Matahari pagi menyapa wajah cantik yang baru saja terlelap beberapa jam itu dari arah gorden kamar, biru mengerjapkan matanya pelan karena menyesuaikan penglihatannya karena merasa kesilauan, hingga biru mendudukkan tubuhnya, biru mengambil ponsel yang berada di samping bantalnya, membuka fitur kamera dan melihat kondisi matanya yang terasa sangat bengkak.
Dan benar saja, mata itu begitu bengkak dan masih sedikit memerah akibat menangis semalaman, biru hanya merasa dirinya terlalu gampangan hingga memiliki rasa pada kelima anak atmajaya itu, sampai-sampai semalam dirinya berfikiran bahwa anak-anak atmajaya pasti akan menganggapnya aneh.
Biru menghela nafasnya pelan, menatap lantai kamarnya sambil sedikit merenung, biru turun dari kasurnya lalu menuju kearah lemari, biru ambil baju-bajunya dari lemari lalu memasukannya kedalam koper kecilnya.
Mungkin dengan pulangnya biru kepanti akan membantunya melupakan dulu akan masalah yang sedang ia hadapi, biru ingin meminta saran dan nasihat dari ibu panti, siapa tau biru mendapatkan solusi yang sedang ia butuhkan saat ini.
Setelah selesai mengemasi bajunya, biru berlalu kekamar mandi untuk membersihkan badannya, baru setelah itu dirinya keluar dari kamar untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga atmajaya seperti biasanya, biru hanya ingin melakukan hal ini sebelum dirinya pulang kepanti.
Disana sudah ada bi ranti yang sedang mencuci ayam, biru yang sudah paham akan tugasnya memotong bawang-bawangan pun segera melakukan kegiatan itu, dan setelah sekitar 1 jam biru dan bi ranti memasak, kini semua hidangan sudah tersedia dimeja makan.
Begitu melihat salah satu anak atmajaya yaitu jero datang ke meja makan, biru segera mungkin berjalan menuju kamarnya karena masih merasa malu sejak kejadian semalam.
Biru memutuskan untuk pergi kepanti saat kelima anak atmajaya sudah pergi dari rumah dan melakukan kegiatan masing-masing, maka dari itu biru akan menunggu mereka pergi sambil duduk-duduk dikamar.
Bunyi mobil dan juga motor sudah terdengar, biru keluar dari kamarnya untuk menuju balkon dan melihat anak-anak atmajaya satu persatu keluar dari rumah dengan kendaraan pribadi masing-masing.
Biru memakai jaket yang sedari tadi terletak di kasurnya, lalu biru menarik koper kecil itu, berjalan kearah dapur dan berpamitan dengan bi ranti, tadinya bi ranti sangat kebingungan disaat biru meminta izin, namun ketika biru mengatakan sudah izin pada anak atmajaya, bi ranti langsung memperbolehkan biru untuk pergi.
Biru kembali menarik koper itu dan berniat keluar dari rumah itu, namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya dan ternyata orang itu adalah bara, bagaimana bara masih berada dirumah dengan pakaian santainya? bukannya biru tadi melihat semua anak atmajaya sudah pergi? biru meneguk ludahnya kasar lalu menoleh kearah bara yang sedang berdiri mematung dianak tangga terakhir.
Bara berjalan pelan sambil memandangi biru lekat, bara merasa bingung karena biru membawa koper, bara ingat hari dimana biru pulang kepanti dan meninggalkannya waktu itu, apakah biru akan meninggalkannya lagi?.
"kamu mau kemana?" tanya bara dengan suara pelan.
"eumm anu mas bara, ibu panti minta aku buat pulang beberapa hari" biru menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena ketahuan akan pergi dari rumah.
"kok bang jero ngga bilang apapun, kamu udah izin abang?" tanya bara yang kini sudah semakin dekat dengan biru.
"nanti aku izin kok lewat chat" biru meremat gagang koper yang sedang ia pegang itu.
"kamu jangan pergi dulu, aku telfon ibu panti, kenapa tiba-tiba minta kamu pulang" bara mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"mas bara, ngga usah ya? mungkin ibu lagi kangen aja sama aku" elak biru pelan.
"kamu bohong ya?" tanya bara curiga.
"eumm, e-enggak kok" biru merutuki dirinya sendiri karena terlalu gugup hingga suaranya terdengar sedikit tercekat.
"kamu kelihatan gugup banget, kayanya feeling aku bener deh, kamu bohong soal ibu panti minta kamu pulang" bara menatap biru lekat.
"mas bara, biarin aku pulang" biru berujar sambil membuat raut wajah memelas.
"ini ada hubungannya sama kejadian semalem?" tanya bara tiba-tiba yang membuat biru mengerjapkan matanya beberapa kali.
"kalo tadi aku ngga lihat, pasti kamu udah pergi diem-diem, kenapa biru?" tanya bara lagi.
"kamu mau ninggalin kita lagi?" cecar bara yang merasa dugaannya benar.
"mas bara ngga gitu, aku cuma butuh waktu buat sendiri" akhirnya biru mulai mengaku.
"tapi kamu bisa izin dulu biru, bicara baik-baik, kita ngga akan larang kalo emang kamu minta waktu buat sendiri" ujar bara sambil menahan emosi agar tak membentak biru.
"bahkan dai awal kita ada masalah kaya gini, kita biarin kamu sendiri dan cari jawaban dari hati kamu sendiri, dan kita ngga ada yang maksa kamu" ucap bara lagi.
"mas bara, aku ngga pengen kita berantem kaya gini, izinin aku
pulang ya?" pinta biru dengan suara pelan."dan biarin kamu ninggalin kita lagi? aku ngga akan penah mau biru, tolong jangan pergi" bara memegang tangan biru erat.
"setelah semalem kamu pergi ke kamar, kita berlima ngobrol dan pertimbagin ucapan kamu, asal kamu tau, bahkan dari awal kita saling tau kalau punya perasaan yang sama ke kamu, aku udah ngusulin buat milikin kamu sama-sama"
"dan semalem setelah kita berlima obrolin lagi, kita sama-sama yakin kalo kita bisa berbagi kamu dan kita yakin ini yang terbaik" penjelasan bara membuat biru sedikit tersenyum.
"jadi kalian ngga marah?" tanya biru ragu.
"engga biru, kita berlima itu saudara, kita udah dibiasain berbagi mainan atau hal apapun dari kecil karena umur kita ngga terlalu beda jauh dan kita rasa kita juga bisa berbagi soal cinta" jawab bara sambil terus tersenyum.
"aku tau kamu pasti overthinking banget semaleman, tapi kamu harus tau kalo kita lagi kasih kamu waktu buat paham sama apa yang kamu ucapin semalem, dan kita bakalan mulai sama-sama lagi setelah kamu beneran baik-baik aja" ujar bara masih menjelaskan.
"jangan pergi, kita mau kamu juga untuk kita semua, kamu ngga perlu pilih salah satu diantara kita, karena perasaan kita berlima sama besarnya" pinta bara lagi.
"tapi sekarang aku ngerasa egois banget" mata biru berkaca-kaca.
"kamu ngga boleh mikir kaya gitu, ada kalanya kita juga bisa egois dan dapetin apa yang kita mau, apalagi disini ngga ada rasa keterpaksaan" ujar bara masih menggenggam tangan biru.
"hiks maafin aku udah mikir yang ngga-ngga tentang kalian hiks, aku beneran takut kehilangan kalian" biru mulai menangis tersedu karena merasa lega.
Bara menarik tubuh kecil yang sedang bergetar karena menangis itu kedalam pelukanya, dan dengan erat biru membalas pelukan itu, biru meremat kaos bagian belakang yang bara pakai, bara yang tau biru butuh pelukan pun semakin mengeratkan pelukan itu sambil mengusap rambut belakang biru.
Bara bubuhkan kecupan dipucuk kepala milik biru, lalu menggoyang-goyangkan tubuh mereka pelan, memberi kenyamanan pada biru, setelah itu bara bergumam "kamu milik atmajaya" tepat ditelinga biru dengan nada lembutnya, hal itu membuat biru semakin menangis.
TBC!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ATMAJAYA'S (Haechan Harem)
Novela JuvenilBiru yang hidup selama 23 tahun dipanti asuhan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk diadopsi, namun bukannya untuk menjadi pelengkap sebuah keluarga, Biru hanya diadopsi untuk menjadi pembantu disebuah rumah megah keluarga Atmajaya yang beranggotak...