Apa yang kalian rasakan ketika seseorang yang amat kalian cintai, dan sangat percaya orang itu juga sangat mencintai kalian ternyata hanyalah angan-angan semata?. Bagaimana rasanya? Jangan sampai kejadian dulu deh, bayangkan saja dulu, bagaimana rasanya. Sakit? Jika iya maka sama, itu yang Gefe rasakan saat ini. Lebay? Seseorang yang tidak pernah mengalami hal semacam ini akan berucap seperti itu. Tapi berbeda dengan mereka yang pernah mengecap rasa sakit semacam ini. Mungkin mereka akan menangis. Karna tahu ternyata mereka tidak sendiri.Dan saat kalian merasakan sakit itu, apa yang akan kalian lakukan?. Sayang nya apapun yang bisa kalian lakukan tidak bisa di lakukan oleh Gefe, karna apa? Ia sekarang berada di raga orang lain, dan orang-orang terdekatnya sudah tahu bahwa ia sudah meninggal. Orang waras mana yang akan percaya jika dirinya ternyata masih hidup, namun di raga yang berbeda. Bahkan mungkin ibunya tidak akan mempercayainya.
Gefe hanya bisa memendam rasa sakit di dalam hatinya, dengan langkah mantap ia meninggalkan pantai itu. Mungkin ini kali terakhir ia akan singah ke pantai, dulu tempat pelariannya selalu tempat ini, namun setelah mengalami pengalaman yang buruk hari ini. Apa mungkin ia masih bisa pergi ke pantai?. Jika pun bisa, ia tak yakin akan bisa melupakan kejadian hari ini. Lebih baik menutup luka itu dan jangan pernah membuka nya kembali kan?.
"Hah...Gefe, lo cewe kuat. Dulu tanpa dia lo fine-fine aja kan? Nah sekarang lupakan dia, dan segala kenangan nya. Dia udah punya orang lain. Hidup lo adalah milik lo, jangan sia-sia in dengan hal yang nggak berguna dan nggak bakalan pernah terjadi" ucap Gefe dengan tekat yang bulat. Kakinya terus melangkah menghampiri motornya.
Dengan muka datar nya Gefe mulai melajukan motornya membelah jalanan yang sedikit padat. Namun bukan Gefe namanya jika tidak bisa mengatasi hal itu, tidak memperdulikan segala umpatan dari pengendara lain, Gefe tetap melajukan motornya. Tujuannya sekarang adalah kafe, secangkir kopi sepertinya bisa menenangkan suasana hatinya.
****
Gefe sekarang tengah berada di sebuah kafe yang tidak terlalu jauh letaknya dari rumahnya. Dengan secangkir cappucino di hadapannya membuat Gefe sedikit enakan.
Tangannya ia tumpukan di bawah dagunya sambil memandangi orang-orang yang keluar masuk dari kafe. Saat sedang melamun tiba-tiba saja Gefe teringat kepada Kely, ia perhatikan semenjak jiwanya menepati raga Laura, Kely jarang berkomunikasi dengannya. Ia juga tidak tahu kenapa.
"Gue telpon aja kali ya?. Gue juga lagi butuh temen sekarang" monolog Gefe sambil menimang-nimang handphone di tangan nya
"Telpon aja lah"
Tut...tut...
Panggilan tersambung
"Halo!"
Suara serak menyapa indra pendengaran Gefe, dahi Gefe mengerut mendengar suara Kely yang tak seperti biasanya
"Halo Kel,lo kenapa? Kok suara lo serak?"
"E-eh itu gue lagi batuk,j-jadi serak.gitu"
Kerutan kecil semakin terlihat jelas di dahi Gefe
Ia yakin ada sesuatu yang tidak beres terjadi dengan sahabatnya ini. Yaaa Gefe sudah menganggap Kely sebagai sahabatnya juga"Kel,jujur lo kenapa?"
Ulang Gefe lagi merasa tak puas dengan jawaban Kely"Bener ra,gue nggak kenapa-napa"
"Kel,gue tahu lo,jangan ngeles. Mending jujur sekarang lo kenapa?"
"Huh....i-iya gue jujur.g-gue....gue....AKHHHH AAAA-"
Tut...tut..tut..
Panggilan terputus
"Kel!!! Kely!!! Halo Kel. Ck sial"
Tanpa menunggu lama lagi Gefe segera membayar minumannya dan langsung berlari seperti orang kebakaran jenggot menuju parkiran, ia tak peduli dengan tatapan marah orang lain yang di tabrak nya karna berlari dengan terburu-buru. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Kely. Ia tak mau sesuatu yang buruk terjadi dengan sahabatnya itu. Ia tak ingin orang yang menyayangi nya terluka. Ia tak punya siapa-siapa di kehidupan kali ini. Hanya Kely, ia satu-satu nya orang yang tertangkap mata dan hatinya, memiliki jiwa penyayang kepada dirinya.Dengan kecepatan maksimal Gefe membelah jalanan yang untung nya sedikit lenggang kali ini. Tujuannya sekarang sudah pasti rumah di mana Kely tinggal, seingat nya Kely adalah anak broken home yang di tinggalkan kedua orang tuanya, adik dari ibunya beserta istrinya yang mengurus Kely sejak kecil. Namun, tak seindah cerita hidup orang lain, hidup Kely penuh dengan tantangan yang membuatnya hampir menyerah, tante dan pamannya sangat tidak memperlakukan Kely dengan baik, Kely di jadikan layaknya pembantu di rumah.meskipun ia selalu di beri uang jajan banyak dan di sekolahkan di sekolah yang elit, itu semua tak menutup kemungkinan bahwa Kely sangat lah rapuh. Hal itu di lakukan tante dan paman nya hanya sebagai formalitas saja,agar orang tua Kely tidak curiga.
Sekarang Gefe tahu kenapa Kely mau berteman dengan Laura yang notabennya di anggap sampah di keluarganya. Karna Kely juga mengalami rasa sakit yang sama. Walaupun kasusnya berbeda,tapi intinya sama, mereka sama-sama di 'buang' oleh keluarganya
Di depan rumah yang lumayan mewah, Gefe memberhentikan laju motornya. Dan entah keberuntungan dari mana, satpam yang menjaga rumah Kely sedang tidak ada di tempat
Dengan berjalan mengendap-endap Gefe akhirnya bisa memasuki rumah Kely tanpa di ketahui oleh satu orang pun
Kaki Gefe terus berjalan menyusuri rumah Kely dengan pandangan terus fokus memperhatikan sekeliling nya, tepat di depan pintu berwarna coklat dengan ukiran rumit kaki Gefe terhenti, bukan karna tertarik dengan ukiran itu, namun tertarik dengan suara rintihan seseorang di dalam ruangan di balik pintu coklat itu.
Gefe yang pikirannya sudah di penuhi dengan hal yang buruk tentang Kely, langsung membuka pintu itu secara perlahan. Dan tepat saat seluruh ruangan itu terlihat jelas di depan matanya, kaki Gefe seketika melemas,tangannya refleks menutup mulutnya yang otomatis terbuka lebar
Dengan nafas tercekat ia berusaha mengeluarkan suaranya
"K-kel-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Transmigrasi [TAMAT]
Teen FictionGeferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya meski terbilang masih muda. Memiliki keluarga dan pasangan yang sangat menyayanginya membuat hidup Gefe terasa sempurna. Hidupnya tak pernah kekurangan sedikit...