".....lo adalah jawaban teka teki terakhir"Gefe tersandung akar pohon karna berusaha menghindar dari gadis itu. Mata nya menengadah memandang wajah datar tanpa ekspresi milik gadis itu.
"Aku tidak ingin melukai mu jadi tenang saja. Aku hanya perlu memusnahkan hama-hama itu. Tapi jika kau ikut campur, aku tidak akan segan kepada mu"
Baru gadis itu akan berbalik, sebuah tangan dari belakang mencekik nya dengan kuat. Ia meronta berusaha untuk melepaskan pitingan tangan yang sepertinya milik seorang pria. Defan, remaja itu sudah berhasil melepas ikatan di tubuh nya.
"Bagaimana kau bisa terlepas!!!" teriak gadis itu sambil menyikut perut Defan dengan keras.
Defan memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Tak mau kalah ia maju kembali menyerang gadis itu, namun dengan mudah nya gadis itu menangis dan membalas setiap serangan yang ia berikan. Hingga saat Defan lengah dan tenaga nya sudah sedikit terkuras, gadis itu mengambil kesempatan dan menendang Defan dengan keras hingga ia tersungkur jatuh.
"Arkhhh" dengan kesal Defan meninju tanah karena amarah. Ia sangat malu kalah oleh seorang gadis.
Dengan sedikit sempoyongan ia kembali melancarkan serangan kepada gadis itu, namun karena serangan yang tidak teratur membuat ia kembali di jatuhkan oleh gadis itu.
Defan menyeka darah di sudut bibir dan hidung nya. Sebelah mata nya bengkak tanpa ia sadari, ternyata tenaga gadis di depan nya ini tidak bisa di remehkan.
Gadis itu berdiri menjulang di depan Defan yang sedang terbaring menahan sakit. Ia merendahkan pinggulnya lalu berjongkok. Memandangi wajah Defan yang sudah babak belur dengan senyuman mengerikan.
"Hentikan!! Siapa kamu, Kenapa kamu memperlakukan keluarga saya seperti ini hah?!!" Edrick yang masih dalam posisi terikat berteriak marah. Ia menatap nyalang kearah gadis itu.
Gadis itu menoleh, ia berdiri lalu berjalan kearah Edrick. Mata nya memandang pria itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Keluarga?" gadis itu menengadahkan kepalanya berusaha menahan sesuatu yang hendak keluar dari pelupuk mata nya.
"Tentu saja kalian tidak akan mengenali ku. Aku, raga ini........Aku adalah Claresta, setidak nya untuk saat ini..." ucap Claresta dengan tatapan yang seketika berubah. Tak sebengis tadi
Edrick hanya menatap heran kearah gadis itu. Tentu saja ia tidak mengenali nya, terlebih wajah gadis di depan nya saat ini terlihat seperti orang luar.
Claresta kembali mengalihkan perhatian nya kepada Defan yang kini sudah berdiri dengan satu mata yang semakin membengkak.
"Oh, masih bisa bangun? Bagus, bagus. Aku suka orang yang susah terbunuh" ucap gadis itu dengan senyuman mengerikan. Ia berjalan kearah mayat Mira dan Andre, mengambil dua belati yang masih tertancap di tubuh mereka dengan kasar.
"Tidak seperti mereka. Mereka terlalu lemah" lanjutnya lagi kemudian berbalik menatap Defan yang wajah nya sudah memerah menahan amarah.
"Melihat seperti apa kau di masa lalu, tidak heran jika kau bisa sehebat sekarang kan?" ucap Claresta penuh makna tersirat
"Nggak usah banyak bacot, lo yang mulai, jadi semua ini bakalan selesai kalo lo mati dulu di tangan gue" ucap Defan dengan sorot mata semakin tajam.
"Kau salah Defan"
Defan terkejut mendengar nama nya di sebut. Gadis di depan nya ini mengetahui nama nya.
"Semua nya di mulai dari diri mu. Semua kehancuran dan kesakitan sekarang tercipta karena diri mu" lanjut Claresta dengan tatapan yang penuh makna. Dari mata nya tersorot berbagai macam emosi yang bercampur aduk.
"Lo mau ngomong apa hah?! Nggak usah bertele-tele!!" kesal Defan yang mulai tidak sabar. Ia masih memikirkan harga diri nya karena baru saja di buat babak belur oleh gadis itu. Sedang kan ia tidak bisa menyentuh apalagi melukai sedikitpun kulit gadis di depan nya ini.
Claresta mengambil langkah mundur dan berdiri dengan posisi berada di tengah-tengah antara Edrick dan Defan. Dari posisi nya sekarang, ia bisa melihat Defan dan Edrick sekaligus tanpa harus membolak-balik kan badan nya.
Claresta memandang Edrick, lalu berucap.
"Kau menuduh seseorang yang tidak bersalah selama bertahun-tahun atas kematian istri mu. Sedangkan orang yang sebenarnya menyebabkan istrimu meninggal hidup dengan tenang tanpa rasa bersalah sedikit pun"
"Kau bodoh, buta, dan arogan. Kau tidak bisa melihat mana yang benar dan salah"
"Kamu tidak tau apapun tentang keluarga saya, jadi jangan banyak omong!!! Siapa kamu yang berhak menilai saya hah!!??"
Claresta terkekeh pelan.
"Tuan Edrick. Apa anda akan percaya dengan kenyataan ini? Apa kah anda akan percaya dengan semua fakta yang selama ini terkubur?"
Wajah Edrick yang tadinya memerah marah perlahan menunjukkan ekspresi bingung sekaligus penasaran. Ada rasa berbeda di hatinya ketika Claresta berbicara kepadanya. Ia merasa seperti. Seperti ia sudah mengenal gadis itu sebelum nya. Ia terasa tidak asing.
Mendengar setiap perkataan Claresta peluh sedikit bermunculan di dahi Defan. Entah mengapa ia menjadi takut sekarang.
"Anda menuduh anak perempuan anda atas kematian istri anda. Dia meninggal dengan misterius bahkan dari keluarga nya tidak ada yang mengusut tuntas kejadian itu. Hal itu wajar di lakukan oleh seorang ibu, ia ingin anak nya yang durhaka itu tetap hidup tenang bahkan setelah ia merenggut nyawa ibu nya sendiri" ucap Claresta panjang dengan suara yang sedikit tercekat. Ia berusaha menahan tangis.
"Siapa orang yang kamu maksud. Memang benar karena anak sialan itu istri ku meninggal!!"
Claresta meremas gagang belati di tangan nya dengan kuat. Ia kembali terkekeh. Sebuah kekehan kecewa
"Panggilan itu...."
"Istri mu meninggal karena di bunuh Edrick!!! IA DI BUNUH!!! DAN PEMBUNUH NYA ADALAH ANAK LELAKI MU YANG SELALU KAU SAYANGI INI. DEFAN, DIA YANG MERENGGUT NYAWA IBU NYA SENDIRI!!!!"
Badan Defan seketika kaku ketika nama nya di sebutkan. Edrick menatap wajah anak lelaki nya itu yang sekarang sudah pucat pasi dengan tatapan tidak percaya.
"Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada!! Jangan menyebarkan kebohongan tak mendasar itu" ucap Edrick yang masih membela Defan.
Claresta menahan dengan keras agar air mata nya tidak terjatuh.
"Kebohongan tak mendasar? Apa anda lupa apa yang telah anda lakukan kepada anak perempuan anda?. Sadar!!! Atau anda perlu bukti?"
Claresta merogoh sebuah kertas di saku hoodie nya dengan kasar ia melempar kertas itu kepada Edrick. Edrick yang tangan nya tidak terlalu terikat masih bisa meraih kertas itu dan membuka nya. Ia membaca setiap kata demi kata di dalam kertas itu. Dan setelah nya langsung menatap kosong dengan raut wajah tak percaya. Sebuah surat penangkapan atas pembunuhan yang seharusnya di peruntukan kepada Defan 9 tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Transmigrasi [TAMAT]
Roman pour AdolescentsGeferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya meski terbilang masih muda. Memiliki keluarga dan pasangan yang sangat menyayanginya membuat hidup Gefe terasa sempurna. Hidupnya tak pernah kekurangan sedikit...