Gefe sempat di rawat sementara di rumah sakit yang sama karna kondisi tubuhnya yang kurang baik. Tapi itu hanya berlangsung beberapa jam saja, karna sekarang ia sudah merasa baikan. Namun tidak dengan pikiran dan otaknya. Kepala Gefe kembali pusing memikirkan kejadian yang baru saja ia alami. Ia sangat tidak mengerti, tapi ia yakin jika kejadian ini ada hubungan nya dengan perkataan Laura di dalam mimpi nya. Gefe pikir tujuannya pindah di raga laura hanya untuk urusan balas dendam kepada keluarganya, tapi ternyata, sepertinya ada hal lain. Dan hey, perpindahan jiwanya di raga Laura saja sudah termasuk hal yang tidak wajar, jadi tidak menutup kemungkinan juga kan jika ada kejadian aneh lainnya yang bisa terjadi. Kejadian yang di luar nalar manusia.Gefe merasa sangat frustasi memikirkan jika ia menjadi orang yang tidak normal nanti nya. Entahlah apa 'hal' itu bisa di sebut anugerah atau malah bencana bagi nya dan kehidupannya.
"Hidup gue gini amattt ya. Batal nikah, meninggal, jadi jiwa sesat di tubuh orang, harus nerima kemalangan ni tubuh, balas dendam. Sekarang malah ada maslah baru. Heran gue, di novel-novel yang gue baca nggak ada tu yang kayak beginian" monolog Gefe pada dirinya sendiri sambil bersandar pada kursi khusus untuk orang menjenguk pasien di ruangan Kely. Karna Kely sedang koma makanya dia berani ngomong kuat-kuat sekarang.
"Pusinggg gue. Kel, lo kapan bangun nya sih, gue bosen nggak ada temen" ucap Gefe lagi sambil mengacak-acak rambutnya asal .
"Gue nggak tau harus ngapain, bingung gue beneran. Gue mau nanya sama siapa coba, ya ampunnn" kekesalan Gefe semakin menjadi hingga tak sadar menendang-nendang lantai seperti seorang bocah yang sedang ngambek.
Lama Gefe bergelug dalam kekesalan dan kefrustasian nya. Hingga ia memutuskan untuk keluar mencari angin. Dan sepertinya tujuannya kali ini bukan lagi pantai, karna kalian tahu sendiri kan ada apa dengan pantai?.
Makanya sekarang Gefe lebih memilih duduk di salah satu cafe yang lumayan populer yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Dengan secangkir cappuccino nya Gefe mencoba menenangkan pikirannya yang kusut, segala tebakan sudah bersarang di otak kecilnya. Yang pertama, ia bisa melihat masa depan seseorang, kedua ia bisa melihat hal buruk yang akan terjadi kepada seseorang dan yang ketiga ia bisa tahu kapan orang itu meninggal.
Gefe mengira salah satu dari tiga hal itu yang akan terjadi pada dirinya, atau bahkan sudah terjadi sekarang. Tapi tadi Gefe sudah mencoba, ia dengan sengaja memegang tangan salah satu pelayan di cafe ini, namun tidak ada reaksi apapun. Tidak ada kilasan film pendek dan tidak ada kejadian yang membuatnya pingsan. Hal ini semakin membingungkan kan Gefe.
"Huh...tunggu aja kali ya. Yang penting gue harus siap setiap saat. Biar nggak kaget" ucap Gefe sambil mengaduk aduk cappuccino nya
Mata Gefe menelusuri setiap sudut cafe ini, sampai matanya menangkap seorang pria tampan dengan stelan jas rapi, sedang berbincang dengan satu pria lain yang berpenampilan santai. Entah kenapa mata Gefe tidak bisa berpaling dari orang itu, pikiran Gefe seakan-akan menyuruh nya untuk terus memandangi pria itu, jika di lihat-lihat mungkin umurnya kisaran 20an keatas.
Pandangan Gefe sama sekali tak teralihkan hingga sebuah kilasan film pendek seperti yang di lihatnya di rumah sakit beberapa waktu lalu, kembali muncul, membuat pupil mata Gefe semakin melebar. Kilasan-kilasan itu terus berlanjut dengan jelas hingga saat hidung Gefe kembali mengeluarkan darah, kilasan-kilasan itu juga berhenti. Tapi untung saja ia tidak sampai pingsan. Namun aneh, yang kali ini lebih jelas di banding yang ia alami di rumah sakit. Semua detailnya bisa di lihat Gefe dengan jelas.
Gefe buru-buru berlari menuju toilet dengan tangan menutupi hidung nya. Saat sampai di sana Gefe segera membasuh mimisan yang keluar dari kedua lubang hidung nya.
"Ck bisa kehabisan darah gue kalo gini terus"
Gefe terus membasuh darah yang terus keluar dari hidung nya hingga akhirnya mimisan nya berhenti.
Soal mimisan sudah teratasi, sekarang tinggal bagaimana caranya ia membuat agar orang itu percaya kepadanya bahwa sebentar lagi ia akan tertimpa celaka. Dari yang Gefe lihat tadi, pria itu akan mengalami luka tembakan di perut dan dada kanannya, yang di sebabkan oleh salah satu musuhnya. Gefe sedikit ngeri karna sepertinya pria itu bukan orang biasa. Eittt jangan jauh-jauh dulu ke urusan meyakinkan, ia bahkan tidak tahu bagaimana caranya memberitahu pria itu.
"Bilang aja kali ya, urusan dia percaya atau nggak, itu terserah dia. Yang penting gue udah ngasi tau. Dia juga kayaknya bukan orang biasa jadi pasti bakalan sedikit percaya sama omongan gue. Orang-orang kayak gitu pasti udah terlatih banget ngenalin mana yang bener sama mana yang cuma modus doang" ucap Gefe sambil berjalan keluar dari pintu toilet.
Kaki jenjang Gefe melangkah menghampiri tempat duduknya tadi, ia terlebih dahulu mengambil hp dan tasnya lalu segera menghampiri meja di mana pria tadi duduk. Dan kalau dari kalian ada yang kepikiran apa sekarang Gefe masih mengenakan baju sekolah, tentu saja tidak. Semenjak Gefe menemukan motor sport hitam di garasi rumahnya ia memutuskan setiap akan berangkat ke sekolah ia akan mengenakan baju santai dulu, baru setelah sampai di sekolah ia berganti mengunakan baju seragam sekolah.
Tepat di samping meja kedua pria itu kaki Gefe berhenti melangkah. Kedua pria itu terlihat mengalihkan perhatian nya kepada Gefe
"Hay dek ada yang bisa di bantu?" tanya pria berbaju santai
"Hm...saya tidak akan berbasa-basi. Saya hanya mau memberitahu kan kepada anda-" tunjuk Gefe kepada pria berjas rapi "sebentar lagi anda akan mengalami kejadian yang tidak mengenak kan sepulang dari sini. Anda akan terluka dengan luka tembakan di bagian perut dan dada anda. Jadi saya sarankan anda untuk berhati-hati. Terserah anda mau percaya atau tidak, saya hanya memberitahu, saya permisi" ucap Gefe tegas di setiap katanya. Jangan lupakan jika ia adalah wanita karir di kehidupan sebelum nya. Jiwa kepemimpinan nya sangat terlihat saat ini.
Dengan langkah lebar Gefe meninggalkan cafe itu dan berniat untuk kembali kerumah sakit
Sedangkan kedua pria tadi, yang satu nya tampak heran dan yang satunya lagi tampak percaya dengan ucapan Gefe.
"Dia berbicara apa?"
"Ntah. Tapi tadi dia mengucapkan nya dengan sangat serius, ada bagusnya kamu berhati-hati saja"
"Hm.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Transmigrasi [TAMAT]
JugendliteraturGeferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya meski terbilang masih muda. Memiliki keluarga dan pasangan yang sangat menyayanginya membuat hidup Gefe terasa sempurna. Hidupnya tak pernah kekurangan sedikit...