HAPPY READING 💎
"Ahjussi, bisa kah kau turunkan aku di depan minimarket itu?" pinta Arin pada supir bus sambil menunjuk ke arah sebuah minimarket yang berada tidak jauh dari gerbang kompleks penginapan mereka.
"Tentu saja," jawab supir tersebut. "Perlukah kami menunggumu?" tanyanya.
Arin menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu. Ahjussi, kau dan yang lainnya langsung kembali ke penginapan saja. Aku akan pulang dengan berjalan kaki nanti," jawabnya, matanya melirik sekeliling, menatap wajah-wajah yang sudah terlelap dalam tidur.
Supir bus tersebut mengangguk, "Baiklah."
Sesuai dengan permintaan Arin, bus berhenti tepat di depan minimarket. Arin turun dari bus dan melambaikan tangan ke arah supir bus sebelum pintu bus tertutup dan melanjutkan perjalanannya.
"Huft..." lirihnya begitu angin menerpa wajahnya. Cuaca malam ini cukup dingin, dan angin yang baru saja berhembus sepertinya membawa pesan bahwa hujan akan segera turun.
"Harus buru-buru nih," gumam Arin sebelum akhirnya berlari kecil memasuki minimarket.
Tujuan Arin ke minimarket malam itu adalah untuk membeli coklat. Entah mengapa, ada sesuatu yang membuat suasana hatinya sedikit suram. Arin adalah tipe gadis yang akan membeli coklat ketika merasa gundah karena baginya manisnya coklat selalu berhasil mengusir kegelisahan di hatinya.
Begitu memasuki minimarket, Arin langsung menuju ke rak coklat. Ia mulai memandangi berbagai jenis coklat yang tersusun rapi di rak tersebut. Ada coklat batangan, coklat isi, hingga coklat impor. Arin memandanginya satu per satu, mencoba memilih coklat mana yang paling bisa menghibur hatinya malam itu.
Setelah beberapa menit, pilihan Arin akhirnya jatuh pada coklat berisi kacang almond. Diambilnya tiga bungkus coklat dari rak. Ia memandangi bungkusan coklat di tangannya sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk membawanya ke kasir.
Ia berniat untuk membagikan dua bungkus coklat kepada orang-orang di penginapan nanti. Mungkin, pikirnya, manisnya coklat juga bisa mengusir kegelisahan yang mungkin mereka rasakan.
Suara gemuruh yang tiba-tiba, menarik perhatiannya. Ia menoleh ke jalanan di luar minimarket, dan apa yang ia lihat membuatnya terkesiap. Hujan turun dengan deras, begitu deras sampai tampak seperti tirai air yang memisahkan dunia di dalam dan di luar toko.
Arin tampak sedikit khawatir. Menyesal karena tidak membawa payung saat turun dari bus tadi.
Meski jarak minimarket dengan penginapan terbilang dekat. Tapi tetap saja, hujan deras di luar tidak memungkinkannya untuk pulang tanpa payung. Terlebih, gadis itu paling takut dengan petir.
Haruskah ia meminta tolong Mi Soo untuk menjemputnya? Ia ingin melakukan itu, tapi sungkan. Mi Soo pasti langsung terlelap begitu sampai di penginapan saking lelahnya.
Lalu? Member?
Tidak Tidak. Ia lebih tidak ingin merepotkan para member meski ia yakin beberapa dari mereka pasti belum tidur.
"Udahlah, tunggu sampe reda aja" lirihnya memutuskan.
Beberapa detik setelah menyelesaikan transaksinya Arin beranjak keluar, berniat untuk menunggu sambil duduk di bangku yang tersedia di depan minimarket.
"Shua Oppa?" pekiknya pelan begitu melihat Joshua tengah berdiri tepat di depan pintu minimarket. "Kenapa kau di sini?" tanyanya.
" Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi malam-malam sendirian?" sahut Joshua disusul senyum tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY...
FanfictionBisa bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan member Seventeen adalah impian semua Carat. Dan Arin, berhasil mendapatkan kesempatan itu lewat pertemuan tak disengajanya di Istanbul. Kesempatan yang mungkin hanya akan sekali ia rasakan dalam...