Hari sudah siang, biru masih saja berdiam diri didalam kamarnya dan mengunci pintu itu dari dalam, berharap tak ada seorang pun yang mengganggunya karena dirinya masih belum siap bertatap muka setelah apa yang terjadi pagi tadi.Biru tak pernah berfikir ada menyukai dirinya seperti ini, dan yang lebih membuat biru bingung adalah bukan hanya satu yang menyukainya namun kelima anak atmajaya.
Pagi tadi Jero sempat mengetuk pintu kamar itu karena khawatir, mengingat biru yang belum sempat makan sedari pulang dari rumah sakit, namun biru bergeming, tak membuka pintu kamarnya, dan berakhir jero meminta tolong pada bu ranti dan beruntung karena biru mau membukakan pintu dan menerima makanan itu.
Didalam kamar itu biru terus saja melamun, membayangkan bagaimana bingungnya ketika mendapati kenyataan seperti ini, biru bersikap seperti itu bukan karena marah, melainkan biru hanya butuh waktu untuk mencerna semuanya.
Biru membaringkan tubuh yang masih lemas itu diatas kasurnya, memeluk guling dan mendadak terisak, biru hanya tak menyukai perasaan gundah ini, biru bingung harus menjawab apa ketika nanti dirinya kembali ditanya mengenai tanggapannya pada rasa suka kelima anak atmajaya.
Biru merasa tak bisa memilih salah satu diantara mereka, biru takut anak-anak atmajaya akan bertengkar satu sama lain, biru memang sudah paham dengan perasaannya terhadap gara, namun jika biru memilih gara, mungkin keempat anak atmajaya yang lain akan menjauhinya dan membencinya seperti dulu, biru semakin terisak karena rasanya kepalanya begitu penuh dan sakit.
#Atmajaya's group chat
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨Suara pintu diketuk mengganggu tidur biru, biru melenguh karena merasakan pusing pada kepalanya, mungkin efek terlalu banyak menangis, biru dengan perlahan mendudukan dirinya dan menggapai ponselnya yang tergeletak dinakas.
Biru lihat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, biru dengan segera turun dari kasurnya lalu mendekati pintu, namun biru tak langsung membuka pintu itu, biru malah memilih menempelkan telingannya pada pintu, berfikir akan mendengar suara dari luar dan dirinya akan tau siapakah yang mengetuk pintu kamarnya.
Biru terus berusaha mendengar suara dari luar, namun tak terdengar apapun bahkan deheman sekalipun, biru yang semakin penasaran pun kembali bingung, haruskah dirinya membuka pintu itu atau tidak.
Setelah beberapa saat berfikir, biru menghela nafasnya pelan, laku lalu menyakinkan diri untuk membuka pintu kamar itu dan akan menghadapi siapapun yang kini berada diluar kamarnya, dan saat biru menarik gagang pintu itu, dapat biru lihat jero yang sedang menyandar pada dinding samping pintu, dan biru bisa melihat raut khawatir saat jero mendongak dan menatapnya lekat.
"mas jero?" gumam biru lirih.
"hai, emm aku boleh bicara sebentar?" tanya jero sambil tersenyum canggung.
"tapi...." biru berfikir keras.
"aku janji cuma sebentar, please" jero membuat gestur memohon.
"yaudah, ayo masuk" ujar biru.
Biru berjalan kearah kasurnya, duduk disisi kasur itu dan menunggu jero yang sedang menutup pintu kamarnya, biru terus saja menunduk, meremat tangannya karena perasaan gugup yang mendatangi hatinya, entah apa yang akan jero bicarakan, tentunya biru akan dibuat bingung lagi.
Jero duduk menyamping, menghadapkan tubuhnya kearah biru, jero menghela nafas panjang lalu berusaha tersenyum, padahal rasanya sangat berat untuk tetap tersenyum ketika hatinya bahkan belum merasa lega.
"aku mau minta maaf" jero memulai percakapan.
"aku udah coba tahan hati aku buat ngga omongin ini dulu, sampai kamu bener-bener siap buat jawab, tapi ternyata aku gusar, aku ngga tau harus apa" jero menatap biru lekat.
