Chapter 46

5.8K 531 21
                                    


#Pov Gara

Lelaki dengan badan kekar sedang duduk dibalkon kamarnya sambil termenung, sejak kemarin gara malas melakukan apapun, kerja pun tak fokus karena memikirkan biru, sejak kemarin biru bahkan tak berbicara padanya dan yang lain, sebenarnya hal itu cukup membuat gara merasa khawatir.

Sejak pertama dirinya dan juga saudara-saudaranya memutuskan untuk mengungkapkan perasannya pada biru, gara sudah menyiapkan diri dan tak menaruh espektasi terlalu tinggi, dan benar saja biru bahkan tak menjawab apapun kemarin.

Gara berjalan masuk kekamarnya dan mengambil sebuah gitar, gara akan bermain gitar dan sedikit bersenandung, berharap kegiatan itu sedikit membantu memperbaiki suasana hatinya.

Gara memetik gitar itu dengan penuh perasaan, bernyanyi lagu yang sedang mewakili perasaanya saat ini, namun belum juga satu lagu selesai dinyanyikan, gara sudah terhenti karena jarinya tergores senar gitar, gara lupa tak memakai alat bantu, dan memetik gitar itu terlalu keras, gara meringis lalu kembali masuk kedalam kamarnya untuk mencuci jarinya yang mengeluarkan darah.

Setelah dirasa darah itu berhenti keluar, gara duduk diatas kasurnya sambil memandangi jarinya tadi, ternyata luka itu masih tidak ada apa-apanya ketimbang dengan sakit dalam hatinya saat ini, gara mengusak wajahnya kasar karena terlalu frustasi.

Gara menghela nafas kasar lalu keluar dari kamarnya, gara turun ke bawah, dirinya tanpa sadar berjalan kearah kamar yang biru tempati, gara sentuh pelan pintu kamar itu, berharap biru mengetahui kehadirannya dan mau berbicara padanya.

Saking rindunya, gara sampai menempelkan telinganya pada pintu itu, berharap mendengar sedikit suara biru untuk meredakan rasa rindunya.

Namun saat kembali memfokuskan telinganya untuk mendengar suara dari dalam, gara mengernyit karena terdengar suara tangisan, perasaan khawatir langsung menggerogoti hati gara, gara bingung, haruskah dirinya mengetuk pintu itu atau tidak, namun tangisan biru semakin kuat, gara tak berfikir lagi, dirinya mengetuk pintu itu dengan kencang.

Beberapa saat gara habiskan untuk berusaha mencari kunci cadangan kamar itu karena biru tak membukakan pintu padahal gara sudah mengetuk pintu itu puluhan kali, tepat saat kunci itu ditemukan, gara bergegas mendekati pintu itu lagi dan membukanya, beruntung biru tak membiarkan kunci yang berada didalam menggantung.

Ketika berhasil masuk, gara langsung mencari keberadaan biru, namun biru tak ada dikasur maupun disoffa, namun pandangannya teralihkan oleh pintu kamar mandi yang tertutup dan terdengar suara air dari dalam, gara semakin khawatir dan mengetuk pintu kamar mandi itu beberapa kali.

Gara terus saja memanggil nama biru, berharap biru baik-baik saja, dan ketika terdengar suara knop pintu kamar mandi berbunyi, gara memundurkan tubuhnya dan bersiap untuk bertanya mengenai keadaan biru.

Dapat gara lihat, biru keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah, mungkin biru baru saja bercuci muka, namun tak dapat dibohongi, gara tetap melihat mata biru yang merah dan berkaca-kaca, yang semakin membuat gara sedih adalah, kini biru terlihat memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

"kamu ngga papa?" tanya gara berusaha tak terlalu terlihat khawatir.

"aku baik-baik aja kok hehe" biru tersenyum canggung.

"jangan bohongin aku" ujar gara tegas.

"aku beneran ngga papa mas, kok mas gara bisa masuk, kan pintunya aku kunci?" tanya biru sambil melihat kearah pintu.

"aku pakai kunci cadangan, kamu beneran ngga papa?" tanya gara lagi.

"iya mas gara, aku ngga papa" cicit biru pelan.

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang