Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, biru sedang berada didapur untuk meminum susu, kebiasaan sebelum tidurnya yang memang setiap hari ia lakukan.Setelah meminum habis susunya, biru berjalan menuju wastafel dan mencuci gelas miliknya, dan setelahnya biru akan kembali kedalam kamarnya, namun langkahnya terhenti saat biru mendengar pintu utama dibuka, biru mengernyitkan dahinya dan mencoba melihat siapa yang baru pulang itu, karena pintu diruangan itu sudah dimatikan, biru berjalan kerah stop kontak dan baru terlihat, ternyata itu adalah gara.
"mas gara kok baru pulang?" tanya biru dengan suara lembutnya.
"mas ada urusan tadi, maaf ya ngga ikut makan malem bareng" gara mengelus rambut biru dengan sayang.
"ohh, its okeyy kok, yaudah sana bersih-bersih terus istirahat" biru menggenggam tangan gara yang masih setia mengelus rambutnya.
"mas tau mas masih keringetan, tapi mas boleh minta peluk ngga sayang?" tanya gara menatap biru dengan mata yang berkaca-kaca.
"ngapain izin sih, sinii" ucap biru pelan.
Gara memajukan tubuhnya dan mulai memeluk biru erat, gara kecupi puncak kepala yang lebih kecil darinya itu sambil gara elusi pinggang sicantik dengan usapan lembut, gara memejamkan matanya karena perasaan nyaman pada pelukan mereka itu.
Setelahnya gara melepas pelukan itu dan tersenyum, tapi yang biru sadari adalah gara seperti memaksakan dirinya untuk tersenyum, bukan senyum tulus dan manis seperti biasanya, biru mengelus rambut gara pelan, hal itu membuat gara menatap biru lekat.
"mau ceita sesuatu?" tanya biru sambil menatap khawatir kearah gara.
"ehh engga kok, terimakasih pelukannya ya sayang, I love you" ucap gara lalu tersenyum namun matanya masih terlihat berkaca-kaca.
"aku tau ada yang lagi kamu pikirin, kenapa ngga mau cerita mas?" biru mengelus tangan gara lagi.
"tadi vika marah-marah di studio" ujar gara setelah berfikir sejenak.
"kamu masih deket sama kak vika?" biru menatap gara penuh tanya.
"waktu kamu marah gara gara mas bawa vika kesini tuh mas udah selesaikan semuanya, mas bilang ngga bisa terlalu deket kaya dulu karena sekarang mas sama kamu udah pacaran" ucap gara pelan.
"mas juga jelasin posisi kamu dirumah ini itu bukan pelayan, tapi kamu disini karena kamu pacarku, tapi waktu itu vika ngga ngomong apa-apa dan pergi gitu aja" imbuh gara.
"ternyata tadi dia dateng ketempat kerja mas, dia minta mas putusin kamu dan mulai hubungan sama dia, tapi mas nolak, mas ngga akan mau ninggalin kamu untuk dia, tapi dia tetep ngga terima" gara menatap biru sendu.
"dia marah-marah dan berantakin kerjaan mas, vika juga banting salah satu kamera punya mas sampai hancur, mas capek banget padahal disana banyak file penting yang belum dibackup, bos mas juga marah-marah karena kejadian tadi" gara menggigiti bibirnya karena menahan kesal.
"mas tau kalau mas kerja itu buat seneng-seneng aja, tapi kalo kaya gini mas juga capek, semuanya berantakan gara-gara vika" gara sedikit mengepalkan tangannya karena benar-benar ingin memukul sesuatu disekitarnya, namun dirinya tak mau membuat biru takut, tujuan gara hanyalah mengadu pada sang pujaan hati agar hatinya terasa lebih tenang.
Biru menatap lekat gara yang masih menunduk sedih itu, pasti gara merasa lelah karena hari ini mendapatkan hal yang tidak menyenangkan seperti itu, gara itu orang yang sangat profesional, jadi pasti kekasih biru itu sedang banyak pikiran.
Biru memeluk lagi tubuh kekar kekasihnya itu, biru usap punggung kekar itu, biru harus bantu apa supaya kekasihnya itu merasa lebih baik? kalau sedang begini biru merasa tak berguna, biru pun mulai menangis karena merasa dirinya tak bisa apa-apa, hal itu membuat gara terkejut, gara melepas pelukan itu lalu menangkup kedua pipi biru, gara menghapus air mata yang menbasahi pipi itu.
"sayanggg, kok nangis, kamu marah ya karena mas ketemu vika lagi?" gara menatap biru khawatir.
"bukan itu, aku cuma ngerasa sedih karena ngga bisa bantu apapun, mas gara pasti lagi banyak pikiran banget" biru mengusap air matanya kasar.
"mas cerita bukan untuk buat kamu sedih, mas cuma butuh pelukan dari kamu sayangg, itu udah cukup bantu mas kok" gara mengusap pipi biru lembut.
"aku tau mas gara capek, makanya pas tadi aku ngerasa ada yang beda dari mas gara aku langsung tanya mau cerita atau ngga" ucap biru mencoba tersenyum kearah gara.
"tapi ternyata aku ngga bisa kasih solusi karena aku ngga paham tentang kerjaan kamu" ucap biru sedih.
"harusnya tadi mas ngga usah cerita" cicit gara pelan.
Biru mengusap air matanya kasar, memeluk tubuh gara lagi dan memberikan kata penyemangat, mengapa dirinya cengeng sekali sih? setidaknya biru harus menyemangati gara kan? bukan malah menangis seperti itu dan menambahi pikiran gara, biru elus-elus punggung tegap milik gara dan terus memberikan semangat.
Gara tersenyum karena kekasihnya itu sangat menggemaskan, pelukan malam ini terasa sangat nyaman karena gara tau tempat untuk dirinya mengadu, gara tau kemana dirinya harus pulang saat merasa lelah.
"maafin aku malah buat mas makin sedih ya?, mas harus semangat terus, mungkin aku ngga bisa bantu apapun, tapi aku mau kok jadi tempat buat mas cerita" biru semakin mengeratkan pelukan mereka.
"iya sayang, sekali lagi terimakasih ya?" ucap gara lalu tersenyum.
"sama-sama sayangg, sana mandi terus istirahat" biru membalas senyuman itu.
"bobonya mau ditemenin anak cantik boleh ngga?" tanya gara sambil menggenggam kedua tangan biru.
"hehe mau peluk yang erat banget, mau peluk sampai pagi" ucap gara lagi yang mendapatkan senyuman gemas dari biru.
"boleh sayanggg" jawab biru dengan suara lembutnya.
Gara menyengir lalu dengan semangat menggendong tubuh kecil biru ala bridal style, biru hanya terkekeh dan melingkarkan tangannya pada leher gara, begitu sampai dikamar gara turunkan tubuh biru dengan perlahan diatas kasurnya.
Gara meminta izin untuk mandi terlebih dahulu, dan begitu biru tersenyum mengizinkan, gara mengecup bibir biru lembut, membuat biru tersipu malu.
15 menit berlalu, gara baru saja keluar dari kamar mandi dengan menggunakan celana training dan juga kaos lengan pendek, gara naik keatas kasurnya lalu merebahkan kepalanya di paha biru yang sedang duduk bermain ponsel.
Biru meletakkan ponselnya dan mengalihkan tangannya untuk mengusap rambut gara sayang, biru tidak tau seberapa lelahnya gara saat ini, tapi melihat gara yang terpejam nyaman diatas pahanya mampu membuat biru paham, gara sedang butuh dekapannya.
Biru turunkan kepala gara dari pahanya barang sebentar, lalu biru merebahkan dirinya disamping gara, biru bawa tubuh kekar itu untuk ia dekap, dan gara dengan sigap memeluk pinggang ramping biru, dan mendusalkan wajahnya didada biru, gara hirup aroma menenangkan dari tubuh kekasihnya.
Biru beri beberapa kecupan pada kening gara, biru juga mengusapi punggung tegap gara dengan tangan halusnya, beberapa saat kemudian biru tersenyum saat terdengar dengkuran halus dari kekasihnya itu, biru berharap dekapannya mampu membuat gara lebih baik.
TBC!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ATMAJAYA'S (Haechan Harem)
Подростковая литератураBiru yang hidup selama 23 tahun dipanti asuhan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk diadopsi, namun bukannya untuk menjadi pelengkap sebuah keluarga, Biru hanya diadopsi untuk menjadi pembantu disebuah rumah megah keluarga Atmajaya yang beranggotak...