HIM #12

1.8K 116 9
                                    

HAPPY READING 💎

Pukul 1 siang, Arin dan rombongan Seventeen bersama dengan para staff menuju lokasi konser yang membutuhkan waktu satu jam perjalanan. Arin duduk di kursi bagian depan bus bersama dengan para staff, sementara para member duduk di bagian belakang. Selama perjalanan, suasana menjadi semakin akrab karena Arin dan para staff banyak mengobrol santai. Arin terkenal dengan sifatnya yang ramah dan peka, membuatnya disenangi oleh semua orang. Aura positifnya membuat siapapun merasa nyaman berada di dekatnya.

Tiba di lokasi konser, para member Seventeen dan staff turun satu per satu dari bus. Di antara para staff yang lain, Arin turun paling akhir lewat pintu depan, bersamaan dengan Seungkwan dan DK yang juga baru saja keluar dari pintu belakang. Arin merasa sangat canggung karena belum sempat bertegur sapa dengan mereka sebelumnya, namun dia dengan sopan membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Begitupun dengan Seungkwan dan DK.

"Arin-Ssi, semangat!" ucap DK dengan ramah.

Arin mengangguk dan tersenyum sebagai respon. Dia merasa terharu dan terinspirasi karena dukungan yang diberikan oleh member dan semua staff Seventeen. Meskipun belum lama bersama, Arin sudah merasakan kehangatan dan keramahan dari mereka.

"Kami duluan ya, Arin-Ssi! Semangat!" timpal Seungkwan sebelum akhirnya mereka berdua berjalan mendahului Arin.

Arin melihat mereka berdua pergi dengan senyuman di wajahnya.

Mereka memang seramah itu ternyata batin Arin.

Seiring dengan kepergian Seungkwan dan Dk, Arin tidak segera menyusul mereka. Ia berdiri di tempat, memandangi langit yang terik di siang bolong ini. Matahari tampaknya sedang bersemangat, memancarkan sinarnya dengan begitu gencar. Arin merasa menyesal, mengapa ia tidak membawa topi atau pasmina yang biasanya ia gunakan untuk melindungi kepalanya dari sengatan matahari di siang hari.

Namun, tiba-tiba saja, sebuah bayangan menutupi cahaya matahari yang menyilaukan matanya. Sebuah topi tiba-tiba muncul dan melindungi kepalanya. Ia menoleh, dan ternyata seseorang telah memakaikan topi itu padanya. Ia adalah Mingyu.

Mingyu, dengan senyum manisnya berkata, "Jangan panas-panasan, Arin-Ssi." Suaranya lembut, namun mampu membuat Arin nyaris terlonjak karena kaget.

Arin hanya bisa tersenyum, merasa beruntung memiliki idola seperti Mingyu.

"Aku duluan ya," pamit Mingyu yang lalu berlari kecil meninggalkan Arin.

Bahkan ia belum sempat mengucapkan terimakasih.

"Arin, kenapa tidak masuk?" Tegur Joshua yang entah darimana datangnya.

Lagi-lagi Arin dibuat terkejut oleh kemunculan idolanya yang secara tiba-tiba itu.

"Oh, ya. Ini aku mau ke sana," jawab Arin canggung.

Lalu Joshua mengajaknya untuk masuk ke venue konser bersamaan. Dalam perjalanan, Joshua yang mengenali topi yang dipakai Arin, bertanya, "Apakah itu milik Mingyu?"

Arin mengangguk, "Iya, tadi dia meminjamkannya padaku"

"Dia orang yang baik, bukan?" tanya Joshua, mencoba memulai percakapan.

"Kau juga orang yang sangat baik, Shua Oppa," balas Arin, membuat Joshua tersenyum.

***

Sejak detik pertama Arin menginjakkan kaki di venue, ia telah ditugaskan untuk menemani manager Kim dalam berdiskusi dengan tim properti. Arin, yang biasanya lebih suka mendengarkan daripada berbicara, merasa cukup lelah hari ini. Tugasnya tidak hanya menemani manager Kim, tetapi juga berkomunikasi dengan tim Properti Turki dalam dua bahasa yang berbeda. Turki dan Korea.

HE IS MY...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang