Chapter 16

12.1K 972 20
                                    


Sudah seminggu sejak kejadian dimana biru datang keacara ulang tahun teman bara dan mendapatkan perlakuan tak enak, biru menjadi seseorang yang sangat pendiam, hanya membantu bi Ranti untuk masak dan tak menyajikan makanan itu langsung untuk kelima atmajaya seperti biasanya.

Tentu keempat anak atmajaya yang lain merasa heran, tak ada ucapan selamat makan dengan nada riang seperti yang biasa biru ucapkan, terkecuali bara, bara paham betul mengapa biru menjadi seperti ini.

Pagi dimana biru bangun dan mengingat kejadian malam itu, bara masih berada didampingnya, namun biru buru-buru pergi dan memberontak saat bara terus mengucapkan kata maaf, biru hanya masih belum bisa terima karena menurutnya dirinya bisa mendapat perlakuan seperti ini karena menuruti ajakan bara.

Bahkan selama seminggu ini bara terus berusaha membujuk biru agar mau memaafkannya, namun biru tetap pada pertahanannya, belum ingin berbicara apapun pada bara, sampai Kira-kira hatinya dapat menerima kejadian malam itu.

Bara yang sudah bingung dan tak tau harus berbuat apapun, bercerita pada keempat saudaranya dan keempatnya sama-sama memarahi bara tanpa ampun, bahkan savian sudah akan memukul abangnya itu, namun ditahan oleh gara.

Marko cukup merasa hatinya terusik saat mendapati cerita seperti itu dari bara, dimana biru dicium paksa oleh musuhnya dan membuat biru seperti merasa sedikit trauma, siapa yang tidak merasa sakit hati saat seseorang yang bahkan kita tidak kenal, dengan seenaknya merendahkan dan melecehkan kita, begitu juga dengan biru, biru tak akan melupakan wajah menjijikan yosa sampai kapanpun.

Marko berjalan kearah kamar biru setelah acara makan malam dirumah itu selesai, biru yang tak menampakkan diri sejak selesai memasak membuat marko berfikir, biru pasti berada didalam kamarnya.

Marko ketuk pelan pintu itu, bersuara kecil untuk memberi tau biru bahwa dirinya ingin masuk kedalam dan berbicara pada biru, namun sang empu kamar tak kunjung membuka kamarnya, membuat marko membuka ponselnya lalu berbicara pada biru lewat chat.

Beberapa menit marko habiskan untuk selalu mengecek ponselnya karena biru tak kunjung membalas, dirasa biru belum mau diajak berbicara, marko hendak pergi dari depan kamar biru, namun suara pintu terkunci yang sedang dibuka itu membuat marko menat...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa menit marko habiskan untuk selalu mengecek ponselnya karena biru tak kunjung membalas, dirasa biru belum mau diajak berbicara, marko hendak pergi dari depan kamar biru, namun suara pintu terkunci yang sedang dibuka itu membuat marko menatap pintu itu, menatap biru yang kini hanya memakasi kolor diatas paha dan memakai atasan kaos berwarna biru muda.

Dapat marko lihat, kantung mata biru terlihat sangat jelas, rambut yang tak tertata, karena mungkin biru baru saja berbaring dikasurnya dan tak sempat merapihkan rambutnya, marko tersenyum lalu meminta izin untuk masuk kedalam kamar biru, biru hanya diam, namun dirinya berjalan kearah kasur, dan itu berarti marko diberi izin.

Marko tutup pintu kamar biru lalu menguncinya, marko tau sebentar lagi salah satu saudaranya akan mengunjungi kamar biru dan melakukan hal yang sama dengan dirinya, maka dari itu marko tak mau waktu berbicara dengan biru terganggu.

Biru menunduk sambil sesekali meremat jemarinya kuat, marko yang merasa biru akan menyakiti dirinya sendiri pun menggenggam kedua  tangan biru, agar anak itu tak lagi meremas jari-jarinya.

"biru, gue tau lo pasti sakit hati dan sedih banget karena dapet perlakuan kaya gini"

"selama seminggu ini gue bisa lihat perubahan dari sikap lo, maaf karena gue baru tau masalah ini, maaf karen gue ngga buru-buru nanya sama
lo apakah ada masalah atau ngga"

"gue marah banget waktu denger cerita bara tadi, kenapa bara ngga bisa jagain lo, padahal dia punya tanggung jawab karena dia yang bawa lo ke tempat itu."

"gue cari orang tu buat lo ya? kita kasih pelajaran"

Biru menatap marko lekat, biru tak bisa membayangkan jika marko benar-benar mencari yosa dan membawa lelaki brengsek itu bertemu dengannya, rasanya biru belum siap jika bertemu dengan yosa lagi setelah kejadian waktu itu.

Biru meremat tangan marko yang masih menggenggam tanganya, hal itu membuat marko peka, bahwa biru sedang dilanda rasa takut, marko mendekat dan mengusap punggung biru beberapa kali, mencoba menenangkan biru agar membuang pikiran-pikiran buruk yang mungkin sedang biru pikirkan.

"jangan takut, ada gue, gue bakalan ada disamping lo, gue ngga terima orang brengsek  kaya dia berani sakitin lo ok" marko berusaha membujuk biru.

"saya ngga mau ketemu orang itu lagi, mas marko ngga perlu cari dia, saya udah ngga papa kok" jawab biru pelan.

"jangan bohongin gue, gue akan tetap kasih pelajaran buat bajingan itu" ujar marko dengan suara datarnya.

"saya udah ngga mau berurusan sama orang itu, tolong jangan bawa dia ketemu saya"

Biru menangis, sungguh sudah sangat lelah dengan semua kemalangan yang dirinya terima, dirinya hanya tak ingin kembali melihat wajah itu lagi walaupun biru tak bisa dengan mudah melupakan hal itu.

Marko membawa biru kedalam pelukan hangatnya, mengusap punggung biru lembut dan mengangguki permintaan biru, biar nanti Marko akan mencari yosa tanpa sepengetahuan biru, marko merasa kini biru hanya sedang membutuhkan kata-kata penenang dan sebuah pelukan, marko tangkup wajah biru lalu mengusap pipi basah itu, marko pandangi bibir biru yang beberpa hari lalu dicium paksa itu, rasanya marko benar-benar marah, tak terima biru diperlakukan seperti ini.

"gue tau ngga gampang buat lupain semuanya, tapi gue mohon jangan kaya gini, gue ngga mau lo sakit" marko menatap biru khawatir.

"saya heran aja, mau sampai kapan saya cuma bisa diem direndahin sama orang, kenapa saya ngga pernah dapet kesempata bahagia, kenapa saya kaya gini" biru menghapus air mata yang terus mengalir.

"biru, ada gue disini, mulai sekarang gue akan selalu ada buat lo, jangan ngerasa sendiri ya?" ucap marko memberi penenangan.

"terimakasih karena mas marko selalu perduli sama saya" ujar biru menatap marko sendu.

"setiap manusia itu pasti punya ujiannya masing-masing, dan lo dapet ujian berat selama ini karena Tuhan tau lo orang yang sangat kuat" ucap marko lalu tersenyum tipis.

"bahkan kalo gue jadi lo, gue belum tentu bisa bertahan sejauh ini"

"dari pertama kita ketemu, lo ngga pernah tunjukin sisi lemah lo, lo kuat banget biru"

"gue selalu yakin kalo tuhan akan hadirkan pelangi setelah hujan, dan gue yakin juga kalo setelah ini semuanya akan baik-baik aja"

"lo bakalan dapet reward dari semua ujian yang udah lo lewatin dengan sabar"

"apapun yang lagi ada di pikiran lo sekarang, tolong jangan anggep lo sendiri, gue akan selalu perduli sama lo" Marko terus berusaha menenangkan biru, marko ingin biru tau kalau dia tak sendiri, ada marko yang akan menemaninya.

"saya harap semua yang mas omongin bener, saya selalu tunggu saat dimana saya akan bahagia"  biru kembali menangis.

"saat dimana hanya ada bahagia
didalam hidup saya, saya selalu
menantikan hal itu" ucap biru lagi dengan sesekali mengusap air matanya.

"gue tau ini konyol, tapi gue pengen ngomong kalo gue sayang sama lo biru, gue ngga akan biarin ada orang yang nyakitin lo, bahkan tante gue sendiri"

"you did well biru, kamu pantes bahagia"

"jangan sedih lagi ya?" Marko tersenyum manis, membuat biru ikut tersenyum.

"iya mas, terimakasih"

Marko kembali membawa tubuh biru kedalam pelukannya, untuk sekedar menghangatkan tubuh rapuh dari yang lebih muda, marko hanya tak mau biru memikirkan hal buruk lagi, meskipun kejadian kemarin bukanlah hal sepele.

Biru merasa sangat tenang, ada sosok seperduli marko dalam hidupnya yang seperti ini, biru akan selalu menghargai marko karena marko adalah orang yang sangat baik terhadapnya, terlebih mereka terbilang hanya kenal baru beberapa bulan saja.

TBC!!!!

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang