(fb) sejarah

298 30 14
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!

☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ — ☘

Hawa panas yang nggak kira-kira sudah seperti teman sendiri, setiap hari panasnya melebihi 33°, yang menurut Acha itu udah luar biasa. Dia yang berambut panjang, mau ga mau harus selalu sedia jedai atau karet buat kondisi-kondisi darurat kaya gini.

Dan siang itu, Acha duduk di depan kelas, ngerjain tugas essay yang musti ditulis tangan. Dosen matkulnya trust issue gara-gara para mahasiswa suka copas doang. Makannya beliau mewajibkan UTS ini buat dikumpul dalam bentuk hard file dan tulis tangan.

Selma udah nyicil dari lama makannya udah tinggal nyelesaiin beberapa baris terus dikumpul ke penanggung jawab matkul. Sekarang bocahnya lagi sibuk nempelin cowo yang dia taksir di dalem kelas.

Acha mengeluh, tapi tak ayal tetap dia kerjain, nggak lama, ponselnya bunyi. Satu pesan masuk.

Ngab Raka
Woi anjir
Ngab Raka
Gue baru bangun
Ngab Raka
Lu udh ngumpul tugasnya blm

Belomm
Buru berangkat, gosa mandi

Habis menjawab pesan Raka, Acha kembali ngerjain tugasnya. Dia tuh sering ngerasa kesusahan di matkul yang bau bau sosial gini. Otaknya ga nyampe. Bahkan dia harus ngulang ulang baca pertanyaannya paling engga sepuluh kali baru dapet makna pertanyaannya itu apa.

Dan sekitar sepuluh menit kemudian, dia selesai. Selesai nulis soalnya doang.

Dia menghela napas kemudian menyibak rambutnya ke belakang dan cari tau di internet tentang persoalan yang ditanyakan. Dan lucunya waktu di search, Google nya juga ikut bingung. Jawabannya ga nyambung.

"Udah selesai, cil?" tanya seseorang.

Acha mendongak dan mendapati Raka yang baru datang, masih dengan mata merah khas bangun tidur. Dia menaruh tasnya di sebelah Acha dan mengeluarkan ponselnya.

"Minta kertasnya dong," pinta Raka.

Pun perempuan itu memberikan kertas HVS kosong padanya, Raka kembali mengulurkan tangannya, Acha menaikkan alisnya, "Apalagi?"

"Pulpen," cengir Raka.

Dengan setengah membanting, Acha memberikan pulpen pink dengan ujung bunga sakura ke Raka, "Lama lama Lo kelamaan ya, Bang?!"

Raka cuma terkekeh terus mulai ngerjain, dia sesekali ngelirik ke arah kertasnya Acha. Kagum dengan rentetan kalimat yang berhasil memenuhi lembar muka kertas putih itu. Walaupun dia ga yakin kalimatnya bakal logis dan koheren, tapi buat waktu yang ga sampe setengah jam, tulisan segitu itu udah banyak banget.

"Lu tau ga, Bang? Selma tuh lagi kesengsem sama temen kelas gue. Tiap malem dia ceramah panjang lebar cuma buat menceritakan bagaimana terpukaunya Selma sama dia. Ya masa cowonya ga mau kalo Selma main sama cowo lain, tapi dia sendiri sering ibadah sama cewe lain. Menurut lo—"

Raka memotong pembicaraannya, "menurut gue ya, Cil. Lo kerjain dulu tuh tugas, soalnya sejam lagi dikumpul."

Bibir kemerahan perempuan itu mencebik, tangannya kembali meraih ponsel hitam yang awalnya tergeletak di depannya, Googling lagi.

Soon to be.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang