Matahari menampakkan dirinya dari ufuk timur. Suara klakson kendaraan di tengah padatnya kota membuat seorang gadis cantik dengan rambut sepinggang nya itu menggerutu tidak jelas. Hari masih sangat pagi, tapi kenapa kendaraan sudah sangat banyak memenuhi jalanan kota.
"Aku benci menunggu" Ucapnya setelah sekian banyak sumpah serapah yang ia lontarkan dari mulutnya.
"Kita akan sampai 10 menit lagi"
"Tutup mulutmu jerk, kau sudah mengatakan itu sejak setengah jam yang lalu. Apa matamu tidak melihat betapa padatnya kendaraan di depan sana!!!" Bentak gadis itu kepada seorang ajudan nya yang berkepala botak.
"Maaf" Sesalnya sekaligus takut.
"Jika bukan karna para bedebah itu aku tidak akan mau menginjakkan kaki ku lagi di negara ini"
"Jika nona tidak ingin menunggu terlalu lama lagi, saya akan menyuruh seseorang menjemput nona"
"Tidak usah" Jawabnya tegas tanpa berpikir lama.
"Siapkan saja keperluan ku Di sana"
"Baik!!" Jawab para ajudan nya serentak.
Gadis itu membuka kaca mobil di samping nya dan memperhatikan langit cerah yang perlahan-lahan mulai menampakkan nuasa suasana menjelang siang nya. Ia menarik nafas dalam sebelum akhirnya menutup kembali kaca mobil karna kendaraan di depan sana sudah mulai bergerak.
"Apakah ini akan menjadi hal yang baik atau buruk?" gumam nya dalam hati.
****
Di sisi lain
"Dia masuk lagi"
"Si sampah udah mulai masuk lagi"
"Wah wah, bakalan ada drama lagi ni"
"Padahal baru beberapa hari dia nggak masuk, tapi udah berasa sepi. Karna nggak ada tontinn lagi haha"
"Shuttt.. Dia bisa denger!!"
Gefe memutar bola matanya malas, kuping nya mulai memanas mendengar segala ocehan tidak mengenak kan dari mulut para siswa/i yang sedang berlalu lalang di koridor sekolah. Ia sudah mengira ini akan terjadi, tapi apakah pantas mereka mengatakan hal semacam itu. Cukup keluarga nya yang membencinya, mengapa seisi sekolah juga ikut-ikutan membenci dirinya.
"Punya mulut nggak guna" ucap gefe pelan.
Gefe berusaha untuk mengabaikan nyiyiran dari para lampir di sekelilingnya dan terus berjalan menuju kelasnya. Ia menyesal bangun agak lambat pagi ini, jika saja ia bangun dengan cepat, pasti ia tidak akan berpapasan dengan banyak siswa/i, dan otomatis, kuping nya setidak nya akan sedikit aman. Yah, penyesalan memang selalu datang di akhir.
Pintu kelasnya sudah berjarak kurang lebih tiga meter dari tempatnya berdiri. Sedikit memperlebar langkah kakinya gefe akan hampir sampai dan memasuki kelasnya dan duduk dengan tenang di dalam kelasnya jika saja suara seorang ibu-ibu tidak memanggil namanya. Dan membuat gefe menghentikan langkah kakinya. Gefe menoleh kebelakang. Dan ternyata itu wali kelasnya. Kalian pasti sudah tahu apa yang akan terjadi kepada gefe setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Transmigrasi [TAMAT]
Ficção AdolescenteGeferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya meski terbilang masih muda. Memiliki keluarga dan pasangan yang sangat menyayanginya membuat hidup Gefe terasa sempurna. Hidupnya tak pernah kekurangan sedikit...