plan A

391 39 20
                                    

Budayakan vote sebelum membaca.

☘ - 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ - ☘

Rumah besar milik keluarga Malik itu tampak sepi. Raka hanya sendirian di rumah, duduk di depan layar hitam televisi. Sesekali menatap pantulan dirinya sendiri di sana.

Kakaknya udah berangkat kerja dan kemungkinan Bunda bakal sampe nanti malem. Dia ga ada kegiatan apa pun juga hari ini.

Otaknya sedang berputar memikirkan cara terbaik untuk menjelaskan semua ini kepada Lesmana dan Bunda. Raka resah, bagaimana jika Bunda membencinya?

"Gue harus gimana?" Lirihnya.

Acha
Bang, makan belum??
Acha
Kalo belum sekalian gue bungkusin
Acha
Gue lagi jajan sama Selma

Pesan dari perempuan itu ia baca lamat-lamat. Gimana bisa ada orang yang udah dia rusak sampe sedemikian rupa, tapi masih punya rasa buat peduli? Sebenernya hati cewek itu terbuat dari apa sih?

Ga ush
Msh knyang

Lelaki itu menyandarkan punggungnya di sofa, menghela napas panjang kemudian membuka buku catatan dan mulai bikin plan buat kedepannya.

Kalo sekarang kandungan Acha udah jalan dua bulan, dia cuma punya waktu 7 bulan sampe anak itu lahir. Tapi dia ga mungkin nikahin Acha nunggu perutnya makin gede kan?

Jadi dia harus nikah secepatnya. Dan kalo dipikir-pikir, kayanya ga memungkinkan kalo dia ngundang banyak orang, jadi mungkin mereka nikahnya kecil-kecilan aja.

Habis itu dia mungkin perlu nyari kerja tambahan biar bisa nabung buat dana kehidupan sehari-hari, buat nyiapin kelahiran dedek bayi juga, persalinan itu butuh berapa ya?

Raka terus searching dan matanya membelalak melihat deretan angka yang tertera.

"Anjir mahal banget ternyata lahiran doang," ujarnya sambil ngeliat fasilitas apa aja yang udah include dengan harga yang hampir menyentuh angka 5 juta itu.

Abis nonton harga harga bersalin di rumah sakit, Raka ngecek m-bankingnya. Dia menghela napas berat. Tinggal ada 30, ini aja belum buat bayar UKT juga.

"Apa gue berhenti kuliah aja?" Tanyanya pada diri sendiri, "Tapi kalo gue berhenti, nanti ga jadi foto pake toga part. 3 dong."

Raka kemudian menutup buku itu dan merebahkan dirinya sejenak di atas sofa. Pikirannya berkecamuk. Untuk sejenak, biarkan dia mikir gimana baiknya deh.

-
Surya menyorot dengan terik meski posisinya mulai condong di barat sana. Angin sepoi-sepoi berhasil menerbangkan anak rambut perempuan yang sedang duduk di atas atap rumah yang dicor semen itu.

Acha tengah menikmati waktu sendirinya sambil menunggu kabar dari akun kesayangannya. Iya, akun bank maksudnya.

Ini udah jadi momen yang selalu dia tunggu-tunggu tiap bulan dimana setiap tanggal 10, awal bulan, pasti akan ada transferan uang dari orang tuanya.

Tring tang tang tung

Plis jangan ketawa, ini nada dering telepon Acha. Dia ngelirik id penelepon terus buru-buru ngangkat telepon itu pas tau kalau yang telepon Selma.

"Napa, Sel?"

"Charger lu ketinggalan di dashboard motor gue, Cha. Tadi napa ga sekalian lu masukin tas dah? Ini mau Lo ambil apa gimane?"

Soon to be.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang