#Pov Savian
Sudah hampir 2 minggu ini savian merasakan resah dalam hatinya, dirinya memikirkan bagaimana perlakuan biru terhadap keempat abangnya dan juga pada dirinya, entah mengapa savian merasa dirinya tak sama dengan keempat abangnya, savian berfikir biru hanya menyayanginya sebagai seorang adik dan tidak lebih.
Savian bahkan tak terlalu menunjukkan afeksinya untuk biru namun biru tak mengeluh bahkan tak menanyakan apakah ada yang salah atau tidak, savian rasanya ingin sekali berbicara pada biru dan menanyakan sebenarnya perasaan biru sebenarnya padanya.
Waktu menunjukan pukul 10 malam, Savian yang sedang duduk dikamarnya pun memutuskan untuk datang kekamar biru dan akan bertanya tentang keresahannya akhir-akhir ini.
Savian hanya ingin mengetahui kebenarannya, dan jika memang biru benar-benar hanya menganggapnya seorang adik, savian akan berhenti meminta perhatian lebih pada biru.
Savian berjalan pelan kearah kamar biru lalu masuk kekamar itu perlahan, sosok didalam kamar itu menoleh kearah pintu dan tersenyum, membuat savian ikut tersenyum.
Savian duduk disamping biru yang sedang duduk disoffa kamarnya, savian menatap biru lekat dan hanya diam, hal itu lama-lama membuat biru bingung, biru merasa sepertinya ada yang ingin savian sampaikan dari raut wajah sibungsu atmajaya itu.
"kok belum bobo?" tanya biru dengan nada lembutnya.
"besok libur, aku belum bisa tidur" jawab savian pelan.
"ohh, okey" ujar biru yang sebenarnya merasa aneh dengan raut murung savian.
"kamu udah mau tidur? aku pengen ngomong sebentar" ucap savian sambil sesekali menggigiti bibir bawahnya seolah ingin menyampaikan hal yang penting.
"yaudah, ngomong aja" jawab biru santai, padahal biru sangat penasaran.
"aku ngga tau perasaan aku ini bener atau ngga, yang jelas aku lagi ngerasa ngga percaya diri" ujar savian yang memulai ucapan pentingnya.
"mas vian ngga papa kan?" tanya biru yang kini menatap savian khawatir.
"kamu anggep aku apa?" tanya savian tiba-tiba yang membuat biru tertegun.
"kenapa nanya gitu? aku anggep kamu sama kaya yang lain" biru mengerjapkan matanya beberapa kali karena tidak percaya dengan pertanyaan savian tadi.
"tapi kenapa aku ngga ngerasa kaya gitu ya?" savian menunduk.
"mas vian..." ucap biru terpotong.
"aku ngerasa kamu ngga perlakuin aku sama kaya yang lain, aku ngerasa kamu cuma sayang sama aku sebagai adik, bener?" ucapan savian membuat biru semakin tercekat, mengapa bisa savian berfikir seperti itu.
"mas vian ngga gitu, maafin aku kalo mas vian mikir kaya gitu" biru beujar pelan.
"aku sadar sih aku masih kaya anak kecil dan ngga pantes punya perasaan kaya gini" ujar savian yang mulai merasa berkecil hati.
"mas vian tolong jangan mikir yang ngga- ngga, aku beneran sayang ke mas vian sama kaya ke yang lain" biru menggenggam tangan savian yang sedari tadi mengepal itu.
"untuk saat ini aku lagi ngga butuh kata-kata penenang, aku berani ajak kamu ngomong kaya gini karena perasaan yang ganggu aku beberapa minggu ini" ujar savian lalu menghela nafas sedikit kasar.
"aku sedih banget karena ngga bisa adil kaya gini, dari awal emang perasaan aku ini salah, kamu bahkan ngga percaya sama apa yang aku rasain ke kamu" biru kini menunduk sedih.
"kalo aku cuma sayang sama kamu sebagai adik, aku ngga akan mau kamu cium waktu itu" ujar biru pelan.
"aku selalu berusaha buat bagi waktu dan adil buat kalian berlima, dan rasanya aku gagal karena kamu ngga bisa rasain perasaan aku ke kamu tuh kaya gimana" savian berbicara masih dengan wajah sedihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATMAJAYA'S (Haechan Harem)
Teen FictionBiru yang hidup selama 23 tahun dipanti asuhan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk diadopsi, namun bukannya untuk menjadi pelengkap sebuah keluarga, Biru hanya diadopsi untuk menjadi pembantu disebuah rumah megah keluarga Atmajaya yang beranggotak...