Budayakan vote sebelum membaca.
☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ — ☘
Siang itu mereka berangkat ke kantor kelurahan dengan segepok berkas di tangan mereka. Pokoknya mah masukin berkas dulu sama cari tanggal.
"Ini data orangtuanya mana mbak?" Tanya bapak pegawai kalurahan.
Raka menatap Acha yang juga menatapnya. Seolah saling nanya, 'gimana?' Laki-laki dengan kemeja hitam itu menghela napas kemudian menjelaskan situasinya pada si bapak.
"Oh, gitu. Baiknya tetep ngabarin orangtua dulu, Mas Mbak. Sekalian minta fotokopi KTP sama KK dari masing-masing keluarga."
Mereka menunduk, "iya, Pak. Kalo gitu kami permisi dulu. Terimakasih sebelumnya."
Molekul udara yang bercampur asap kendaraan menjadi pengisi atmosfer yang menaungi keduanya. Acha dan Raka melangkahkan tungkai mereka menyebrang dari kantor pemerintah kalurahan.
Raka kelihatan capek banget karena belum dapet hasil dari usaha mereka. Dia duduk di kursi kayu yang ada di warung kelapa muda. Nemenin Acha yang lagi minum kelapa ijo, dia mengecek beberapa tawaran kerjaan yang masuk.
Lumayan sih kalo dipikir-pikir gajinya, tapi jam kerjanya juga ga sebentar. Bingung mau diambil atau engga, soalnya kontraknya juga 3 bulan. Tapi tenang, ga pake ninggalin ijazah kok wkw.
"Bang, minum."
Acha menyodorkan segelas kelapa muda dengan sirup gula Jawa ke arahnya. Raka menerimanya tanpa basa basi, dia meneguk isi gelasnya dan menaruh sisanya. Dia mengamati Acha yang sedang minum. Es kelapa muda dengan sirup merah muda.
"Eh, eh?"
Perempuan itu melotot ketika gelasnya diambil atau bisa dibilang direbut paksa oleh Raka. Abis itu Raka menenggaknya sampai habis.
"Ish! Kok diminum?" Rajuk Acha menghentak-hentakkan kakinya. Wajahnya mendung. "Kan udah dikasih yang itu!"
Dengan santai, Raka memberikan gelasnya ke perempuan itu, "Ga boleh minum sirup. Kita ga tau kandungan di sirupnya bahaya atau engga buat debay. Minum punya gue aja yang pake gula Jawa."
"Ga mau ih, ga suka gula Jawa!"
Lelaki itu menarik napas panjang, "Ya udah, pesen lagi yang ga pake apa apa."
Acha menggeleng kuat, "No!"
"Terus maunya gimana, hm?" Raka mencondongkan diri sambil menggenggam tangan perempuan yang bibirnya maju dan melengkung ke bawah itu.
"Mau yang siruup," rengeknya bak anak kecil.
"Sirup gula Jawa."
"Aaa, ga mau! Maunya sirup yang pink itu!"
"Ga boleh, Acha sayang. Kasian debaynya."
Mendengar kata asing itu, mata Acha membelalak. Apa katanya tadi? Dia salah denger ga sih? Seorang Raka, manggil dia dengan kata sayang. Aneh banget sih, fiks ini ketempelan.
"Ga usah sayang sayang! Sebel! Kita kemusuhan!"
"Acha.." Raka berusaha menenangkan diri, dia ga boleh berkata kasar apalagi ngebentak perempuan itu. Mereka di area publik dan kondisinya Acha lagi hamidun, nanti kalo dia kaget terus berimbas ke anaknya ga lucu.
"Dengerin ya? Please, just once. No artificial syrup, if you really want that."
Tanggapan Acha di luar nurul, mata perempuan itu sekarang malah berkaca-kaca. Raka panik, angjir malah nangis.
"Ssh, no no. Jangan nangis, nanti anak kita ikutan sedih gimana? Cup cup, jangan nangis."
Air mata perempuan itu turun, Raka menghela napas dan meraihnya ke dalam pelukan, mengusap surai perempuan itu, berusaha menenangkannya. Dia ga bakal nyalahin Acha yang jadi sensitif kaya gini, wajar saja dia begini. Hormon ibu hamil memang mempengaruhi moodnya, gitu kata internet.
"Jahat! Kelapa gue diminum. Padahal pengen yang itu."
"Iya, maaf. Nanti beli lagi yang baru. Tapi sedikit aja minumnya ya?"
"Maunya sekarang," pinta Acha menunduk. Si laki-laki menghembuskan nafas panjang kemudian memesan minuman baru untuk perempuan itu. Tapi sirupnya cuma sedikit. Dahlah, daripada nangis lagi kan?
Raka memberikan gelas itu ke sang calon ibu. Acha menerimanya, hampir protes karena warna air kelapa mudanya pucat banget. Tapi dia urungkan karena Raka sudah menggeleng duluan.
Selesai dengan kelapa mudanya, kedua pasangan muda itu berjalan keliling alun-alun kota karena belum makan siang. Sebenernya Acha udah ngajak Raka buat balik ke kostnya aja, mending dia masak biar lebih hemat. Tapi Raka bilang ga usah, sekali-kali dia pengin makan di luar biar Acha engga capek. Dia tau Acha emang mandiri, tapi buat kali ini dia pengin Acha istirahat.
"Mau makan apa?" Tanya Raka, dia sudah was-was kalau aja Acha sampe bilang terserah, dia akan nyari rekomendasi di google makanan yang disukai ibu hamil.
"Toast sama es kopi."
"Tapi itu ga ngenyangin loh, Cha. Lo tuh bawa manusia kecil di sini," Raka mengusap perut perempuan itu, "Makan nasi ya? Sama toastnya ga apa apa buat Snack."
Perempuan itu mengangguk dan mereka mendekati salah satu kedai kopi yang buka di dekat air mancur. Raka memesan makanan dan Acha memilih tempat duduk.
Saat Raka sedang bertransaksi, ga sengaja dia melihat sosok yang tidak asing baginya masuk ke dalam kedai itu. Ia menelan ludahnya sendiri, duh gimana ini?
"Sayang? Kok ada di sini? Sama siapa?" Jasmin datang dengan baju setelannya yang masih rapi, sepertinya cewek itu habis pulang dari sebuah acara penting. Cewek itu bergelayut manja di lengannya. Raka jadi nervous, dia harus pergi ke meja Acha, tapi tidak mungkin dia membawa Jasmin ke sana kan?
"A-aku lagi laper aja, terus tadi sekalian mampir ke sini. Aku sendiri kok, Sayang."
Jasmin tersenyum, "Baguslah, jadi kita bisa makan siang bareng. Kamu pesen apa tadi?"
Mbak-mbak kasir memberikan bill dan kembalian pada Raka, yang kemudian diambil oleh Jasmin dan perempuan itu membaca pesanan pria itu.
"Nasi goreng spesial, toast, ice black coffee, mineral water, salad buah." Perempuan itu membaca ulang pesanan Raka, "Tumben kamu makan siang pake toast. Kamu biasanya males banget makan roti kan?"
Raka mengangguk saja, daripada makin panjang, "Lagi pengin aja."
Mereka kemudian duduk di meja yang agak jauh dari tempat Acha duduk. Perasaan Raka menjadi resah, ia lantas membuka ponselnya dan menyuruh Seta datang dan menemani Acha makan, tidak lupa dia mentransfer uang sejumlah 200.000 untuk keduanya makan.
Seta awalnya menolak, tapi begitu tau bahwa yang ditemenin adalah Acha, dia langsung gas. Padahal Seta sendiri lagi main PS di rumah Ed bareng sama Nathan.
"Nath, gue mau ketemu Raka dulu. Suruh nemenin bumil makan siang nih!" Kata Seta sumringah. Dia memakai kaosnya yang tadi dia lepas karena hareudang kemudian mengambil kunci motor milik Ed yang tergeletak di atas meja.
"Lah? Gue gimana anjir?! Setan emang!" Nathan meneriaki Seta yang sudah hilang di balik pintu.
"Ntar bilangin Ed, pinjem motornya!"
--
[Suka sedih kalo matanya banyak tapi yang vote sedikit. Jujur aku suka pembaca yang cerewet ngomen alur cerita, kadang juga ngamuk sama tokohnya juga wkw. Tapi ya udahlah. Mau gimana lagi?]༺ 𝙩𝙤 𝙗𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚 ༻
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon to be.
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] --- "Pokoknya ini salah Mas Raka!" - Well, ga ada yang ga mungkin di dunia ini. Dan kehidupan yang penuh teka-teki, Raka aslinya masih pengin seneng seneng dulu. Tapi namanya ekspetasi, pasti se...