Pagi ini kegiatan sarapan dirumah atmajaya tak begitu ramai seperti biasanya, yang dimaksud ramai adalah anggota keluarga atmajaya tak semuanya ikut sarapan karena jero yang sudah berangkat kecanada kemarin sore, sedangkan gara dan bara memang tak pulang semalam karena sedang staycation bersama teman-temen kuliah mereka.Biru memperhatikan marko yang memakan sarapanya dengan enggan, marko terlihat tak bernafsu, apakah masakan biru kali ini tak enak? tapi savian memakan sarapannya dengan tenang, kalau memang masakannya tak enak, savian akan lebih dulu memprotes dan tak mau makan.
Maka ketika savian sudah pergi kesekolah, biru duduk di sebrang bangku yang marko duduki, biru perhatikan marko yang hanya mengaduk-aduk nasi dan sayur yang berada diatas piringnya.
Bahkan marko tak menyadari biru yang sedari tadi memperhatikannya, biru semakin penasaran, sebenarnya apa yang sedang marko pikirkan, tak ingin semakin penasaran, biru memberanikan diri untuk bertanya, walaupun marko tidak galak padanya, dirinya takut marko sedang tak ingin diganggu.
"mas marko" panggil biru pelan berusaha menyadarkan marko dari lamunannya.
"ehh, iya biru, kenapa?" marko sedikit merasa malu karena ketahuan melamun.
"mas marko ngga suka sama menu sarapan hari ini? kenapa cuma diaduk makananya" tanya biru sambil terus menatap marko khawatir.
"ngga tau kenapa mulut gue ngga ada rasa, kira-kira kenapa ya?" marko balik bertanya.
"mas marko sakit? kepalanya pusing ngga?" biru semakin khawatir.
"udah dari semalem sih kepala gue kayal berat banget, tapi gue ngga demam, berarti gue ngga sakit kan?" ujar marko lagi.
"sakit kan ngga musti demam" jawab biru.
"lebih baik hari ini mas marko ngga usah kekantor, takutnya nanti kenapa-kenapa, dirumah dulu istirahat, saya bikinin bubur ya?" tawar biru pada marko.
"gue ngga bisa, kasian sekertaris gue kalo hari ini kerjain semuanya sendiri" elak marko yang merasa dirinya memang sedang tidal sakit.
"tapi mas marko lagi ngga enak badan, satu hari libur ngga akan bikin perusahaan mas yang udah sukses itu bangkrut" ujar biru sedikit merasa kesal.
"mumpung belum parah, lebih baik istirahat duu dirumah, 9 kalo dipaksain yang ada makin drop, yang rugi juga mas marko sendiri" biru benar-benar tak bisa membiarkan marko tetap bekerja padahal badannya sudah mulai merasa tak enak.
"tapi....."
"saya bicara kaya gini bukan untuk ngatur mas marko, saya cuma khawatir mas marko drop kalo tetep dipaksa buat kerja" ujar biru lagi memotong ucapan marko.
"kesehatan itu penting mas marko, orang yang lagi sakitaja pengen cepet sembuh, jadi kita yang sehat
harus bener-bener dijaga kesehatannya""saya buatin bubur biar mas marko bisa makan terus minum obat ya?" tawar biru lagi.
"yaudah iya biru" pasrah marko karena merasa yang dikatakan biru benar.
Biru berjalan mendekati wastafel dan mulai mencuci beras yang akan dirinya gunakan untuk membuat bubur, tanpa menyadari marko yang sudah merebahkan kepalanya dilipatan tangan dan memperhatikan dirinya yang sedang sibuk itu.
Setelah bubur itu jadi, dirinya menaruh dimangkuk dan menyajikannya dihadapan marko, marko tersenyum lalu mulai meniupi bubur yang berada dimangkuk itu, sedangkan biru, sedang mengambil persediaan obat yang nanti akan diminum oleh marko.
Kegiatan makan bubur dan meminum obat sudah selesai, kini marko sudah merebahkan dirinta diatas kasur, dengan biru yang membantu menyelimuti sebagian tubuhnya, marko lagi-lagi tersenyum, sudah lama rasanya ia tak diperhatikan oleh orang lain, apalagi dengan keadaan dirinya yang sedang tak enak badan seperti ini.
Saat biru hendak keluar dari kamar itu, marko menarik pergelangan tangan biru dan hal itu membuat biru terduduk disisi ranjang miliknya, marko mengelus tangan biru yang masih ia genggam.
"rasanya udah lama banget ngga ada yang seperduli ini sama gue" marko terkekeh pelan.
"walaupun lo ngelarang gue buat bilang makasih, gue akan tetep ucapin makasih" marko tersenyum.
"bi ranti pernah cerita kenapa anak-anak atmajaya ngga terlalu akur?" tanya marko sambil menatap wajah manis biru.
"kalo gara sama bara ngga usah diomong, mereka kembar jadi mereka deket banget" imbuh marko.
"tapi ya gitu, mereka cuma deket sama kembaran masing-masing" marko tersenyum canggung.
"bi ranti udah cerita semuanya bahkan dari awal saya disini, jujur selain saya bekerja disini, saya memang sedikit kasihan sama kalian berlima"
"kalian pasti terpuruk banget sampai bisa kaya gini sekarang, tapi ya itu semua ngga nutup kebaikan
kalian, kalian orang baik, dan saya
percaya itu""kalo boleh saya kasih saran, mas marko coba deketin mas vian dulu, dia kan bungsu, mungkin lebih banyak sakit yang selama ini ngga mas marko tau"
"kalian boleh sedih, tapi ngga boleh berlarut, 5 tahun menurut saya suda terlalu lama buat selalu mengingat hal menyedihkan, setiap orang pasti akan ngalamin yang namanya kehilangan, lebih baik mulai sekarang kalian nyoba buat saling terbuka, cerita masing-masing yang lagi kalian semua rasain, kalian memang udah ngga punya orang tua, tapi kalian masih punya saudara, ngga seharusnya keluarga sedingin ini"
"makasih udah seperduli ini sama gue dan saudara-saudara gu gue" ujar marko terharu.
"sama-sama mas marko, cepet sehat ya?" ucap biru perhatian.
"mungkin saya ngga tau apa-apa tentang keluarga atmajaya, tapi saya selalu berdoa semoga kalian bahagia, selamat beristirahat mas marko, saya permisi dulu".
Marko menatap kepergian biru, ada sedikit perasaan tak enak dalam relung hatinya, dirinya merasa apa yang tadi biru bicarakan itu benar, mereka tak seharusnya seperti ini, bukankah jika mereka terus merasa terpuruk, kedua orang tua mereka juga akan merasakan sakit di atas sana?.
Mungkin tidak sekarang, tapi marko bertekad untuk memperbaiki keluarga mereka, keluarga yang sudah lebih dari 5 th menjadi keluarga yang begitu dingin, marko sangat berterima kasih karena biru sudah datang kedalam kehidupan mereka.
TBC!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ATMAJAYA'S (Haechan Harem)
Teen FictionBiru yang hidup selama 23 tahun dipanti asuhan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk diadopsi, namun bukannya untuk menjadi pelengkap sebuah keluarga, Biru hanya diadopsi untuk menjadi pembantu disebuah rumah megah keluarga Atmajaya yang beranggotak...