanya saja, saat ini ia bisa melihatnya secara langsung.

"Baiklah, Dino-ya" ucap Arin akhirnya.

Lalu keduanya tertawa kecil bersamaan.

Tak lama kemudian, datang hoshi dengan beberapa bungkus snack dan minuman di tangannya.

"Boleh kah aku bergabung dengan kalian? " tanya Hoshi seraya meletakkan barang bawaannya keatas meja yang berada di tengah-tengah mereka.

" Tentu saja, " jawab Arin dan Dino kompak.

"Wah! Kalian kompak sekali, " Pekik Hoshi terkejut. Lalu duduk di sebelah Dino.

Arin hanya tersenyum tipis seraya mengusap hidungnya, kebiasaanya jika berada dalam situasi yang sedikit canggung.

"Arin-Ssi, ada apa? " tanya Hoshi menyadari keadaan Arin.

"Tidak apa-apa. Oh, ya. Hoshi-Ssi, kau bisa memanggilku Arin saja"

"Baiklah, Arin. Kalau begitu kau juga tidak perlu sungkan. Kau bisa memanggilku Oppa"

"Eh?!"

"Bukankah kebanyakan fangirl memanggil bias mereka dengan sebutan Oppa? Tidak jarang juga dari mereka yang memanggil kami sayang? Bahkan suami? " Jawab Hoshi disusul tawa renyahnya. Begitupun dengan Dino.

"Arin-ah, kau bagian dari yang mana?" tanya Dino.

"Apanya? "

"Apa panggilanmu kepada kami sebelum nya?"

"Oppa" Jawab Arin apa adanya.

Hoshi dan Dino mengangguk paham.

"Oh, sepertinya suami" tambah Arin yang langsung disambut tawa kecil oleh Hoshi dan Dino.

"Benarkah? Arin-ah?" ulang Dino memastikan.

Arin tersenyum sumringah seraya menggeleng, "Tidak sering, tapi pernah" jawabnya mengakui.

"Kamu lucu sekali Arin," ucap Hoshi disela kekehannya.

Arin hanya tersenyum sebagai respon.

Lalu Hoshi mulai menawarkan Arin snack yang dibawanya beberapa saat lalu. Namun, ia tidak bisa menawarkan Arin minumannya karena Arin seorang muslim dan tidak bisa meminumnya.

"Arin, bagaimana kamu mengenal kami? " tanya Hoshi mulai membuka obrolan lagi.

"Saat itu...karena lagu kalian tidak sengaja kudengar, "

"Lagu apa itu? " Kali ini Dino yang bertanya.

" Shadow dan Super. Pertama kali mendengarnya, aku langsung suka. Dan setelah itu aku mulai mencari tahu tentang grup kalian,"

"Wah, siapa biasmu?" tanya Dino antusias.

Arin diam sejenak. Haruskah ia menjawab biasnya adalah Joshua?

"Sejujurnya aku kesulitan memilih bias di Seventeen, aku mengagumi kalian semua." Jawab Arin akhirnya.

"Tapi...Hoshi Oppa adalah yang pertama kali kukenal di Seventeen " lanjutnya.

"Aku?" ulang Hoshi yang tampak terkejut.

Arin mengangguk mantap.

Setelahnya suasana menjadi lebih santai, Hoshi dan Dino semakin tertarik untuk mengenal Arin lebih dalam. Mereka mulai bertanya tentang perjalanan Arin dalam mengenali setiap member, bagaimana ia berhasil bertemu dengan Joshua dan Minghao di Kapali Carsi, dan apa yang membuatnya memutuskan untuk bergabung dengan mereka selama satu setengah bulan ke depan.

Arin dengan senang hati menceritakan pengalamannya.

Yang paling menarik adalah ketika Hoshi dan Dino menanyakan tentang perasaan Arin saat memutuskan untuk bergabung dengan mereka selama satu setengah bulan ke depan. Arin mengungkapkan bahwa awalnya ia merasa campur aduk antara gugup dan bahagia. Bergabung dengan Seventeen adalah kesempatan besar baginya untuk belajar dan berkarya bersama orang-orang yang hebat. Meskipun ia merasa sedikit cemas dengan tantangan yang akan dihadapinya, Arin yakin bahwa ini adalah kesempatan yang tak boleh ia sia-siakan.

Saat mereka terus menerus bercerita, ketiganya tanpa sadar akhirnya terlelap. Hoshi dan Dino tidur meringkuk di atas karpet yang hangat, sedangkan Arin tertidur dalam keadaan duduk dengan kepala yang menelungkup di atas sofa. Meskipun mereka terlelap, senyum bahagia terpancar dari wajah mereka yang damai, menunjukkan betapa mereka menikmati kebersamaan dan persahabatan yang baru terjalin.

💎💎💎

Jangan lupa klik gambar 🌟 dibawah ya 😉

This Story is Just Fiction

This Story is Just Fiction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HE IS MY...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang