09

57 1 0
                                    


Malam semakin larut, orang-orang kebanyakan memilih untuk beristirahat dan tidur di balik selimut tebalnya. Namun meski begitu, jalanan tetap saja ramai kendaraan yang berlalu lalang.
Di rumah sakit yang semakin sepi, Gefe bergerak tak nyaman dalam tidurnya, peluh terlihat membanjiri pelipis nya. Guratan-guratan halus terlihat jelas di kening penuh keringatnya.

Lama ia berada dalam kondisi itu sampai akhirnya mata kecilnya terbuka lebar, nafasnya ngos-ngosan bak orang habis lari maraton. Dengan perlahan Gefe mengelap peluh di pelipis menggunakan tangannya.

"Itu barusan apaan?. G-gue nggak paham" Gefe menjambak rambutnya pelan, ia terlihat frustasi sekarang.

Di lirik nya jam di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul satu, masih sangat larut, tapi sepertinya Gefe tak ada niatan ingin melanjutkan tidurnya.

"Gue pulang aja deh. Kel, gue pulang bentar ya, nanti pagi gue balik" ucap Gefe berpamitan kepada Kely yang sampai sekarang masih setia memejamkan matanya.

Gefe beranjak dari duduknya, kaki kecilnya terayun melangkah menjauhi ruangan Kely

Saat sampai di parkiran, Gefe langsung menuju kearah motornya. Derap langkah kakinya bergema memecah kesunyian di tempat ini.meski sedang sepi tapi Gefe merasa ia tak sendiri. Firasat nya mengatakan ada seseorang yang terus memperhatikannya.

"Mungkin cuma perasaan gue" tepis Gefe kemudian melajukan motornya dengan pelan menjauhi rumah sakit.

****

Sesuai dugaannya, orang rumah sudah tidur semua. Itu bagus, setidaknya tidak ada drama lagi yang memuakkan. Gefe mendudukkan bokongnya dengan kasar di atas kasur queen size nya. Sungguh mimpinya di rumah sakit tadi sangat mengganggu pikirannya. Mata Gefe menerawang langit-langit kamarnya. Sesekali matanya terpejam mencoba mengerti maksud dari mimpi nya tadi. Namun lagi-lagi ia masih tak paham, malah semakin bingung.

"Sumpah ya, nambah beban pikiran aja tau nggak!!" Gefe mengeram frustasi, kakinya ia hentak-hentakkan ke udara.

"Laura!!! Lo bikin gue frustasi tau nggak. Maksud lo tadi apaan sih akhhh!!!" jujur entah kenapa Gefe merasa sangat marah, ia berasa seperti di bodoh-bodohi, ia merasa menjadi bego untuk sekarang.

Flashback on

Di alam bawah sadar Gefe

Sejauh mata memandang hanya ada ruangan putih yang bisa di tangkap oleh kedua mata Gefe. Ia sekarang tengah terduduk di sebuah kursi besi yang dinginnya terasa di kedua tangan Gefe yang bersentuhan dengan pinggiran pegangan bangku itu. Tidak ada satu orang pun di ruangan itu selain dirinya.

Gefe merasa semakin bingung, ketika tiba-tiba saja, tangan dan kakinya di lilit oleh sesuatu seperti tumbuhan menjalar, namun setiap batang nya penuh dengan duri yang sangat tajam. Sehingga membuat tangan dan kaki Gefe terluka dan berdarah.

Bibir Gefe meringis pelan menahan rasa sakit yang terasa sangat nyata. Padahal ia tahu sekarang bahwa dirinya sedang berada di alam bawah sadarnya.

"Akhhh....sakit, panas!! Ini apaan sih, akhh..." erangan kesakitan Gefe semakin menjadi ketika lilitan penuh duri itu seketika mengeluarkan aura yang sangat panas.

Bahkan sudut mata Gefe sudah mengeluarkan air.apa yang di rasakan nya sekarang sangat lah sakit dan menyiksa dirinya.

"GEFE!!"

sebuah suara yang bergema mengalihkan atensi Gefe dari rasa sakit nya. Matanya mencari kesana-kemari pemilik dari suara itu. Namun nihil,tidak ada satu orang pun di ruangan serba putih ini. Selain dirinya.

"GEFE!!"

Lagi, suara itu memanggil nama Gefe. Namun Gefe tak dapat melihat wujud dari sang pemilik suara itu.

"Siapa??!!" jawab Gefe sedikit berteriak. Sesekali bibirnya meringis pelan, karna lilitan di tangan dan kakinya sama sekali tidak mengendor.

"Siapa??!!" ucap Gefe lagi dengan tak sabaran. Ia sudah tak tahan dengan siksaan di kaki dan tangannya.

"Aku Laura, pemilik raga yang sekarang kau tempati"

"Laura?"
Tanya Gefe sambil mencari sosok suara itu.namun lagi dan lagi ia tak menemukannya

"Aku langsung saja, kita tidak punya banyak waktu. Jiwa mu bukan tanpa sebab berpindah di dalam raga ku. Sebelumnya terima kasih, karna sudah bersedia menggantikan ku, dan mau menanggung semua rasa sakit yang aku rasakan selama ini. Tubuh itu sudah sepenuh nya milik mu, aku sudah tidak ada hak lagi. Dan...untuk keluarga ku, aku juga sudah tidak peduli lagi. Terserah mu dengan cara apa agar setidaknya mereka tersadar dari kebodohan mereka selama ini. Gefe, akan ada suatu hal yang akan terjadi nanti. Aku berharap kamu mampu menanggung semuanya. Jangan pernah menyerah seperti aku yang menyerah atas hidupku. Tolong jaga sahabat ku. Kely. Mungkin kamu baru tahu jika Kely ternyata memiliki masalah yang serius. Maaf karna baru memberikan ingatan itu kepadamu. Gefe, waktu ku sudah habis, akhir kata aku mau katakan kepadamu. Terima kasih. Dan selamat tinggal. Semoga kau bahagia. Dan semoga kau tidak menyerah atas apapun yang akan terjadi nanti"

Setelah Laura menyelesaikan kan kalimat panjang nya, kepala Gefe seperti di hantam oleh beban yang sangat berat membuat ia merasakan sakit yang sangat luar biasa. Lalu setelahnya tubuhnya seperti tersedot paksa untuk keluar dari ruangan itu.

Flashback off

Karna lelah berfikir akhirnya sekarang Gefe sudah kembali tertidur dengan pulas. Bayangan hitam melintas di sekitar balkonnya,namun tak ada yang tahu dan juga tidak ada yang tahu siapa orang itu.

****

"Bar,lo kalah balapan lagi?" Fahri memandang bara dengan pandang menyelidik.

"Kok tau?" bingung Bara sambil menaikkan satu alisnya

"Ck tau lah, tu liat koleksi motor lo makin berkurang. Lagian kalo nggak ada bakat balap jangan maksain diri. Mentang-mentang orang kaya lo, maen seenak jidat aja ngabisin uang" ceramah Fahri kepada sahabat satu-satu nya itu

Bara memandang malas kearah Fahri dengan bungkus rokok di tangannya ia lemparkan tepat mengenai wajah Fahri.

"Gue butuh pelampiasan, lo tau sendiri gimana rusuh nya orang rumah gue. Yang ada gila gue kalo nggak ada refreshing" ucap Bara membela dirinya

"Banyak.....aja alasan lo. Kalo memang butuh refreshing kan nggak harus balapan juga. Lo mau cari ketenangan malah nantang maut" ucap Fahri lagi sambil memasukkan kripik singkong ke dalam mulutnya.

"Udah lah, banyak omong lo. Urusin aja noh pacar manja lo itu"

"Kok malah lari ke pacar gue. Eh...bukan pacar ya. Mantan!! M.A.N.T.A.N. mantan"

"Hahaha dulu aja bucin nya setengah mampus, sekarang malah jijik sendiri. Lo emang bisa soal urusan hidup, irit mengirit uang, tapi kalo urusan cewe lo ampas banget. Nggak ngerti sama sekali hahah"
Ucap Bara mengejek Fahri. Sedangkan sang bahan candaan hanya memalingkan wajah nya kesal. Ia juga berfikir, bingung kenapa ia selalu gagal dalam urusan percintaan.

Love Story Transmigrasi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang