did she knows?

312 44 31
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!

☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ — ☘

Laki-laki itu menelan salivanya lagi, agak kaget dengan kehadiran sang kekasih yang tiba-tiba. Apalagi mereka berlima—para cowok, baru saja membicarakan hal tabu yang gak seharusnya didengar cewek itu.

"Aku liat motor kamu di depan, ya udah sekalian aku mampir. Minggu depan aku berangkat loh," ujar Jasmin yang lantas mengambil duduk di sebelah Raka yang masih speechless.

Seta yang paham terus ikutan geser, dia sekarang ada di sebelah Gio yang masih lanjut sebat. Mereka berempat mendadak introvert, diem sambil saling melempar tatapan gelisah.

"O-oh, i-iya. Nanti aku anter," gagap Raka.

Jasmin tersenyum, lantas menyapa teman-teman pacarnya. "Lama ga ketemu kalian. Apa kabar?"

"Baik."

Suara mereka yang ragu ragu bisa bisanya keluar kompak. Alis Jasmin yang sering dicukur rapi tertaut, "Kenapa deh pada spaneng gitu mukanya? Kaya habis liat setan aja."

Abis itu Jasmin ngerangkul lengan Raka dan gelendotan, ya kaya biasanya, dia ga sungkan sama temennya Raka, orang mereka tau mereka pacaran udah dari lama. Raka sendiri menghela napas kemudian mengusap kepala perempuan itu pelan, mendadak hatinya diserang rasa bersalah. Aneh, padahal Jasmin kan lebih dulu sama dia daripada Acil alias Acha kecil.

Ed berdehem kemudian beranjak dari duduknya, "Gue cabut dulu mau ketemu klien."

Padahal aslinya Ed cuma pengen hengkang aja dari sana, gedeg banget sama Raka yang bisa-bisanya masih belum putusin Jasmin padahal dia udah resmi jadi suami orang.

"Teleponku ga kamu angkat kemaren, kemana deh, Yang?" tanya Jasmin manja.

Raka agak panik, dia ngeliat ke arah Seta seolah meminta pertolongan, tapi Seta-nya kaya setan, malah pura-pura ga liat, Nathan juga ikutan sok sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Gio malah minggat ga tau kemana.

"A-aku mancing sama.." ucapannya menggantung, sama siapa anjir? Otaknya buntu.

Jasmin memicing, "Sama siapa?"

"S-sama Lesmana."

"Masa sih? Kakakmu kemarin bikin snapgram lagi benerin PC di Deket rumahku tuh," ujar Jasmin.

"Iya habis itu dia nyusul."

Perempuan itu mengangguk paham, "dapet apa mancingnya?"

"Dapet hikmahnya."

Di lain sisi, Acha kelihatan lagi bantu masukin kue kue yang udah mateng ke dalam kardus. Bolu pandan itu baunya semerbak, wangi banget. Resep keluarganya Raka yang udah ada turun temurun sih. Dari tadi Acha kelihatan kaya seneng banget sama aroma pandan yang berseliweran dari tadi.

Bunda yang notis akan hal itu ikutan tersenyum, dengan sayang diusapnya kepala sang menantu, "Acha suka? Nanti Bunda kasih resepnya ya."

Perempuan muda itu kelihatan sumringah, ia pun mengangguk dengan penuh semangat. Emang terbaek dah Bunda.

Singkatnya, habis selesai ngebungkusin kue itu, Bunda telepon Raka biar segera pulang. Soalnya Raka sendiri yang minta, dia juga pengin bantu bagiin. Soalnya kalo bantu masak kayanya ga bisa, cuma bakal nambah rusuh aja di dapur.

Pas nada sambung terdengar di detik ke-5, Bunda langsung mengudarakan salam, tapi anehnya yang menjawab bukan suara Raka, melainkan suara seorang perempuan yang tidak asing bagi keluarga itu. Bunda mengernyit, “Raka kemana, Nak?”

Soon to be.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang