chapter 9

10.8K 900 13
                                    

Hari ini biru tak terlalu sibuk karena bi ranti sudah Kembali kerumah itu, biru hanya ditugaskan untuk membersihkan kamar-kamar anggota keluarga atmajaya dan membantu bi ranti menyiapkan makanan.

Bahkan sekarang waktu baru menunjukan pukul 1 siang dan biru sudah bersantai, biru menggunakan waktu luangnya untuk iseng memakai masker wajahnya, dirinya merasa tak pernah melakukan perawatan sejak dirinya berada dirumah itu karena pasti tak ada waktu.

Sementara itu didapur, bi ranti sedang membuat cookies untuk persediaan cemilan, dan suara seseorang memanggilnya dan ternyata itu adalah ajak tertua dari atmajaya.

Tadinya jero akan meminta pada bi ranti untuk membantunya packing, dirinya harus berangkat sore ini menuju canada karena kepentingan bisnis, namun jero urungkan karena melihat bi ranti yang tengah sibuk, kini dirinya berjalan kearah kamar biru karena bi ranti mengatakan biru sedang tak memiliki kegiatan.

Jero ketuk pelan pintu kamar itu, lalu mundur beberapa langkah agar jika sang empunya kamar keluar mereka tak terlalu dekat.

Sekitar 2 menit setelahnya pintu kamar itu terbuka, jero terkejut karena sosok yang keluar dari kamar itu memakai masker wajah, jero berdecak kesal pada biru, sedangkan biru yang merasa bersalah karena membuat jero kaget pun langsung membungkuk dan meminta maaf.

Biru dengan segera melepas masker wajahnya dan menyembunyikannya dibelakang tubuhnya, dirinya gugup, takut jero memarahinya.

Biru menunduk semakin dalam, dan dirinya mendongak lagi ketika jero berdehem dan memintanya untuk menatap dirinya.

"maafkan saya mas jero, saya kira bi ranti, makanya masker saya ngga dilepas" ujar biru takut.

"aneh -aneh aja, masa siang-siang pakai masker" ketus jero kesal.

"pekerjaan saya sudah selesai makanya saya ngga tau mau ngapain" ucap biru lagi.

"lo kan bisa bantu bi ranti bikin kue" jero memberi saran

"hehe eumm, mas jero kenapa kekamar saya?" tanya biru sedikit ragu.

"ikut gue" ujar jero singkat.

Jero berjalan meninggalkan biru, dan biru langsung mengekori jero dari belakang, jero masuk kedalam kamar miliknya lalu menurunkan sebuah koper, biru mengernyitkan dahinya bingung.

Jero berjalan kearah sofa yang berada dikamarnya lalu duduk disana, mengeluarkan ponselnya dan bermain ponsel disana.

"packingin keperluan gue sore ni gue berangkat ke canada buat urusan bisnis" perintah jero pada biru.

"memangnya mas jero mau bawa apa aja?" tanya biru yang sudah mulai membuka lemari baju milik jero.

"kalo punya waktu luang tuh buat ngobrol sama bi ranti, tanya apa aja yang biasanya anak-anak atmajaya butuhin" marah jero pada biru.

"bukan malah maskeran ngga jelas" imbuh jero lagi

"maaf mas jero" biru menunduk takut.

"gue butuh 3 jas senada sama celananya, gue juga perlu beberapa kemeja dan dasi" walaupun kesal jero tetap memberi tau biru tentang kebutuhannya.

"kaos dan celana pendek juga, sama apa lagi ya?" ujar jero setelah beberapa detik berfikir.

"eumm saya ngga tau" biru memang belum pernah melakukan ini sebelumnya, makanya dia benar-benar kebingungan.

"ck, apa-apa ngga tau" ketus jero lagi.

"eumm, atau mas jero butuh sepatu?" biru akhirnya memiliki pemikiran dan langsung ia tanyakan.

"bawakan 2" ujar jero masih fokus pada ponselnya.

"udah mas jero, ada lagi?" tanya biru pelan.

"tanyain bi ranti teh herbal yang biasa saya bawa untuk keluar negri ada atau ngga?" perintah jero lagi.

"teh herbal? untuk apa mas?" tanya biru penasaran.

"lo tuh disuruhnya apa, tapi banyak banget nanya, sana tanyain" jero menaikan nada bicaranya.

Biru mengangguk dan segera keluar dari kamar jero, biru berjalan menuju dapur dan mendapati bi ranti yang masih berkutat dengan adonan-adonan kue keringnya.

Biru bertanya apakah teh herbal yang biasa jero bawa masih tersedia dan bi ranti menjawab, jero sudah lama tak keluar negri makanya bi ranti sudah tak punya stok teh herbal itu.

Biru juga bertanya, teh yang jero minta itu berfungsi untuk apa dan bi ranti menjawab, jero biasanya menggunakan teh herbal itu untuk membantunya rileks setelah beberapa jam berada dalam pesawat, jero masih sedikit memiliki rasa trauma karena kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat, dan selama didalam pesawat, jero akan sedikit merasa takut, namun jika dirinya membawa teh herbal itu, jero biasanya meminta untuk diseduhkan pada pramugari yang bertugas dan menghirup aroma teh itu.

Biasanya jero akan tertidur setelah menghirup aroma teh itu, karena pikirannya teralihkan dan kini biru paham jero masih memiliki rasa trauma hingga sekarang.

Karena teh herbal yang jero minta tidak ada, biru mengingat dirinya memiliki lilin aroma yang dapat membantu seseorang lebih rileks karena aromanya yang menenangkan.

Biru mengambil lilin itu dari dalam kamarnya lalu berjalan lagi kearah kamar jero, biru menyerahkan lilin aroma itu pada jero dan jero mengernyitkan dahinya bingung, mengapa biru ini selalu membuanya kesal, jero meminta teh biru malah membawakan lilin, rasanya jero ingin  menjitak dahi biru dengan kencang karena merasa kesal.

"gue minta teh, maksud lo gue disuruh makan lilin?" jero lagi-lagi merasa kesal pada biru.

"kata bi ranti teh-nya habis, ini lilin aroma, bisa bantu mas jero rileks juga" ujar biru menjelaskan.

"packingnya sudah selesai, saya permisi ya mas jero"

Biru meninggalkan jero yang masih menatap lilin aroma itu, biru tau jero butuh sesuatu untuk membantunya rileks, dan itu berarti bi ranti menceritakan rasa trauma nya, jero sedikit merasa malu karena dirinya yang biasa memasang wajah datar kini terlihat memiliki kelemahan.

Namun dengan biru yang tak menanyakan apapun tentang rasa traumanya, jero merasa biru benar-benar orang yang baik, biru begitu menghargai orang lain, dan jero tersenyum manis untuk hal itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!!!

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang