Chapter 76

3.3K 286 6
                                    


Dikamar kecil itu, biru sedang duduk disoffa sambil terus menahan suara tangisnya, agar tak terdengar terlalu keras, biru menutupi wajahnya yang semakin memerah karena air mata juga semakin deras mengalir.

Biru merasa sedih karena melihat gara dan savian yang terlihat begitu marah karena rasa cemburu mereka, biru tak keberatan jika para kekasihnya terkadang merasa cemburu, tapi jika seperti ini biru merasa tak dipercaya, walaupun mempunyai pacar lebih dari satu, biru hanya mau dengan anak-anak atmajaya saja.

  Sedangkan dari arah pintu Jero dengan perlahan membuka pintu itu, biru mendongak dan segara menghapus air matanya dengan jemari lentiknya, biru juga berdehem untuk menetralkan suaranya agar tak terdengar serak.

Biru tersenyum kearah jero, jero menatap biru sendu, mata yang biasanya indah kini redup dan memerah, jero sempatkan diri untuk mengintip tadi, dan melihat biru menahan tangisnya, membuatnya ikut merasakan sesak pada dadanya.

Jero taruh makanan itu pada meja, jero membawa kedua tangan biru untuk ia genggam, rasanya semakin sedak saat melihat biru berusaha untuk tersenyum padanya.

Jero ulurkan satu tangannya untuk mengusap rambut lembut milik biru, menatap lekat biru yang  matanya terlihat sudah berkaca-kaca lagi, namun kekasih cantiknya itu masih terlihat menahan diri untuk tak menangis lagi, karena tak ingin membuat jero khawatir.

"sayangg, kamu boleh nangis kok, jangan ditahan, nanti makin sesek dadanya" ujar jero sambil mengelus pipi biru dengan lembut.

Begitu mendengar ucapan jero yang begitu lembut, nata biru perlahan mengalirkan air mata, suara tangis yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar dengan begitu bertubi-tubi, membuat dadanya semakin terasa sesak.

Jero membawa tubuh kecil kekasihnya untuk ia peluk, jero berikan usapan kecil pada punggung biru dan mengecup kening biru sayang, jero tak suka mendengar tangisan yang terdengar begitu menyakitkan itu, jero benci melihat kekasih kecilnya terus menerus merasa sedih, apalagi penyebabnya adalah adik-adiknya sendiri.

"sayanggg, its okee, mas ngerti perasaan kamu" jero mengelusi pipi biru lagi.

"mas minta maaf karena sikap gara dan savian ya?" ujar jero sambil menatap biru lekat.

"mas, aku ngga papa kalo emang mereka ngerasa cemburu, tapi kalo mas gara sampai mau nemuin sean dan bicara soal ini, menurut aku terlalu berlebihan" jawab biru dengan suara seraknya karena sehabis menangis tadi.

"kita baru ketemu 2 kali dan buat panggilan sean buat aku, itu kan bukan aku yang mau" biru berusaha membela dirinya sendiri.

"mas vian bilang sean kelihatan suka sama aku, tapi kan aku engga, aku udah cukup sama kalian kok" biru menatap jero sendu.

"mas jero, aku harus gimana supaya kalian tuh percaya sama aku, aku sedih karena dari kata-kata mas vian tadi itu kaya kesan-nya aku juga suka sama sean, padahal aku ngga enak kalo ngga jawab omongan dia, karena dia udah nolongin aku" ujar biru dengan nafas terburu.

"sayang, tadi mas sama marko udah nasehatin vian buat coba mulai kontrol emosi nya, mungkin dia masih belum terbiasa, apalagi kamu itu pacar pertamanya savian" jero berusaha membuat biru mengerti.

"savian ngerasa punya hak untuk ngeklaim kamu didepan orang lain, karena kamu pacar savian, dia juga baru pertama kali pacaran, savian masih harus banyak belajar" jero mengelus rambut biru sayang.

"kalo cowok itu deketin kamu lagi, setbisa mungkin kamu hindarin ya sayang? savian itu posesif banget, dia ngga akan suka kamu dideketin kaya gitu" ucap jero yang memahami sikap savian.

"mas ngomong kaya gini bukan karena mas membenarkan sikap vian hari ini, tapi kamu juga pasti tau gimana vian belum bisa kontrol emosinya, boleh ya sayang?" ujar jero lagi yang membuat biru menunduk dalam

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang