ga bisa tidur

474 48 3
                                    

Biasakan vote sebelum membaca.

☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ —

Tengah malam sudah terlewati, tapi kedua kelopak mata itu masih enggan terpejam, Acha rebahan dengan tidak nyaman di kasurnya. Dia pengin sesuatu lagi. Tapi masa sehari dua kali sih?

"Kecebongnya Bang Raka, jangan minta yang aneh aneh mulu dong. Kasian bapak Lo susah nurutinnya malem malem. Bobo aja ya? Plis, kasian emak Lo juga nih, pengen tidur juga." Monolognya sambil mengusap-usap perutnya yang udah kaya mulai ada kemajuan.

10 menit..

15 menit...

30 menit...

1 jam.....

3 jam...

Dan Kokok ayam jantan mulai terdengar bersahut-sahutan, ia mematikan alarmnya yang baru saja berbunyi. Kesal karena matanya masih enggan merem. Acha mendengus, ia menyerah dengan keadaan. Segera saja dicarinya kontak Raka dan ia menekan tombol panggil.

Selama beberapa detik, tetap saja hanya tulisan berdering dan berakhir dengan panggilan tak terjawab. Acha hampir menyerah,"Sekali lagi, kalo ngga diangkat, udah ya, ga usah telpon lagi."

Baru saja ia akan menekan icon telepon itu, panggilan dari Raka udah masuk duluan.

"Halo, Cha? Kenapa?"

"Maaf ganggu," kata Acha, dia diam diam tersenyum mendengar suara Raka dari sebrang telepon.

"Ngga, gue baru bangun kok. Habis mandi barusan. Ngidam lagi? Mau beliin apa?"

Asik, bapak Lo peka! Gini dong jadi cowok mah. Bukan mau ena nya doang.  Acha berdehem, "Ini, kecebong Lo—eh maksudnya debaynya mau ini."

"Apa? Sate? Rujak? Jus alpukat pake saos lagi?"

"Enggaa," Acha mengumpulkan keberanian, "Mau tidur bareng."

Abis ngomong gitu Acha buru buru menambahkan kalimat lain biar ga jadi salah paham, berabe anjir kalo malah mikirnya ke yang lain.

"Tadi tu awalnya debay mau makan buah matoa, tapi sekarang udah ga pengin. Tapi sekarang dia maunya itu.." cicitnya kecil.

Raka yang masih speechless malah bengong di depan pintu kamarnya. Kakaknya yang barusan lewat menatapnya aneh. "Ini bocah kerasukan jin apa yak?"

Ia menelan salivanya dalam diam, dalam sekelebat, ia bisa mengingat malam dimana tercipta makhluk yang kini tumbuh di perut Acha. Wah ga bisa, ini bahaya. Kalo diteruskan nanti bisa jadi huru hara part 2.

"Kayanya ngga bisa deh, Cha.."

"Alah, Mas. Demi debay doang! Plis plis!" Suara perempuan itu memohon-mohon. Raka menghela napas, berat berat. Kalo diteruskan dia jadi tergoda beneran ntar.

"Ga."

Tut!

Abis itu Raka keluar dari kamarnya. Dia ke dapur, di sana udah ada Bunda dan kakaknya. Wajah-wajah itu, orang-orang yang ga mau dia kecewakan, tapi diam-diam dia malah menyimpan kebusukan dan bertingkah seolah semuanya masih baik-baik saja.

"Sarapan, Dek." Bunda mengambilkan piring untuk anak bungsunya itu, Raka menatap kosong piringnya yang kini terisi nasi beras merah.

"Kenapa bengong?" Tanya wanita itu lembut.

Sontak Raka menggeleng, dia ga mau Bunda jadi ikut kepikiran. Walau dia tau ini tuh salah. Dia terus berusaha fokus sama apa yang ada di depannya. Makan pagi.

Pemuda itu menatap deretan makanan di meja makan. Ga sengaja dia liat lele goreng dan tiba-tiba dia ngerasa aneh. Kaya jijik, tapi bukan jijik. Dia bergidik pas ngelihat lele yang udah jadi mayat dan udah jadi lele crispy itu.

Lesmana yang ngeliatin gelagat adeknya yang aneh itu terus nyenggol bahu Raka, "Muka Lo biasa aja bisa ga sih, njir! Kaya ngelihat tai aja!"

"Kakak!" Peringat Bunda yang sepertinya ga suka dengan ucapan sang anak.

"Hehe, maaf, Bunda. Ini soalnya Raka ngeliatin lelenya kaya gitu."

Bunda kemudian berpaling ke anak bungsunya yang masih ngeliatin lele gorengnya. Ya Allah lele goreng.

"Kenapa sih, Dek? Kamu biasanya suka lele crispy kan? Itu Bunda masakin dua."

Bener sih yang diomongin Bunda, lele goreng itu makanan yang selalu Raka sukai. Tapi ga tau, buat sekarang Raka ogah banget ngeliat ikan yang punya kumis itu. Ngebayangin ikan itu masuk ke mulutnya bikin dia tiba-tiba mual.

"Huek!" Suaranya.

Bikin Bunda dan Lesmana melotot.

"Bjier! Lo kenapa anjir?"

Raka menggeleng, "ga kok. Ga apa apa. Kayanya gue masuk angin aja, Bang."

Sang kakak menghela napas, ga terlalu mikirin adeknya yang menurutnya emang aneh dari sononya itu. Dia terus malah cerita tentang temennya ke sang ibu.

"Bun, tau ga sih? Temen kakak, si Lilis itu dihamilin sama pacarnya. Mana pacarnya ga tanggung jawab."

Manusia yang usianya terpaut 3 tahun dari Raka itu dengan bersemangat menceritakan kisah temen kerjanya yang hamidun. Raka yang masih ada di situ mendadak nelen air liurnya sendiri. Anjir banget, kesindir dia.

"Astaghfirullah, terus gimana itu, Kak? Neng Lilisnya sekarang masih di sini atau gimana? Kasian banget ya, itu tuh. Akibat pergaulan bebas jaman sekarang. Anak-anak Bunda ga boleh ya kaya gitu. Kalo punya salah harus minta maaf dan tanggung jawab."

Makin makin deh perasaan Raka. Jujur mulutnya gatel pengen cerita tentang masalahnya juga. Tapi dia takut Bunda kecewa. Dia ga siap ngeliat wajah perempuan kesayangannya kecewa karena kelakuan anaknya yang sembarangan bikin bocil, mana jadi.

"Bunda, Raka ke kamar dulu. Mau ngerjain tugas."

Dia berdiri dan meninggalkan meja makan sambil menghela napas berat.

-

Pren KLO komen boleh di tiap paragraf yak, jangan spam next" 😭🙏

༺ 𝙩𝙤 𝙗𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚 ༻

Soon to be.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang