(fb)lost

203 24 7
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!

☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ — ☘

🔞 agak tebel dari yg kemaren awowkw






Raka kalap setelah puas menandai leher putih perempuan itu, ia turun menyapa sepasang squishy permanen milik perempuan itu. Merasa semakin semangat karena saat ia pertama kali menyentuh mereka, ada perasaan meletup yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Adrenalinnya terpacu, apalagi setelah mendengar lenguhan indah bak siren yang memanggilnya untuk melakukan lebih banyak dari ini. Dan di sinilah awal yang sebenarnya dimulai.

-

Dengkuran halus dan embusan napas hangat bisa dia rasakan di ceruk lehernya. Perlahan, iris coklat Raka terbuka, ia melirik ke bawah dan menemukan sosok ayu yang tengah terlelap seolah tak terganggu.

Raka menghela napas, ia meraih ponselnya yang tergeletak di nakas. Pukul setengah 7 malam, itu artinya mereka sudah tidur selama kurang lebih 8 jam. Waktu tidur yang cukup kan?

“Bangun, Cha..” bisik lelaki itu sambil mengusap kepala Acha pelan, berharap perempuan itu segera bangun.

Tapi tak ada respon sama sekali darinya, Acha kan emang tipe yang tidur mati suri. Mau dipanggil sambil teriak suporteran juga dia ga bangun kecuali udah dapet ilham.

Tadi pagi itu emang gila sih, soalnya mereka main juga ga inget waktu. Bilang aja Raka yang sinting, tapi Achanya juga yang salah. Siapa suruh sok sokan mau nyoba ini itu padahal mukanya udah lemes banget. Ya sebagai cowok provider, Raka ngasih ngasih aja lah.

Back to Topic, Raka akhirnya milih buat membiarkan Acha tidur beberapa saat lebih lama. Pikirannya melayang ke sesi mereka tadi. Dia masih nggak nyangka kalau bocah ini bakal jadi partner dia di ranjang. Padahal kalau diitung itung ini anak juga masuk deretan paling muda di kelasnya. Yang lain mah udah 22 ke atas, Acha baru 20 taun kemaren.

“Berapa persepuluh?”

Di tengah lamunannya, Raka dikejutkan dengan suara perempuan dalam dekapannya itu. Matanya masih terpejam tapi kalimat tadi meluncur begitu saja, membuat dahi lelaki itu membentuk linier halus.

“Apanya dih?”

Sekejap kemudian kelopak perempuan itu terbuka, menampakkan irisnya yang indah, ekspresinya tampak kesal. Baru juga bangun.

“Pake nanya!” kesal Acha sambil mencubit dada polos lelaki itu.

Raka meringis, “Sakit, bejir! Gue bales nih!”

“Heh! Pelecehan Lo!”

Raka memutar matanya malas, “Halah, kaya Lo ga suka dilecehin aja.”

Dan dalam sekon selanjutnya, tangan Acha mendarat di bibirnya, “Frontal banget, anjrot!”

Lengah kokoh lelaki itu menarik pinggangnya mendekat, membuat jarak mereka kian menipis, “Lo bisa berhenti kdrt ngga? Ntar gue gigit kalo main tangan lagi.”

Raut perempuan itu kini berubah menjadi sinis, “Itu mah maunya Lo!”

Raka terkikik mendengar itu, ia kemudian membebaskan tubuh perempuan itu dan membiarkan Acha mengambil jarak yang ia mau. Gadis yang sudah tak gadis itu—wkwk, konsepnya gimana ya– itu menarik diri, lantas ia menurunkan sedikit selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Soon to be.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang