Biasakan vote sebelum membaca
☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ — ☘
"Gue siap buat tanggung jawab."
BOOM!
Jantung Acha rasanya mau berhenti saking kagetnya. Hpnya bahkan udah jatuh ke lantai gara-gara melorot dari cengkraman tangannya.
Raka melotot melihat hal itu, "Itu—"
"BANG LO SERIUS?!! DEMI APA?!"
Baru aja Raka mau ngingetin kalo HP nya Acha jatoh, perempuan itu keburu ngedeket ke arahnya sambil narik narik kaosnya. Raka tersudut.
Ini tadi sebenarnya dia salah ngomong apa gimana deh? Kayanya bener kan?
"Iya, gue serius, Cha."
Habis itu Acha ketawa kenceng, kegirangan. Raka yang melihat itu jadi ngeri sendiri.
"Selamat, kecebong! Lo bakal lahir dengan adanya bapak Lo! Yes-yes! Nanti kita makan seblak pake madu lagi yak!" katanya antusias sambil mengusap-usap perutnya.
Raka terkesiap melihat itu, nah yang ini baru Acha yang biasanya.
-
"Assalamualaikum! Rak! Itu motor siapa di depan?"
Pukul sebelas malem, Lesmana baru pulang. Dia masukin motornya ke garasi terus langsung lanjut masuk ke dalem.
Denger suara Lesmana, Acha melotot ke arah Raka. Wanjir itu siapa lagi bujet?
"Rak?" Lesmana memutar gagang pintu.
Acha baru mau lari ke samping lemari saat kakak dari Raka itu terlanjur membuka pintu dan masuk. Parahnya lagi, Acha berada di tengah tengah saat Lesmana menyalakan lampu kamar Raka.
Laki-lakinya yang punya mata mirip dengan Raka itu mendadak kelihatan bingung, "Siapa?"
Acha gagu, bingung mau jawab apa. Akhirnya dia menoleh ke arah Raka, memohon bantuan.
"Cewek gue."
Acha tambah gugup saat Raka menjawab kakaknya dengan kata-kata semacam itu. Duh, bakal jadi masalah enggak ya? Soalnya kan bang Raka ceweknya si Mbak Min Min itu. Tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin, kelihatan banget kalo ditremor.
Lesmana memutar matanya malas, "Otak Lo selangkangan doang isinya."
Habis ngomong gitu, Lesmana ngedeket ke arah Acha dan neliti cewek itu dari atas ke bawah. Berkali-kali.
"Kalian habis ngapain emang?" Tanyanya berpaling ke Raka.
"Gue ga ngapa-ngapain, Kak. Dia tadi gue suruh ke sini gara-gara gue sakit terus gada orang."
"Oh."
Habis itu Lesmana terus jalan keluar. Kaya ga terjadi apa apa.
"Ntar kalo butuh apa apa cari gue aja. Gue di kamar masih nglembur lagi."
Raka berdehem. Habis itu, Acha ngibrit ngedeket ke arah Raka, "Kakak Lo bang?"
Laki-laki itu mengangguk singkat, "santai aja. Keluarga gue sebenernya ga ada yang galak."
"Lo itu anak terakhir apa punya Adek lagi?"
"Dulu sih pengen punya adek lagi, tapi setelah tau caranya bikin, gue ga jadi pengen. Mending bikin sendiri. Lagian gue dah gada bapak."
Tangan Acha bergerak buat menabok lengan Raka, "Kalo ngomong suka ngawur!"
"Lah itu yang di perut Lo hasil karya gue, Cha. Lupa?"
Kini gantian muka Raka yang jadi sasaran keganasan Acha. Dia menarik pipi kanan kiri Raka kuat kuat sampai di punya muka mengaduh kesakitan.
"Aduh! Psikopat bener ni bocah!" Ringisnya.
"Makannya kalo ngomong dipikir dulu!"
Raka terkekeh, "iya-iya, bumil. Gitu aja KDRT!"
"RT nya siapa?"
"Kita lah, masa Lo doang."
Acha melakukan eye roll. Dia terus bangun dari duduknya. Niatnya mau balik aja. Lagian kan Raka udah ada kakaknya.
"Bang, gue balik dulu deh ya?"
Tapi ga disangka sangka, Raka menarik tangannya dan bikin dia oleng terus ya, jatoh ke atas kasur. Kepalanya berada di atas dada Raka.
"Udah mulai hari ini Lo tinggal di sini aja. Gue pengin bantu jagain.. anak gue." Ucap Raka dengan nada agak gengsi dan malu di akhirnya.
Ini Raka kerasukan apa ya? Acha bertanya tanya di dalam hati.
-
[Bjir lah,g kwat gweh. Ngantuk bgt sial. Anw Jan lupa komen]༺ 𝙩𝙤 𝙗𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚 ༻
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon to be.
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] --- "Pokoknya ini salah Mas Raka!" - Well, ga ada yang ga mungkin di dunia ini. Dan kehidupan yang penuh teka-teki, Raka aslinya masih pengin seneng seneng dulu. Tapi namanya ekspetasi, pasti se...