"kalau aku tau kamu akan begini, aku dan yang lain ngga akan ungkapin perasaan kita sama kamu" setelah menghela nafas pelan.
"aku cuma masih kaget aja" jawab biru pelan, menunduk tak mau menatap jero.
"aku paham kenapa kamu ngga langsung jawab pertanyaan bara tadi pagi, kamu pasti bingung banget karena kamu baru aja tau ternyata bukan hanya satu orang yang suka sama kamu" ujar jero sambil tersenyum, namun dalam senyuman itu biru melihat ada kesedihan.
"biru, kita ngga maksa kamu buat terima perasaan kita, kita cuma ngerasa harus omongin semuanya karena bagaimanapun hal ini ada hubungannya sama kamu" ujar jero lagi.
"kalo emang kamu belum bisa jawab semuanya ngga papa, kita bakalan selalu nunggu" ucap jero membuat biru mengangguk.
"aku mau bicara kaya gini sama kamu karena aku ngga mau egois buat milikin kamu untuk aku sendiri, aku juga harus pertimbangin perasaan adek-adek aku karena mereka juga punya rasa yang sama" jero mengusak wajahnya frustasi.
"aku boleh minta tolong?" ucap jero tiba-tiba.
"minta tolong apa?" tanya biru yang kini sudah menatap jero.
"jangan ngurung diri dikamar kaya gini, kita semua khawatir, kita ungkapin semuanya bukan buat lihat kamu sedih, aku mohon" jero menatap biru sendu.
"kamu baru aja sembuh, kita ngga mau kamu sakit lagi karena terlalu mikirin hal ini" imbuh jero.
"aku minta maaf karena aku bener-bener belum punya jawaban apapun" biru menunduk merasa bersalah.
"dan buat ngga ngurung diri dikamar, aku bakalan usahain, aku juga ngga mau kalian khawatir" biru memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"thank you biruu" ujar jero pelan.
"take your time ya, ngga usah terlalu dipikirin, cukup dijalanin dan lama-lama kamu akan punya jawaban
dari ini semua"Jero usap rambut biru dengan sayang, berharap biru tau bahwa dirinya benar-benar akan selalu sabar menunggu, jero tidak tau kedepannya akan seperti apa, tapi yang jelas untuk sekarang jero rasa membiarkan biru mencari jawaban dan mastiin bagaiamana perasannya pada masing-masing anak atmajaya adalah hal paling benar.
Jero tersenyum manis, membuat hati biru rasanya semakin gundah, biru takut menyakiti anak-anak atmajaya, biru takut dirinya butuh waktu lama untuk mendapat jawaban dari hatinya, karena biru masih menganggap kasih sayangnya selama ini pada anak atmajaya adalah bentuk perduli sesama manusia.
"sekarang makan ya? kamu harus minum obat" ajak jero dengan nada lembutnya.
"boleh minta tolong bi ranti buat bawa kesini? aku belum berani keluar kamar" ujar biru pelan.
"anything for you, yang penting kamu mau minum obat, terus istirahat lagi, aku keluar dulu ya?" pamit jero lalu tersenyum manis.
"terimakasih mas jero" ujar biru terakhir kali, sebelum ditinggal oleh jero.
Jero tersenyum manis, kembali mengusap rambut biru sayang, lalu jero melenggang pergi dari sana, meninggalkan biru yang kini hanya menunduk karena merasa bersalah pada jero dan juga anak atmajaya yang lain, karena biru membuat mereka semua mengunggu jawabannya yang bahkan belum biru dapatkan.
Bi ranti masuk kedalam kamar itu membawa beberapa makanan dinampan, menaruhnya dimeja dekat soffa, lalu mempersilahkan biru untuk segera makan dan meminum obat.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ATMAJAYA'S (Haechan Harem)
Fiksi RemajaBiru yang hidup selama 23 tahun dipanti asuhan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk diadopsi, namun bukannya untuk menjadi pelengkap sebuah keluarga, Biru hanya diadopsi untuk menjadi pembantu disebuah rumah megah keluarga Atmajaya yang beranggotak...