HIM #32

1.4K 116 2
                                    

HAPPY READING 💎

Akhir bulan ini diisi dengan kegiatan fansign video call antara member Seventeen dengan Carat -yang beruntung- dari berbagai negara.

Di ruangan fansign, meja-meja telah tersusun rapi, latar belakang yang menarik telah dipasang, dan ponsel-ponsel telah siap untuk digunakan dalam sesi fansign yang akan berlangsung dalam waktu setengah jam lagi.

Kesibukan staff terlihat di setiap sudut ruangan, sementara beberapa member Seventeen telah duduk dengan tenang di kursi mereka masing-masing, mempersiapkan diri untuk bertemu dan berinteraksi dengan para penggemar yang telah setia mendukung mereka selama ini.

Arin memperhatikan satu persatu member dari dekat pintu ruangan. Menghitung jumlah mereka yang dalam pandangannya masih kurang beberapa orang.

"Hoshi Oppa, Jeonghan Oppa, Jun Gege, Minghao Gege, Dino, Vernon Oppa, Seungkwan Oppa, Mingyu Oppa, Scoups Oppa, Wonwoo Oppa, Woozi Oppa....oh, DK Oppa ternyata yang belum datang," lirihnya mengabsen satu persatu member yang sudah dan belum hadir.

"Eh! ada satu lagi ternyata. Bias tampan gue..." imbuhnya disertai kekehan kecil. Merasa lucu sekaligus salah tingkah dengan ucapannya sendiri.

Kemudian gadis itu mendengus pelan.  Ada sedikit rasa kecewa yang menyelinap dalam dirinya begitu melihat sang idola belum tiba di tempat. Padahal, ia sangat tidak sabar untuk melihat penampilan baru dari seorang Joshua.

Kemarin, DK sempat memberitahunya bahwa Joshua sudah mengecat rambutnya. Namun, pemuda itu tidak mengatakan warnanya apa. Jadi, seharian kemarin, Arin sibuk menebak-nebak warna rambut baru Joshua.

"Mungkin dia memilih warna cokelat gelap, atau mungkin dia ingin mencoba sesuatu yang lebih berani seperti warna pirang. Atau mungkin dia mengubahnya menjadi merah menyala!"

Ah, Arin semakin tidak sabar menantikannya. Ditambah, mereka juga hampir seminggu tidak bertemu meski sesekali berkirim pesan.

Tapi, rindu tanpa pertemuan, tetap saja rasanya ada yang kurang.

Pandangan Arin beralih mencari tempat yang bisa digunakannya untuk duduk. Ia baru ingat sejak sampai tadi, ia langsung membantu beberapa staff dan belum sempat duduk sama sekali.

"Oh, disana," gumamnya lalu beranjak menghampiri salah satu bangku kosong yang berada di tak jauh dari posisinya berdiri saat ini.

Sampai di sana gadis itu langsung duduk dan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, lalu menyalakannya.

Setelah itu, tidak ada yang dilakukannya selain menatap wajah tampan Joshua yang terpampang jelas di wallpaper ponselnya. Tanpa sadar gadis itu menyunggingkan senyumnya. Meski foto Joshua di wallpapernya tidak dalam mode kece, tetap saja gadis itu menyukainya. Karena bagaimanapun juga, wallpaper itu dipilihkan sendiri oleh biasnya.

Dan Arin belum berniat untuk mengubahnya lagi.

"Ganteng amat bias gue..." lirihnya dengan senyum yang semakin merekah. Ada getaran aneh saat menatap foto tersebut. Perasaan yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Sebelumnya, saat dirinya masih berada dalam dunia halusinasinya sendiri.

Perasaannya bagai berada di puncak dunia, dipenuhi dengan kebahagiaan dan kegembiraan yang tak terhingga.  Mengingat bagaimana ia dulu berpikir bahwa dikenal oleh Joshua adalah hal yang tak mungkin. Namun, kenyataannya jauh melampaui ekspektasi dan harapannya, membuat ia merasa seolah hidup dalam mimpi.

Jika dulu ia hanya bisa mencintai Joshua secara virtual, kini ia bisa mencintainya secara nyata. Ia merasakan kehangatan dan kedekatan yang nyata, yang bukan lagi hanya sebatas imajinasi. Perasaannya saat ini mungkin adalah campuran antara kebahagiaan, kejutan, dan rasa syukur yang mendalam.

HE IS MY...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang