HAPPY READING 💎
"Aku tahu semua ini menyakitkan, tapi kita juga tidak bisa menebak pada siapa perasaan ini akan berlabuh, kan? Arin, mencintaimu adalah sesuatu yang tak pernah aku duga, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tembok tinggi yang kau katakan itu, aku sangat mengerti batasannya. Aku juga mengerti kekhawatiranmu yang takut melihatku terluka karena cinta yang tidak bisa terwujud. Biarlah itu menjadi urusanku, Arin. Biarlah waktu yang menjawab segalanya,"
"Arin, aku berjanji bahwa aku akan menjaga hatiku dan menghadapi perasaan ini dengan bijaksana. Jika nantinya kita memang tidak berjodoh, aku akan tetap menghargai dan mengingat cinta yang tulus ini."
Arin menghela nafasnya dalam-dalam, mencoba meredakan kekacauan emosinya. Perasaan bahagia dan pedih seolah menyatu dalam darahnya, menciptakan kebingungan yang sulit diungkapkan. Rasanya seperti racun yang menyebar dalam tubuhnya, mengganggu konsentrasi dan membuatnya sering terlarut dalam lamunan. Arin merasa seperti terjebak dalam labirin perasaan yang rumit.
Ungkapan cinta Joshua semalam, memberikan kehangatan dalam jiwanya. Itu yang Arin rasakan saat ini. Meskipun ia tidak yakin apakah akan berjodoh dengan pemuda yang ia cintai dan mencintainya. Cukuplah ia tau bahwa cintanya terbalas.
Ia tidak bercerita pada siapapun tentang apa yang diungkapkan Joshua kepadanya. Ia merasa cukup dirinya saja yang tau. Dan kalau Tuhan merestui, biarlah Dia yang mengatur bagaimana jalannya mereka akan dipertemukan kembali nanti.
Meski Arin sangat ingin berjodoh dengan Joshua, pria yang ia cintai dan mencintainya, hatinya masih merasa sungkan dan penuh ketidakyakinan. Ia tahu bahwa takdir seringkali tidak bisa diprediksi, dan ia belajar untuk menerima bahwa cinta tidak selalu berjalan sesuai rencana. Meskipun begitu, Arin tetap berusaha untuk tetap optimis dan menjaga hatinya dengan bijak.
"Huftttt...." desis Arin. Langkahnya terasa berat menuju lokasi fanmeet Seventeen yang hanya berjarak sepuluh meter dari tempatnya sekarang.
Setelah semua yang terjadi semalam, bagaimana ia harus menghadapi Joshua nanti? Sangat tidak mungkin jika mereka tidak bertemu hari ini.
"Eh?!" Pekik Arin begitu dirasa ada seseorang yang menarik rambutnya yang dikuncir sehingga tubuhnya mundur beberapa langkah.
Ia segera menoleh ke arah pelaku tersebut.
"Hati-hati Arin, kau hampir menabrak tiang itu," seru Jun sambil menunjuk sebuah tembok yang merupakan tiang penyangga, dengan dagunya.
"Oh? Jun Gege," sahut Arin dengan senyum lega.
"Ada apa denganmu? Kau terlihat tidak fokus Arin. Banyak pikiran?" Tebak Jun. Melepaskan tangannya dari rambut Arin yang tadi ditariknya dan merapikannya kembali.
Arin hanya terkekeh sebagai jawaban.
Jun yang gemas, mencubit pelan hidung Arin hingga gadis itu mengaduh dan mengusap-usap hidungnya.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu yang terbuka. Jun dan Arin segera menoleh ke arah suara tersebut, dan saat Arin melihat siapa pelakunya, ia langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat. Ternyata, itu adalah Joshua. Hatinya berdebar kencang, dan dia merasa perlu menghindari kontak mata dengan Joshua demi menjaga keamanan perasaannya.
Tanpa ragu, Arin langsung meraih lengan Jun dan dengan cepat mengajaknya pergi ke lokasi fanmeet. Dia berharap dengan berada di antara kerumunan penggemar dan sibuk dengan acara, akan memudahkan baginya untuk menjauh dari Joshua dan melupakan perasaan yang rumit di dalam hatinya. Meski hanya sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY...
FanficBisa bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan member Seventeen adalah impian semua Carat. Dan Arin, berhasil mendapatkan kesempatan itu lewat pertemuan tak disengajanya di Istanbul. Kesempatan yang mungkin hanya akan sekali ia rasakan dalam...