Sinar matahari mengintip dari celah jendela yang tidak tertutup gorden, Gefe yang mukanya langsung terpapar sinar matahari pagi mengeliat tak nyaman. Dengan perlahan mata kecilnya terbuka lebar dengan mulut yang menguap.Di liriknya jam di atas nakas, sudah jam delapan pagi. Waktu yang wajar untuk bangun karna hari ini adalah hari libur. Dengan gontai gefe melangkahkan kakinya menuju toilet.
Kantung mata terlihat jelas dibawah matanya ketika ia bercermin, entah kenapa ia semalam sangat susah untuk tidur, dan jadilah sekarang. Matanya sudah seperti mata panda.
"Hadehhh, ngerusak pemandangan aja di mata" dengan malas Gefe mengambil air untuk membasuh wajah bantal nya kemudian melanjutkan dengan menggosok gigi.
"Agenda gue hari ini apa ya, jalan-jalan? Hmm..bosen. Ke gym? Males. Terus kemana ya enak nya...aaaa ke pantai!!! Ya ke pantai" ucap Gefe girang dan mulai bersiap-siap untuk pergi ketempat tujuannya.
.
.
Sekitar dua puluh menit, akhirnya Gefe sudah selesai bersiap, di liriknya jam di pergelangan tangannya. Kemudian setelahnya langsung keluar dari kamar bermaksud untuk sarapan terlebih dahulu.
Tap
Tap
TapKaki jenjang Gefe bergema menyebabkan keluarga kecil yang tengah bersantai di ruang keluarga mengalihkan perhatiannya kepada Gefe
Mira memandang sinis kearah Gefe, kemudian senyuman memuakkan terparti di wajahnya. Melihat tingkah Mira, Gefe sudah bisa menebak akan ada drama lagi di pagi ini.
"Wahhh anak gadis bangun nya siang mulu, mau jadi apa kamu nanti?" ucap Mira memandang remeh kearah Gefe
Gefe memutar bola matanya malas, di tatap nya ibu tirinya itu lalu berucap dengan santai
"Wahhh udah tua tapi masih ganjen, mau jadi apa anda nanti?" balas Gefe menirukan nada bicara Mira
"Jaga omongan lo ya!!" bentak Andre merasa tak terima
"Kenapa? Bener kan. Cuma isi rumah ini orang nya pada bodoh aja makanya nggak ada yang nyadar sama ni rubah" jawab Gefe dengan santai sambil meletakkan tangannya di depan dada
"Dasar tidak tahu sopan santun!! Mass kenapa sih kamu diam terus. Kamu udah nggak sayang lagi sama aku?" ucap Mira berusaha mencari pembelaan dari sang suami.
Alih-alih membela mira, Edric malah berlalu meninggalkan tempat itu menuju kamarnya, begitu juga dengan Rio dan Defan. Mereka berdua memutuskan pergi keluar dari rumah, mungkin mau bertamu di rumah temannya.
Sedangkan Mira dan Andre, mereka berdua memandang nyalang kearah Gefe
"Ini semua gara-gara lo! Awas aja lo, gue nggak akan biarin lo hidup tenang di rumah ini"
"Heh...dasar nggak tahu malu. Lo ngaca sana! Lo siapa? Seharusnya lo malu, lo sama ibu lo cuma bisa jadi perusak rumah tangga orang. Lo sama ibu lo itu cuma pengganggu. Lo dateng di tengah-tengah keluarga gue tanpa di undang. Nggak usah belagu lo. Gue yang akan bikin hidup kalian nggak tenang di rumah ini"
Dengan mata memerah tajam, Gefe meninggalkan tempat itu dan berlalu keluar rumah. Niatnya ingin sarapan menjadi sirna.
****
Angin yang berhembus pelan membelai setiap inci muka Gefe membuat emosinya perlahan mereda. Pantai memang selalu membuat mood nya kembali membaik. Baik itu sedang banyak masalah atau pun sedang tertekan dengan pekerjaan, Gefe dulu selalu mencari pantai untuk membuat mood nya membaik.
Bokong nya ia rebahkan di atas lembutnya pasir pantai,sambil menikmati pemandangan pantai di hadapannya, pikiran Gefe melayang kembali pada saat-saat dirinya bersama keluarga dan kekasihnya. Salah jika ia tidak merindukan mereka. Kenangan yang indah tidak dengan mudah bisa di lupakan. Gefe berfikir entah apa tujuan Tuhan membuatnya memasuki raga orang yang bahkan tidak pernah di kenal nya.
Namun ia yakin jika ini hal yang terbaik untuk dirinya. Mungkin ada hal yang mau di perlihatkan Tuhan kepada dirinya melalui peristiwa ini. Gefe sudah cukup dewasa untuk menelaah hal baik dari kejadian yang menimpanya saat ini.
Saat tengah asik berkelana dalam pikirannya, suara seseorang yang sangat Gefe kenal menyapa pendengaran nya. Bukan. Suara itu bukan di tunjukan untuk dirinya. Melainkan orang lain. Tapi siapa?
Mata Gefe bergulir kesana-kemari menelusuri setiap pesisir pantai, berharap orang yang sangat di rindukannya itu memang ada di sini.
Deg
Jantung Gefe berdetak dengan kencang, Reza. Kekasihnya, orang yang sangat di cintai nya sekarang tengah berdiri tidak jauh dari posisinya saat ini. Perlahan Gefe berdiri dari duduknya, matanya memanas, buliran air mata sudah tak bisa di bendung nya lagi. Ia sangat merindukan kekasihnya. Ingin rasanya ia memeluk tubuh itu, dan mengatakan bahwa ia masih hidup. Kaki Gefe melangkah pelan hendak menghampiri kekasihnya, namun seseorang datang dan membuatnya mengurungkan niatnya. Ketika gadis itu mengeluarkan suara, hati Gefe langsung mencelus sakit.
"Sayang pantainya indah banget, aku suka"
"ini surprise dari aku. Gimana suka nggak?"
Kaki Gefe melemas, air matanya semakin deras berjatuhan, bukan. Bukan lagi air mata rasa rindu, melainkan rasa sakit. Sakit yang teramat dalam. Orang yang sangat di cintainya, dengan sangat mudah berpaling dari dirinya. Padahal kematiannya hanya beberapa hari lalu, tapi dia sudah mempunyai kekasih lain
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Transmigrasi [TAMAT]
Fiksi RemajaGeferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya meski terbilang masih muda. Memiliki keluarga dan pasangan yang sangat menyayanginya membuat hidup Gefe terasa sempurna. Hidupnya tak pernah kekurangan sedikit...