HIM #43

1.3K 77 2
                                    

HAPPY READING 💎

"Noh!" celetuk Adit tiba-tiba. Membuyarkan lamunan Arin.

"Apaan?"

Alih-alih menjawab, Adit yang tengah menyetir mobil menunjuk ke arah pintu masuk bandara -yang berjarak sekitar lima meter lagi- dengan dagunya.

Arin mengoceh tak mengerti. "Ha? apaan si?"

"Gerbang masuk bandara itu," decak Adit akhirnya.

"Ya terus kenapa?" tanya Arin, masih belum paham.

"Jadi nih balik? Yakin?" goda Adit.

Arin mendengus kesal, "Udah sampe sini. Ya balik lah," merasa jengkel dengan pertanyaan Adit yang seolah-olah tidak perlu.

"Masih sempet kalo mau muter balik,"canda Adit, mencoba sekali lagi untuk menggoda Arin.  

Namun, Arin dengan tegas menggelengkan kepalanya,  "Gue harus pulang."

Adit manggut-manggut, tidak berniat menggoda Arin lagi. "Udah pamitan kan sama mereka?"

Sambil meremas ujung jaketnya, Arin menatap keluar kaca mobil. Mereka sudah memasuki area bandara. "Udah, semalem..."

"Joshua? Gimana?" tanya Adit, belum sepenuhnya menyadari perubahan suasana hati Arin.

"Kita ngga banyak ngobrol semalem..," jawab Arin dengan nada yang lesu.

Wajar. Semalam memang bukan waktu yang dikhususkan untuk Arin bersama Joshua saja. Lagipula, ia sudah sering bersama Joshua. Jika semalam ia menghabiskan waktunya bersama member Seventeen yang lain, maka itu sudah sepantasnya.

Namun, ada rasa kurang yang tidak bisa dijelaskan.

Bagaimanapun, ada beberapa hal yang meski sering dilakukan, tapi tidak bosan juga untuk dilakukan terus-menerus.

Itulah yang Arin rasakan ketika bersama Joshua.

"Dia juga keliatan ngindarin gue gitu semalem Dit..." Curhat Arin lagi.

Sebenarnya alasan Arin dan Joshua tidak banyak berbicara semalam bukanlah karena Arin merasa perlu menghabiskan waktu bersama anggota Seventeen lainnya.

Tapi, karena Arin merasa bahwa Joshua sedang menghindarinya.

Rasanya seperti ada jarak yang tiba-tiba muncul di antara mereka. Mereka tidak seperti biasanya, tidak seperti pasangan yang sering berbicara dan saling berbagi cerita. Arin merasa ada sesuatu yang tidak beres, meskipun ia tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi.

Dalam hati, Arin berharap bahwa ini hanya kebetulan semata. Mungkin Joshua sedang sibuk atau memiliki masalah pribadi yang membuatnya terlihat seperti menghindar. Namun, perasaan kekhawatiran tetap ada di dalam hati Arin, membuatnya merasa sedikit cemas tentang hubungan mereka.

Hah? Pasangan? Hubungan? Gue sama Joshua? Ngga! Ngga ada kayak gitu! Batin Arin mengomel pada dirinya sendiri. Pada perasaannya sendiri.

"Tapi kayaknya dia ngga ngindarin lo, sih!" Timpal Adit dengan nada ragu.

Arin berdecak kesal, "Ngga usah sok nenangin gue deh, Aditya!"

Moodnya sedang tidak baik-baik hari ini.

Gantian Adit yang berdecak kesal. "Nenangin lo ngga ada gunanya Cip! Tapi ini gue serius?!" Tukasnya.

Arin geleng-geleng kepala. "Terserah!"

"Emang baru ketemu sekali sih, tapi kayaknya gue ngga salah ngenalin orang deh!" Gumam Adit sambil memicingkan matanya ke arah pemuda bermasker yang berdiri di sekitaran pintu masuk, mencoba untuk memastikan. "Cip! Kayaknya itu...Joshua?" Tebaknya.

HE IS MY...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang