Malik

375 37 5
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ — ☘

Akhirnya malem itu Acha balik, tapi dianterin kakaknya Raka. Dia sebenernya juga males balik karena udah dingin banget hawanya. Tapi kalo ga balik kok rasanya aneh gitu.

Apalagi ini di rumah dia doang yang cewe. Takutnya akan ada fitnes yang terjadi.

Pukul 2 dia baru bisa merebahkan diri di atas kasur. Habis nancepin ponselnya ke catu daya, setelahnya perempuan yang tengah berbadan dua itu langsung jatuh tertidur.

-

Pagi pagi banget, Lesmana udah beli sarapan karena adeknya harus minum obat. Itu pesen Acha semalem pas dia nganterin cewek itu pulang.

Karena dia juga ga becus ngerawat orang sakit, jadi dia nurut aja apa kata cewek itu. Pulang dari beli sarapan dia liat Raka yang masih pucet tapi udah mendingan duduk di teras depan sama seorang cewek.

Buat yang kali ini, Lesmana ga ngerasa asing sama sosok itu. Kalo yang ini mah pacarnya Raka. Si Jasmin.

"Dari mana, Kak?" Tanya Jasmin.

"Beli makan."

Habis ngomong gitu Lesmana terus ngelewatin mereka dan masuk ke dalam rumah. Raka menoleh, matanya mengikuti gerakan Lesmana, "Lah, buat gue mana?"

"Ya, enih. Ambil ndiri! Masa harus gue suapin!" Kata Lesmana dari dapur.

Laki-laki 25 tahun itu menghela napas, ngeselin emang. Jasmin yang ngelihat pacarnya kaya gitu terus inisiatif nawarin buat ngambilin makanannya buat Raka.

"Aku ambilin ya?"

"Ga usah, aku makannya ntaran aja. Belom laper kok!"

Alah bohong. Dasar manusia budak cinta!

"Kamu jadi ambil program volunteer ke luar negeri?" Tanya Raka.

Jasmin mengangguk, "Iya, pengin nyoba doang sih. Soalnya kan lumayan dapet relasi juga sama ada uang sakunya."

"Tapi Kamboja itu jauh loh, Sayang. Apalagi kamu baru lepas platina dua bulan lalu. Aku khawatir kamu kenapa napa."

"Tenang aja, aku ngga bakal lama di sananya. Cuma 4 bulan doang. Nanti kan bisa teleponan juga kaya biasa."

Raka mendengus mendengar tanggapan Jasmin. Dia tuh maunya Jasmin ga usah pergi aja. Kan kalo sampe sana dia ga bisa jagain. Tangannya perlahan bergerak buat mengusap-usap pipi Jasmin yang duduk di sebelahnya.

"Assalamualaikum!" Tiba-tiba Acha muncul dari balik gerbang, menenteng rantang makanan 3 tingkat, "Bang Raka udah makan belom? Nih gue bawain sarapan. Dimakan ya sama Mas Lesmana! Udah, gue langsung balik! Maaf ya, Mbak, ganggu bentar!"

"Wa'alaikumussalaam.." Raka speechless, saat Acha mendorong rantang itu ke arahnya terus pergi gitu aja.

"Tetangga kamu, Yang?" Tanya Jasmin.

"Eh- i-iya! Tetangga, iya bener tetangga aku." Laki-laki itu mendadak gugup, bisa bisanya dia disamperin pas lagi ada pacarnya. Acha emang perempuan gila!

Nggak lama setelah itu, Lesmana keluar bawa piring berisi nasi langi. Niatnya mau nyuruh adeknya sarapan terus minum obat, tapi kok malah Raka megangin rantang?

"Dari siapa, Rak?" Dia ngambil rantangnya terus dituker sama piring yang dia baw tadi.

"I-itu, tetangga, Kak!"

"Tadi kayanya barusan gue liat cewek yang semalem lewat. Siapa sih namanya?"

Mata Raka membelalak lebar saat Lesmana bertanya dengan nada santai sambil mengamboksing isi rantang makanan itu. Anjir, sialan, gimana Raka harus menjawabnya.

Mana Jasmin udah mulai ngeliatin dia dengan wajah curiga lagi. Lengkap sudah tekanan yang dia derita.

"A-ahahahah," Raka ketawa palsu :),"Kak, Lo kayanya ngelantur deh! Tau sendiri gue aja langsung tidur jam 7 gegara demam!"

Lesmana nggak ngomong apa apa lagi, dia ngambil wadah berisi makanan itu dan masuk ke dalam rumah. Di dapur dia mulai mengamboksing isi rantang. Demen banget deh ama masakan rumahan. Makanya dia kalo ada Bunda di rumah, Lesmana lebih milih pulang waktu jam makan siang.

Ada sayur kangkung, ayam goreng, sambel tomat, dan nasi yang masih anget.

Hadeh, bikin ngiler!

Diambilnya piring dari kabinet atas dan dia makan lagi. Sarapan part 2. Waktu lagi enak-enaknya makan, dia mendengar suara dering dari ponsel yang tergeletak di atas meja makan. HP-nya Raka.

"Rak! Ada telepon!" Serunya kencang.

Si empu yang denger buru-buru bingkas dari duduknya, pamit ke si cewe dan lari dengan langkah besar ke area teritorial keluarga Malik.

"Siapa, Kak?" Tanya yang lebih muda ke kakaknya, perlahan jaraknya dengan gawai berlogo buah itu terkikis.

"Bunda."

Cepat-cepat Raka meraih ponselnya dan tanpa pikir panjang menjawab telepon dari emaknya itu.

"Hal—"

"Raka, Raka masih demam, Nak? Kakak bilang kamu sakit semalem. Duh, Bunda jadi ga tenang di sini. Gimana? Udah minum obat? Sekarang di rumah sakit?"

"Bunda.. Bunda tenang dulu, Raka udah mendingan kok. Udah minum obat juga semalem."

"Siapa yang beliin obat? Coba, Bunda mau liat obatnya."

Nih, kelihatan Bundanya aja punya trust isyuu.

"Bentar, Raka fotoin."

Abis itu dia buka roomchatnya sama sang Bunda dan buru buru ngambil citra dari obat-obatan yang dibawain Acha semalem. Setelah dia kirim, Bundanya kedengaran lega.

"Syukur, kamu dirawat siapa? Jasmin?"

"Engga, aku dirawat sama Acha semal—em, Bunda." Pas sadar dia keceplosan, Raka ngeliat ke arah kakaknya yang lagi makan sambil natap dia juga.

"Kenapa?"

Raka menjauhkan ponselnya, "Bajing, keceplosan, Kak!"

"Acha siapa? Ah, ntar kamu harus cerita ke Bunda kalo Bunda udah sampe di rumah. Sekarang Bunda mau siap-siap dulu. Abis itu Bunda berangkat pulang."

"I-iya, Bunda. Hati-hati. Love you, Bunda."

"Love you too, son."

Helaan napas lagi-lagi terdengar, Raka menaruh benda tipis itu di atas meja dan memperhatikan Lesmana yang asik makan ayam goreng. Kok kayanya enak banget, dia menelan ludahnya sendiri.

"Bagilah, Kak! Itu kan juga punya gue."

"Idih, ogah! Lu makan nasi sayur aja tuh!"

Raka mendengus kemudian berjalan mendekati sang kakak dan mencomot satu ayam dari piringnya. Abis itu dia ikutan makan pake piring sendiri.

"Jangan lupa obatnya diminum, Rak. Gue berangkat kerja dulu." Lesmana meraih tas laptopnya dan berjalan ke pintu utama. "Rak, cewek Lo udah balik? Ini ga ada di depan loh."

Denger pertanyaan itu, Raka langsung menepuk dahinya kencang. "Oh iya! Anjir lupa!"

Dah lah, alamat kena ambek sama Bu bos sih ini. Raka kembali menghela napas berat, dia lantas melanjutkan acara makan paginya dengan wajah tertekuk. Ada ada aja masalah tiap hari.

-

Komen donkk!

༺ 𝙩𝙤 𝙗𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚 ༻

Soon to be.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang