Sedari pukul 1 siang tadi, biru melihat langit yang begitu mendung dan biru berfikir pasti akan turun hujan, dan benar saja hujan turun tepat pukul 2 siang, biru segera mengambil jaket yang pernah jero belikan dan memakainya.
Hujan turun begitu deras, biru lagi-lagi menoleh kearah jam dinding ruang utama karena savian belum pulang sekolah padahal biasanya jam 1 siang savian sudah berada dirumah.
Suara motor memasuki garasi rumah mewah itu, biru tersenyum karena ia berfikir savian pulang dari sekolah, biru berjalan menuju pintu utama lalu membukanya lebar-lebar.
Namun senyumnya pudar saat melihat seorang wanita yang sudah pernah biru lihat, wanita itu menggunakan jas hujan dan juga helm yang biru yakini adalah milik salah satu anak atmajaya.
Gara berjalan kearah pintu, yang membuat biru tertegun adalah tubuh gara basah kuyup, biru yakin gara lebih mementingkan wanita dihadapannya dan membiarkan tubuhnya kehujanan.
Wanita itu merengek pada gara agar gara mau membukakan helm yang berada pada kepalanya, dan bara dengan cepat membantu, gara juga membantu wanita itu melepaskan jad hujan dan menaruhnya pada meja yang berada diteras rumahnya.
"buatin coklat hangat sama kopi" perintah vika dengan wajah menyebalkan.
Setelah berucap seperti itu vika berjalan masuk kerumah mewah itu, biru hanya bisa terdiam karena biru paham wanita itu pasti masih menganggapnya sebagai pelayanan dirumah itu seperti waktu itu.
Biru menatap sendu kearah gara yang juga sedang menatapnya, lalu tanpa berkata apapun, biru berjalan menjauhi gara untuk menuju dapur.
Biru sudah selesai membuatkan susu dan kopi, biru juga membawakannya menuju ruang utama, dimana vika sedang asyik bermain dengan ponselnya, baru saja biru hendak pergi dari sana, langkahnya terhenti saat melihat gara menuruni tangga, mungkin gara baru saja selsai mandi.
Gara berjalan mendekati biru, dan ketika hendak berbicara, biru Melengos begitu saja lalu berjalan kearah kamarnya, gara mengusap wajahnya kasar karena tau pasti biru akan berfikir macam-macam padanya.
Gara mendekati vika dan mengatakan akan ke toilet dan vika hanya mengangguk, gara berjalan kearah kamar biru, dan tanpa mengetuk pintu itu, gara menyelonong masuk tanpa izin.
Bisa gara lihat biru sedang duduk disoffa kamarnya sambil memeluk kedua kakinya, gara berjalan mendekati biru lalu duduk dihadapan biru.
"sayaang aku---"
"kok kamu kesini? sana temenin kak vika" biru memotong ucapan gara.
"sayang, jangan mikir yang macem-macem ya?" gara hendak menyentuh tangan biru, namun biru menghindar.
"aku ngga mikir apa-apa kok, sanaaa, nanti kak vika nyariin kamu" ujar biru mengusir gara.
"dengerin aku dulu ya?" pinta gara dengan nada lembutnya.
"aku pengen sendiri dulu" biru menunduk sedih.
"tapi aku ngga mau kita salah paham kaya gini" ujar gara yang sedikit merasa frustasi.
"salah paham apa?, aku ngga tau kenapa mas gara bisa bawa kak vika kerumah padahal lagi hujan gede kaya gini, tapi aku cukup paham sama kamu yang lebih milih basah dan kasih jas hujan kamu kedia" ujar biru yang kini menatap gara marah.
"biarin aku jelasin dulu biru!" tegas gara sedikit menaikan nada bicaranya.
"coba jelasin" biru menatap gara datar.
"vika itu salah satu model ditempat kerja aku, supirnya tadi ngga bisa jemput makanya dia nebeng sama aku" ujar gara yang memulai menjelaskan.
"pas udah ditengah jalan hujan gede dan kebetulan lebih deket ke rumah ini, makanya aku bawa vika kesini" imbuh gara.
"kak vika bahkan udah pake jas hujan dan mas gara harusnya bisa langsung antar kerumahnya" biru menyela ucapan gara.
"kamu ngga liat tadi aku basah? kalo diterobos yang ada aku sakit karena terlalu lama kehujanan" ujar gara sambil menatap biru lekat.
Biru terdiam mendengar ucapan gara, rasa cemburunya membutakan biru, sedari tadi bahkan biru tidak bertanya mengenai keadaan gara dan terus saja terdiam, biru gigit bibir bawahnya dan menunduk.
Biru hanya merasakan perasaan yang tak nyaman pada hatinya saat gara pulang membawa wanita, dan yang lebih membuat biru cemburu adalah biru melihat dengan mata kepalanya sendiri gara yang menuruti kemauan vika tanpa membantah sedikitpun, biru berfikir gara memperlakukan mereka sama.
"maaf karena ngga mikir sampe situ, sekarang udah jelas kan? kamu boleh keluar" ujar biru pelan.
"aku ngga mau berantem karena masalah sepele kaya gini, please ngertin aku" pinta gara masih berusaha menggapai tangan milik biru.
"mas gara, tolong keluar dari sini" ujar biru lagi tanpa menatap gara.
"vika itu sahabat aku, kamu ngga perlu cemburu" gara berujar kembali membuat biru terkekeh pelan.
"lihat kamu pulang hujan hujanan bawa cewek kerumah, menurut kamu aku ngga perlu cemburu? mas, aku ini apa?" tanya biru dengan raut datarnya.
"kamu pacarku, tapi aku udah jelasin semuanya dan ngga ada yang perlu dicemburuin" jawab gara.
"oh berarti cemburu yang aku rasain ngga penting ya? oke, aku paham sekarang" ujar biru pelan.
"astaga, aku harus gimana biar kamu paham sama omonganku?" gara mengusak wajahnya kasar.
"aku paham kok, makasih udah buat aku sadar sama posisiku sebenernya" ucap biru menatap gara tajam, biru bahkan tak berekspresi sama sekali.
"kamu nih ngomong apa sih!!" sentak gara dengan galak.
Biru bangkit dari duduknya dan masuk kekamar mandi, gara yang melihat itu mengikuti langkah biru namun tiba-tiba terhenti karena biru menutup pintu itu dengan sangat kencang, gara hendak membuka knop pintu itu namun ternyata dikunci dari dalam.
Gara menggeram kesal, sungguh dirinya tak percaya biru akan se cemburu ini padahal dirinya sudah menjelaskan kenapa bisa membawa vika kerumah mereka, gara hanya ingin biru mengerti bahwa vika itu sahabatnya, tak lebih.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ATMAJAYA'S (Haechan Harem)
Fiksi RemajaBiru yang hidup selama 23 tahun dipanti asuhan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk diadopsi, namun bukannya untuk menjadi pelengkap sebuah keluarga, Biru hanya diadopsi untuk menjadi pembantu disebuah rumah megah keluarga Atmajaya yang beranggotak...