HAPPY READING 💎
Arin melangkah santai menuju salah satu toko buah langganannya di Kapali Carsi, Istanbul, Turki.
Di tengah perjalanan, samar-samar Arin mendengar sebuah percakapan yang menarik perhatiannya.
Suara itu, berasal dari toko coklat disebelahnya.Di sana, tampak pemilik toko yang sedang kebingungan menghadapi dua orang -pemuda- pelanggan yang tidak berbahasa Turki itu.
Arin yang merasa terpanggil, akhirnya menghampiri mereka.
" Permisi pak, ada yang bisa saya bantu? " tanya Arin menawarkan diri.
" Oh, ya. Apa kamu bisa berbahasa Inggris? " jawab pemilik toko coklat.
" Tentu "
"Syukulah, kalau begitu. Bisa bantu aku tanyakan apa yang mereka mau?"
" Baiklah, pak "
Lalu Arin melirik dua pemuda yang berpakaian sangat tertutup, lengkap dengan masker yang menutupi sebagian wajah mereka.
Salah satu dari mereka bahkan menggunakan kacamata hitam.
" Ada yang bisa saya bantu? " tanya Arin menawarkan. Kali ini dengan bahasa Inggris.
" Bisa bantu kami pilihkan coklat khas Turki yang paling enak? " jawab pemuda bersweater abu-abu tua.
Alih-alih menjawab, Arin malah bergeming. Ia merasa suara lembut tersebut tidak asing di telinganya. Bahkan terdengar sangat akrab. Padahal ini adalah pertemuan pertama mereka.
Suaranya kok mirip...
"Permisi?" tegur pemuda itu lagi.
" Ya? Oh, baiklah. Tunggu sebentar "
Dengan gerakan perlahan tapi pasti, Arin mulai memilih beberapa coklat yang menurutnya paling enak selama hampir 6 tahun tinggal di Turki.
Satu... Dua... Tiga... Empat!
Ada 4 jenis coklat yang dipilihnya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera memberikan keempat coklat tersebut kepada dua pemuda itu.
" Menurut ku, itu jenis coklat yang rasanya paling enak di Turki. Aromanya juga harum."
Setelah menerima coklat yang dipilihkan oleh Arin beberapa saat lalu, kedua pemuda itu berniat untuk mencoba menghirup aroma dari coklat yang masih terbungkus rapi tersebut. Tanpa membuka masker mereka.
Kegiatan mereka tentunya tak lepas dari perhatian Arin dan pemilik toko.
" Hyung, menurutku yang ini enak, " kata pemuda bermantel kotak-kotak dan berkacamata hitam. Menggunakan bahasa Korea.
" Menurutku juga begitu, " jawab pemuda bersweater abu-abu tua.
" Bagaimana kalau kita beli yang ini saja? "
"Baiklah. Yang ini, berapa harganya?" tanya pemuda bersweater abu-abu tua kepada Arin.
Kali tatapan mereka tak sengaja bertemu. Cukup lama. Cukup untuk Arin mengenali siapa pemilik mata tersebut. Mata yang selama ini hanya bisa dia lihat melalui layar ponselnya.
"Permisi?" suara itu membuyarkan lamunannya.
"Oh, ya," Arin buru-buru memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Tubuhnya mendadak lemas, seolah kehilangan tenaga. Ia menggeleng kecil, mencoba menepis dugaannya sendiri. Dugaan kalau pemuda tersebut adalah...
Bersambung....
💎💎💎
Jangan lupa vote dan komennya ya 😇😇😇😇😇
Nb : This story is just fiction
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY...
أدب الهواةBisa bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan member Seventeen adalah impian semua Carat. Dan Arin, berhasil mendapatkan kesempatan itu lewat pertemuan tak disengajanya di Istanbul. Kesempatan yang mungkin hanya akan sekali ia rasakan dalam...