34

24 0 0
                                    


"Pisaunya beracun, dan luka tusuknya cukup dalam. Ia hampir kehabisa darah....dari mana saja kalian?. Kenapa baru sekarang" geram seorang pria dengan stelan serba putih nya. Dokter.

"Apa dia akan selamat?"

"Tenang saja. Di dalam tubuhnya terdapat jiwa yang kuat"

Pria yang bertanya tadi menghembuskan nafas lega, ia tidak tahu apa yang akan terjadi kepada dirinya jika sampai gadis SMA itu tidak selamat

"Hahh....aku sudah memikirkan pisau tajam menyayat leher ku. Terimakasih Al"

Dokter yang di panggil Al itu tersenyum tipis, ia dapat melihat ketakutan yang kentara di wajah teman seperjuangan nya itu

"Apa dia gadis itu?"

"Gadis yang mana?"

"Yang bertemu tuan di restoran"

"Ya..."

"Bukan kah dia terlihat biasa-biasa saja?"

"Dia tidak seperti yang terlihat Al"

"Robert..." panggil Al dengan suara pelan

Pria yang di panggil Robert itu menolehkan kepalanya, ia menaikkan alisnya seakan bertanya 'kenapa?'

"Bagaimana dengan adik mu?" lanjut Al dengan hati-hati

"Seperti biasa" jawab Robert dengan senyuman yang di paksakan

"Aku tidak pernah menyangka hal mustahil seperti ini dapat terjadi, walaupun aku seorang dokter, tapi aku tidak pernah percaya dengan perpindahan jiwa" ucap Al dengan raut wajah rumit

"Tapi bukti nya itu memang terjadi-Dan Al jangan beritahu Claresta tentang ini. Rencana nya dengan tuan bertolak belakang"

"Aku tahu!!"

"Dan Robert...kenapa kau memiliki nama yang rumit? Lidahku lelah jika harus menyebut nama mu dengan lengkap. Jika di singkat itu akan terdengar sangat aneh" ucap Al random mengutarakan isi pikiran nya

"Apa tidak ada topik lain?. Kau membuat ku mengingat kedua orang tua ku" jawab Robert dengan kesal

"Kenapa? Kau malu?. Lagi pula jika bukan karena mereka kau tidak akan ada di dunia ini. Jadi lebih bersyukurlah teman" nasihat Al dengan wajah jail nya. Bukan nya menjadi termotivasi, Robert malah semakin geram melihat ekspresi wajah teman nya itu

"Kau mengejek ku?"

"Woww woww. Kau tidak bisa membedakan mana nasihat dan mana ejekan?"

"Terserah mu lah. Aku mau pergi"

"Kau marah?. Seperti wanita saja, padahal tidak ku apa-apakan"

Robert berusaha menahan amarah nya untuk tidak menonjok muka sahabatnya itu saat ini juga. Dengan perlahan ia memutar badan nya untuk menghadap Al

"Tuan menyuruh ku untuk kembali Al. Tolong jangan buat aku marah"

Al menaikkan kedua jarinya membentuk huruf V. Ia tahu seperti apa seram nya jika Robert sampai marah
"Hehe sorry brother. Silahkan, biar aku yang menjaga gadis itu"

Love Story Transmigrasi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang