36

27 0 0
                                    


Rio memijit pelipisnya pelan. Sudah sejak semalam adik nya itu menghilang entah kemana, bahkan ia meninggalkan tas nya di dalam kelas dan menghilang saat jam pelajaran sedang berlangsung. Rio tidak bisa berhenti memikirkan Laura hingga ia tidak tidur semalaman, terbukti dari kantung matanya yang sedikit samar di wajah nya.

Rio meneguk minuman soda di tangan nya sambil bersandar pada bangku, sejak tadi pagi ia belum sarapan dan hanya meminum minuman soda saja. Andre bahkan sudah dua kali bolak balik ke kamar nya untuk membodohi nya jika Laura pasti sedang melakukan hal yang tidak benar di luar sana sehingga tidak pulang ke rumah. Namun Rio bukan ia yang dulu, yang dengan mudah termakan dengan omongan busuk cowok itu.

Drttt

Drttt

Kepala Rio dengan cepat tertoleh pada handphone yang berada di atas meja di depan nya. Dengan cepat ia mengangkat panggilan telpon itu tanpa berfikir lebih dulu.

"Dapet?"

Terdengar helaan nafas di seberang sana
"Dia nggak bawa hp? Lo nyuruh gue ngelacak dia pakek apaan? Lo kira gue dukun!!"

Rio sempat mengacak rambut nya sebentar, lalu membalas kalimat seorang gadis di seberang sana.

"Gue nggak tau, pokok nya lo harus temuin dia, pakek cara apapun. Gue bakal bayar lo seberapapun yang lo minta" ucap Rio terdengar frustasi

"Ck. Nyusahin aja lo. Makanya jadi abang tu yang becus. Adek sendiri kok bisa ilang"

"Malah ceramah. Lo bisa kan? Gue udah nggak tau lagi gimana caranya buat nemuin tu anak" jawab Rio lagi dengan wajah memelas walau tak bisa di lihat oleh lawan bicaranya.

"Gue usahain. Lo juga usaha, jangan cuma nyuruh doang!!"

"Iya....gue tutup"

Rio melempar asal hp nya dan masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci muka nya yang terlihat sangat kusut. Setelah beberapa saat, ia kembali keluar setelah bersiap dan mengambil salah satu kunci motor nya. Langkah kaki Rio terdengar tergesa-gesa menuruni tangga. Kegaduhan yang di buat nya membuat dua orang yang sedang berada di ruang tamu menaruh perhatian kepada nya.

"Kamu nggak sekolah? Mau jadi apa kamu sering alpa seperti itu?"

Suara bariton Edrick membuat langkah kaki Rio berhenti dan membuat ia berbalik untuk menatap kedua insan yang sedang memandang nya dengan tatapan yang berbeda.

"Papa juga nggak kerja. Teror waktu itu bikin papa takut banget kayak nya sampe nggak mau keluar rumah" ucap Rio membalas perkataan papa nya dengan sedikit kekehan

"Jaga mulut kamu!!. Sejak kapan kamu menjadi kurang ajar seperti ini hah?!!"  jawab Edrick dengan wajah memerah, ia sedikit tersinggung dengan perkataan yang Rio lontar kan.

"Bener kan pa, kan aku udah bilang sama kamu kalau Laura itu selalu bawa kesialan. Liat, Rio yang baru berapa hari deket sama dia aja udah berani melawan kamu" timpal Mira mencoba memanas-manasi Edrick. Ia semakin senang ketika melihat wajah Rio yang terlihat marah ketika mendengar ucapan nya.

"Sudah baik kamu menjauhi dia dari dulu, kenapa sekarang malah semakin dekat dengan dia?" ucap Edrick yang merasa setuju dengan perkataan istri nya. Sedangkan Mira tersenyum miring kearah Rio.

"Kenapa sih? Dia anak papa kalau papa lupa itu. Papa udah keterlaluan tau nggak, sekarang bahkan mungkin papa nggak sadar kalo Laura dari semalam nggak pulang. Dan papa nggak khawatir sama sekali"

Love Story Transmigrasi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang