HIM #16

1.8K 142 3
                                    

HAPPY READING 💎

Sejak Joshua memberitahu bahwa ia akan duduk di sebelah Arin, suasana berubah. Mereka kini berada di dalam pesawat, duduk bersebelahan, namun ada jarak yang tak terlihat di antara mereka. Arin, dengan matanya yang terus menghindari kontak mata dengan Joshua, menciptakan dinding tak tampak itu. Ia menatap jendela, menatap langit malam yang luas dan indah, apa saja selain menatap Joshua.

Namun, meski matanya menatap awan malam, hatinya tetap tertuju pada Joshua yang duduk di sebelahnya. Ada perasaan senang, sungkan, dan canggung yang bercampur dalam hatinya.

Hingga akhirnya, Joshua membuka suara, memecahkan keheningan di antara mereka. "Arin-ah, apa yang indah dari melihat awan di malam hari?" tanya Joshua dengan bahasa Inggris.

Alih-alih menjawab, Arin malah menampilkan senyum sumringahnya. Ia selalu suka ketika Joshua berbicara menggunakan bahasa Inggris.

"Entahlah, Oppa," jawab Arin akhirnya.

Joshua tersenyum, lalu berkata lagi, "Kalau begitu, kenapa tidak melihatku saja?"

Detik itu juga, Arin mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba mencerna ucapan Joshua. Dia tahu apa yang Joshua maksud, namun keterkejutannya membuatnya bingung harus merespon bagaimana selain,

"Dih! Mentang-mentang cakep," gerutu Arin tanpa sadar, menggunakan bahasa Indonesia.

Joshua, yang sadar bahwa Arin menyahut meskipun dia tidak mengerti maksudnya, berkata lagi, "Kau pasti menggerutu," tebaknya.

"Apa?" tanya Arin masih enggan menoleh.

"Seseorang, terbiasa menggerutu jika menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh lawan bicaranya. Benar kan?"

Suudzon aja nih, artis! Heran! Batin Arin sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak menggerutu, Oppa. Aku memujimu tadi."

Joshua menggeleng, "Aku tidak percaya."

Arin mendengus pelan, " Sungguh! Aku benar-benar memuji ketampananmu tadi."

Joshua bertanya lagi, "Lalu kenapa tidak melihatku?"

"Tidak mau."

"Kenapa?"

"It's dangerous, Oppa" jawab Arin apa adanya.

Joshua bertanya lagi, "Apanya yang berbahaya?"

Arin menjawab, "Tidak semua orang kuat melihatmu lama-lama, Oppa."

Joshua memiringkan kepalanya, berusaha untuk melihat Arin yang masih enggan menoleh ke arahnya. "Benarkah?" tanya Joshua.

Arin yang menyadari ditatap seperti itu, refleks menutup wajah Joshua dengan kedua tangannya tanpa menyentuhnya. "Oppa! Jangan begitu!" ucap Arin.

Lalu Joshua tertawa dan kembali ke posisi semula.

Mendengar tawa Joshua, Arin diam-diam tersenyum. Rasanya seperti mimpi. Tingkah Joshua barusan seolah tengah menggodanya.

Arin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasa sedikit gugup, tapi juga senang. Dia tidak pernah berpikir bahwa Joshua akan memperlakukannya seperti ini. Arin merasa seperti sedang berada di dalam cerita romantis yang ditulis di Wattpad.

Joshua kembali membuka suara, "belakangan ini kau lebih banyak berbicara dengan member lain daripada aku."

Arin bergeming untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan memberanikan diri menoleh ke arah Joshua yang menatap kosong ke kursi didepannya.

HE IS MY...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang