Budayakan vote sebelum membaca.
☘ - 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ - ☘
Seta sampai hanya beberapa menit setelah Raka meneleponnya, dia dengan wajahnya yang sudah terlatih segera memesan makanan dan duduk di meja yang ditempati Acha.
"Hai, Bumil!" Sapa Seta.
Ini kenapa nih orang kelihatan semangat dan antusias banget sih? Acha tersenyum dan menyapanya balik. Kedua insan itu lantas berbincang-bincang, Seta menjelaskan kalau dia tadi lagi laper terus ga sengaja milih kafe ini dan menemukan Acha duduk sendiri makannya dia milih nyamperin cewek itu.
"Lo sendiri?" Tanya Seta basa basi.
"Eh, engga, Kak. Tadi sama Bang Raka tapi ga tau orangnya kemana."
Dalam hati Seta merasa prihatin kepada gadis itu. Tapi ya mau dikata apa? Raka juga pasti punya alasan di balik semua ini kan? Seta duduk menyamping, pengen nyebat rasanya. Mulutnya berasa asem karena dari tadi emang dia belum menyesap batang tembakau.
Tapi dia juga mikir lah, ga mungkin dia ngerokok di depan Acha. Nanti kalau Raka liat bisa dilempar asbak dia.
"Silahkan, pesanannya, Kak!" Seorang waitress menghampiri mereka dengan berbagai makanan di atas nampan.
Acha membelalak,"Kakak pesennya banyak banget? Mejanya mana muat?"
"Ini Lo juga ikut makan ya, Cha. Hehe. Gue iseng nyoba menu yang kata kasirnya recommended. Sekalian tadi ada promo jajan 150.000 dapet free salad buah. Nah, sebagai calon om yang baik bagi anak Lo sama Raka, gue mau menyumbangkan nutrisi buat anak Lo. Dimakan ya, Cha."
Padahal aslinya kan kuwi duitnya Raka.
Si perempuan awalnya agak sungkan, apalagi tadi dia datengnya sama Raka. Sebenernya mah dia mau split bill aja, tapi Seta nolak. Katanya, mending uangnya disimpen buat beli susu ibu hamil.
"Makasih ya, Kak Seta." Acha melempar senyum ketika menikmati salad buah pemberian Seta. Laki-laki itu mengangguk dan lanjut mengunyah nasi dengan campuran lauk ayam bakar dan sambal yang kelihatan merah gonjreng itu.
"Lo kuliah apa gimana sekarang, Cha?" Tanya Seta di sela sela kunyahannya.
Emang agak ga sopan, tapi yang penting nasinya engga meloncat wkwk.
Acha mengangguk, "Iya, aku masih kuliah."
"Kenal sama Raka dimana?"
"Aku sempet sekelas sama Bang Raka, beberapa matkul ambil yang sama jamnya. Terus awalnya temenku ada yang kepo tentang Bang Raka, soalnya dia wajah baru di kelas kita yang biasanya itu-itu aja isinya."
"Terus Lo deketin?" Tanya Seta yang jadi penasaran. Kok bisa gitu sampe kaya gini.
"Awalnya gara-gara ada project buat bikin produk dan strategi pemasarannya, nah itu temenku yang kepo ini ngajak buat sekelompok sama Bang Raka."
Seta mengangguk, masih menyimak dengan sungguh-sungguh. Dia bahkan sampai berhenti makan demi fokus pada kisah yang dijabarkan perempuan itu.
"Terus-terus?"
"Terus-" "Terus nabrak pohon."
Sontak Acha dan Seta menoleh ke sumber suara, di situ Raka berdiri dengan wajah santainya. Ia lantas mencomot potongan buah jeruk dari salad yang sedang dimakan perempuan itu. Sambil mengunyah, dia mengambil posisi duduk di sebelah Acha.
"Dari mana aja?" Tanya Acha yang mendadak jadi kesel dikit sama Raka.
Ya gimana ga kesel, bayangin aja Lo lagi laper terus Lo udah nunggu kek sekitar sejaman, udah berharap, tapi yang Lo tunggu ga muncul-muncul. Seta yang melihat itu hampir ketawa tapi ga jadi, dia memilih buat melanjutkan makannya dan membiarkan Raka diprotes sama Acha.
"Tadi keluar sebat dulu," alibinya, "udah makannya?"
Acha menggeleng, "tadi yang gue pesen mana?"
Raka menggaruk belakang kepalanya, "Eh, udah gue makan."
Asli, komuknya Raka nggak nguatin, Seta ketawa kenceng bikin kedua manusia di depannya melihat ke arahnya. Abis itu raut Raka langsung berubah suram, kaya orang lagi pundung.
"Ih, kan nyebelin.." Nah kalo yang ini pundung beneran, Acha mendengus kemudian berdiri, niatnya mau beli sendiri. Tapi Raka yang duduk di sebelahnya ini ngalangin jalan anjir.
"Mau kemana?" Tanya Raka yang agak panik.
"Kepo! Udah sana ih, minggir dulu!" Kesalnya.
Raka mengalah, dia lantas berdiri dan pindah tempat duduk di sebelah Seta yang masih setia ketawa sambil makan cemilan lain karena nasinya udah abis. Langkah perempuan itu tertuju ke arah meja kasir.
"Lucu ya si bumil. Ga nyesel gue kemari, terhibur liat Lo dimarahin Acha," ujar Seta yang masih sumringah.
"Lucu pala Lo! Galak begitu Lo kata lucu, sarap!" Keluh Raka dengan tatapan tajam.
"Siapa yang galak?"
Seta berniat menjahili Raka, "Kata Rak-"
Tapi sebelum niat buruknya itu terealisasi, Raka sudah terlebih dulu membekapnya. Demi kedamaian masyarakat, dilarang bikin masalah.
"E-engga, ini cuma bahas gebetannya si Setan. Lo mah ga kenal sama cewe itu," alibi Raka berusaha meyakinkan perempuan itu.
Acha ber'oh' ria, ia lantas mendudukkan dirinya di kursi yang dia gunakan sebelumnya. Seta yang ada di situ bener bener kagum sama Acha, cewek yang tingginya nggak seberapa itu mampu mengendalikan Raka-seorang Raka loh!
Seta mendorong tangan Raka yang masih betah menutup jalan napasnya, sialan, ini mau matiin dia apa gimana niatnya? Mata Raka memancarkan death glare, tapi Seta sama sekali tidak menghiraukannya.
"Kalian rencana nikah kapan deh? Gue sumbang lagu ntar," kata Seta.
Kedua insan yang ditanyai saling menatap selama beberapa saat sebelum akhirnya Acha buang muka, Raka akhirnya menjawab,"Doain aja secepatnya."
"Kata kata Lo udah kaya orang bener aja, Rak."
"Kalo bukan karena ada Acha di sini udah gue tonjok muka Lo!"
Sang sohib yang melihat wajah garang Raka langsung memasang pertahanan defensif dengan nyengir dan memberikan tanda peace. Acha yang menonton itu tersenyum, jadi sebenarnya Raka itu kalau sama temennya kata gini? Gemes ya.
Walau ada rasa bersalah sedikit yang bersarang di hatinya, Acha bersyukur soalnya yang jadi Ayah dari anaknya adalah Raka yang ga lari dari tanggung jawab. Dia ga tau gimana rasanya kalau misal akhirnya Raka beneran ga mau tanggung jawab apalagi ga ngakuin kecebongnya. Pasti dia bakal menjalani hidup yang ga seindah hari ini.
Singkatnya, makasih ya Raka!
-
[Yuhuu, aku kembali dengan part baru~! Jangan lupa tinggalin jejak kalian♥ Makasih udah setia baca ceritaku. Big lovee!]༺ 𝙩𝙤 𝙗𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚 ༻
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon to be.
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] --- "Pokoknya ini salah Mas Raka!" - Well, ga ada yang ga mungkin di dunia ini. Dan kehidupan yang penuh teka-teki, Raka aslinya masih pengin seneng seneng dulu. Tapi namanya ekspetasi, pasti se...